LUKA-

603 63 12
                                    

Bahasa Indonesia 🌎
.
.
.
.
.

Fang berjalan dengan lesu, tidak ada wajah ceria yang biasa ia pancarkan, tidak ada senyuman yang terukir di bibir indahnya.

Ia memegang secarik kertas yang mampu membuatnya diam membisu. Rasanya seluruh tenaganya habis saat itu juga, entah kemana dia harus mengadu sekarang karena tempatnya untuk bersandar kini juga menjadi pisau yang selalu menusuknya dengan dalam.

Ia menutup pintu kamarnya dan mengistirahatkan tubuhnya dengan tenang, hari ini Kaizo sedang tidak di rumah, ia sedang bekerja dan itu mungkin sedikit bisa membuat Fang beristirahat dengan nyaman.

Lagi dan lagi matanya menatap secarik kertas yang ia letakkan di atas meja, rasanya sangat sakit ketika mengetahui faktanya begitu.

Bagaimana? Dan apa mungkin?

Ia takut Kaizo marah, ia takut menerima kenyataan yang sangat sakit ini.

"Aku belum siap." Ucapnya perlahan yang menghapus air matanya, ia meremas pinggiran kasur dengan kuat, ia sekarang benar-benar takut.

__________

Disisi lain Yaya dan Ying sedang menenangkan Boboiboy yang tidak berhenti menangis, sudah hampir setengah jam ia memanggil nama Fang.

"Boboiboy, kalau kamu kaya gini terus yang ada kamu bakal sakit, jangan nangis lagi." Kata Yaya yang sekarang mulai bingung.

"A-aku… aku salah, kasian Fang.  Aku liat Fang disiksa sama abang Kaizo, aku harusnya gak kesana kemarin, aku nyesel."

"Li-liat memar ditubuhnya itu… itu karena siksaan dari abang Kaizo, a-aku sakit liatnya, dia selalu bilang gapapa padahal hiks… padahal dia sehancur itu, bahkan aku gak kuat diposisi dia." Boboiboy menutup wajahnya karena air mata terus mengalir, perasaan bersalah menyelimutinya, ia ingin kesana dan menemui Fang tapi ia takut kedatangannya membuat luka yang mendalam bagi Fang.

Ia selalu berpikir bahwa kehidupan Fang sangat bahagia dan nyaman tapi jauh dari kenyataan itu, ia selalu mendapatkan luka dari orang yang ia ada di dunia ini, ia selalu ingin terlihat bahagia dihadapan teman-temannya karena tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.

Pantas saja ia pernah mengatakan bahwa ia ingin hidup bahagia sepertinya dirinya-
(Baca chapter pertama).

Ia sekarang mengerti apa maksud Fang, ia hanya ingin mendapatkan sayang dan cinta dari Kaizo, tapi Kaizo selalu memandang Fang rendah dan hina karena kematian orang tuanya.
(Baca chapter kedua).

Boboiboy adalah teman terdekat Fang tapi bagaimana mungkin ia tidak mengetahui luka yang dialami oleh Fang? Mengapa ia terlalu pecundang untuk menerima konsekuensinya.

"Fang…" Lirih Boboiboy.

Hari sudah semakin gelap dan itu tidak membuat lelaki dewasa ingin pulang kerumahnya, ia melangkahkan kakinya menuju tempat pemakaman.

Ia menatap lama makam tersebut dan berlutut, ia bersujud dimakam itu, ia menumpahkan semua rasa kecewa, marah, dan penyesalannya.

"Maaf…"
__________

Fang berjalan menuju pintu utama, seseorang menekan bel rumahnya hampir dihitung lebih dari lima kali, apa mungkin Kaizo? Tapi, rasanya tidak. Kaizo memiliki kunci cadangan jika ia mengunci pintu, lantas siapa?

Setelah pintu terbuka, Fang hampir saja melompat karena tiba-tiba orang dihadapannya ini memeluknya dengan sangat erat.

"Si-siapa? Siapa kamu!" Fang mendorong orang tersebut dan membuat orang itu berundur beberapa langkah, ia hanya tersenyum kecil.

"Ternyata kamu sudah besar, Fang." Katanya masih dengan senyuman khas itu.

"H-hah?"

"Aku adalah adik dari mama kamu, Fang."

"Marco, paman Marco." Ia mengusap rambut Fang dengan perlahan, sudah lama ia tidak bertemu dengan keponakannya.

"Paman?" Tanya Fang bingung. 

"Sekarang siapkan baju kamu, kamu akan ikut sama aku." Ujarnya lagi, Fang menggeleng.

Apa-apaan ini? Menyuruhnya pergi dan meninggalkan Kaizo sendiri? Tidak!

"Kamu masih mau disiksa sama abang kamu sendiri? Abang kamu itu benci sama kamu, Fang. Sampai kapanpun dimata dia kamu itu tetap pembunuh, seorang pembunuh gak bisa menjadi seorang adik, pegang kata-kata itu."

"Tapi… tapi Fang gak bisa ninggalin abang gitu aja, kasian abang." Sarkah Fang, ia tidak bisa tanpa Kaizo.

"Apa dia kasian sama kamu?" Tanya Marco, Fang terdiam dan menunduk, pertanyaan Marco mampu membungkam mulut Fang.

"Paman gak paham! Kalau Fang ikut paman, siapa yang masakin abang? Siapa yang nyuciin baju abang? Kalau abang sakit, siapa yang peduliin dia? Siapa yang beliin abang obat? Fang gak bisa. Fang gak bisa ninggalin abang, ada alasan kenapa Fang bertahan disini sama abang, Fang sayang sama abang Kaizo." Jelas Fang yang mencoba memberi pengertian kepada Marco.

"Kamu terlalu baik sampai-sampai kehadiran kamu cuma dianggap benalu sama Kaizo, kamu harus bikin dia nyesal, Fang! Gak gini cara nunjukin rasa sayang sebenarnya, pergi dan tinggalin dia, biarin dia datang sendiri ke kamu." Jawab Marco, ia tidak ingin Fang terluka lebih dalam.

"GAK! Fang gak mau, Fang sayang abang! Fang gak bisa kalau gak ada abang, paman harus ngertiin itu. Fang selalu aman kalau didekat abang, Fang gak mau pisah sama abang, Fang gak mau paman…" Mohon Fang.

"Keputusan paman udah mutlak, kamu harus ikut paman dan tinggalin abang kamu." Marco mengheret Fang keluar dari rumah itu, menulikan pendengarannya karena Fang menangis dan meminta untuk dikembalikan kerumahnya.

"Kamu harus hidup bahagia kaya yang selama ini kamu impikan, Fang. Kamu harus bisa mulai hidup baru."

"Iya… tapi sama abang." Jawab Fang, Marco hanya menghela nafas, Fang terlalu menyayangi Kaizo.

"Lupain abang kamu, sekarang biar paman yang ngurus semua keperluan Fang, ya?" Tanya Marco, tidak ada jawaban dari Fang.

"Abang gimana?" Tanya Fang tanpa menjawab pertanyaan dari Marco, ia mengkhawatirkan Kaizo.

"Dia udah besar, dia harusnya udah pandai jaga diri, lagian apa mungkin dia sadar kalo kamu gak ada di rumah? Abang kamu gak peduli sama kamu." Fang menatap Marco kesal, kenapa jadi sok tau begini sih? Kaizo itu peduli sama dia!

"Abang peduli sama Fang!" Jawab Fang setengah berteriak.

"Oh ya? Abang kamu peduli tentang Fang dari mana?" Tanya Marco, ia tau Fang tidak mungkin menjawab soalannya karena Kaizo tidak pernah sama sekali mempedulikan Fang.

"Nanti kalau Fang mati, abang pasti peduli." Jawaban Fang sukses membuat mobil yang dikendarai Marco berhenti mendadak, ia menatap mata Fang dan baru sadar akan sekarang.

"Fang, jangan bilang kamu…"

CADEAU POUR FRÈRE [KaiFang]Where stories live. Discover now