FA | | 29. Ada Apa dengan Masa Lalu?

16 2 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah itu Ayu kembali pada laptopnya dan segera menyelesaikan laporannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah itu Ayu kembali pada laptopnya dan segera menyelesaikan laporannya. Dirasa sudah tidak ada yang harus dibenahi lagi, dirinya langsung membereskan laptop dan alat-alat kerja lainnya kemudian segera turun menuju kafe.

Sesampainya di sana ternyata ia sudah melihat Ajeng tengah duduk sambil bermain ponsel. Langsung saja ia menghampirinya, “Wey…! Ada apa nih sampai traktir di kafe malem-malem begini?”

“Syukuran,” ucap Ajeng dengan sumringah.

“Syukuran dalam rangka apa?”

“Sukses jadi dokter utama pas operasi dadakan,” Ayu yang mendengarnya kaget bahkan sampai menutup mulut.

“Kok bisa?”

“Panjang ceritanya. Pesen dulu gih, nanti ku ceritain.”

“Kataku sih congrats, ya,” mereka berdua terkekeh bersama.

Tak lama pelayan datang dan mengambil pesanan mereka. Sambil menunggu pesanan datang mereka saling bertukar cerita satu sama lain. Sampai tiba-tiba ponsel Ayu berdering yang mengatas namakan Ibu.

Dia mengakhiri obrolan mereka sejenak dan mengangkat panggilan video itu. Setelah diangkat, bukannya menampakkan wajah sang ibu melainkan sang keponakan, “Ante…!”

“Apa? Telpon-telpon tau-tau manggil ‘Ante…!’ Kenapa?”

“Kok belum pulang? Gak punya temen nih aku,” rengeknya pada sang tante.

“Lha itu kan sama uti di rumah, berarti punya temen dong.”

“Ih…, Ante…! Cepetan pulang,” rengeknya semakin menjadi-jadi.

“Iya, bentar. Ini Ante lagi sama Tante Ajeng, kangen gak?” di seberang sana Maya tampak mengangguk kecil. Ayu pun menyerahkan ponselnya kepada Ajeng agar mereka berdua bisa mengobrol.

Yah, seperti hubungan tante dan ponakan. Mereka berdua bisa dibilang cukup akrab. “Maya mau apa? Mumpung Tante lagi di kafe nih. Nanti biar dibungkus terus dibawa pulang ante,” Ayu yang mendengarnya melotot tak percaya.

Ayu menggelengkan kepalanya tanda segan pada Ajeng. Pada akhirnya Ajeng pun memesankan sesuatu untuk Maya di rumah.

“Gak papa lah. Gini-gini juga ponakanku. Aman, kalau amunisi dompetku habis tinggal gesek,” ujar Ajeng dengan senyum pepsodent-nya.

Faralga AyriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang