KERINDUAN-

562 64 9
                                    

Bahasa Indonesia 🌎
.
.
.
.
.

Marco membawa Fang untuk istirahat dikamarnya, ia perlukan istirahat lebih, baru saja Fang kembali merasakan sakitnya yang kambuh.

"Fang, istirahat dulu ya? Jangan terlalu banyak gerak nanti lama sembuhnya, kalau Fang mau apa-apa tinggal panggil bibi aja ya, dia bakal bantuin keperluan Fang." Jelas Marco, ia sekarang harus pergi ke kantor karena ada urusan, jadi ia terpaksa meninggalkan Fang.

Fang mengangguk, "Iya paman, Fang ngerti kok. Makasih, maaf kalo Fang ngerepotin."

Marco menggeleng dan mengusap surai Fang, "Gak pernah ngerasa direpotkan, Fang juga udah paman anggap kaya anak sendiri, gak usah sungkan ya. Paman sayang banget sama Fang, paman mau yang terbaik buat kamu."

Fang mengukir senyum kecil, ternyata masih ada yang peduli padanya.

Sebuah pertanyaan kecil terlintas di pikirannya, apakah jika ia terlantar, ada yang ingin menjaga dan merawatnya? Tanpa meminta balas jasa, sedangkan kondisinya saat ini tidak memungkinkan untuk terus bertahan.

"Fang gak tau harus bilang apa ke paman selain ucapan makasih, kalau nanti Fang udah kerja dan punya uang sendiri, Fang bakal ganti semua yang udah paman kasih." Marco menatap Fang tak suka, ia iklhas menolong Fang.

"Paman gak pernah bilang kalau semua ini harus diganti ya, paman gak mau denger Fang bilang gitu lagi, paman gak suka. Apapun yang Fang mau tinggal bilang sama paman, paman pasti bakal nurutin semuanya, asalkan Fang senang." Jawab Marco.

"Ya udah kalau gitu paman pergi dulu, ya? Masih ada urusan di kantor, Fang di rumah aja ya jangan kemana-mana, jangan keluyuran. Uang buat keperluan Fang ada di brankas tinggal ambil aja berapa Fang perlu, baik-baik di rumah ya nak." Marco berlalu dari kamar Fang, meninggalkan Fang yang menatap semuanya secara bergantian.

Kaizo...

Nama itu terlintas dipikiran Fang, ia merindukan Kaizo, sudah hampir satu minggu ia berada di rumah sang paman.

Ia merindukan sosok Kaizo, ia ingin memeluk Kaizo dengan erat, ia ingin menangis di pelukan Kaizo.

Hari-harinya ia lalui dengan perasaan kosong, tidak ada harta ataupun keinginan yang bisa menggantikan posisi Kaizo dihatinya, ia ingin menemui Kaizo.

Apakah Kaizo juga merindukan dirinya?

Fang bangun dari tempat tidurnya, ia berjalan perlahan menuju jendela kamarnya, ditatapnya pemandangan dari atas sini. Semuanya sangat indah, ia ingin menikmati suasana seperti ini bersama Kaizo.

Dia sudah tidak memiliki orang tua, hanya Kaizo yang ia miliki sekarang, walaupun ada sang paman; Marco. Rasanya sangat berbeda ketika ia bersama Kaizo.

Bertahun-tahun lamanya ia bersama Kaizo baru kali ini ia berpisah dan ini membuat hatinya gelisah, bagaimana kalau Kaizo sakit? Dan tidak ada yang merawatnya?

"Abang, adik rindu." Buru-buru ia menghapus air matanya yang menuruni pipinya, ia mengulas senyuman, sebuah ide muncul di pikirannya.

"Ayo temui abang."
__________

Fang berlari tertatih-tatih dengan keadaannya yang sekarang masih masa pemulihan, ia berniat membuka pintu namun, pintu itu sudah terlebih dahulu dibuka.

Disana ada Kaizo, Fang ingin menangis karena ia masih bisa melihat Kaizo.

"Ternyata masih inget pulang lo? Kirain gak bakal pulang karena keasikan ngemis dijalanan, dapat uang berapa? Udah bisa ngelunasin hutang lo sama gue selama gue ngerawat lo?" Pertanyaan itu yang pertama kali Fang dengar, tidak ada rasa haru dimata Kaizo, semuanya sama seperti sebelumnya.

Hanya saja hatinya sedikit senang mengetahui bahwa sang abang baik-baik saja, ia lebih baik disiksa Kaizo daripada berpisah.

"Adik gak ngemis, adik cuma diajak paman kerumah."

"Paman? Maksud lo paman Marco?" Fang mengangguk dan memberikan senyuman kecil.

"Lo ngemis dirumah dia? Lo minta perhatian dari dia, iya?" Tiba-tiba Kaizo marah dan mulai membentak Fang, ia tidak suka ada orang lain yang ikut campur urusannya dengan Fang.

"E-enggak abang! A-adik gak ngemis, paman yang datang sendiri kesini dan maksa adik buat ikut dia. Adik sendiri gak tau kalau kita punya paman, gak seperti yang dipikirin abang."

"Lo pasti yang nyuruh dia kesini, kan? Lo haus validasi hah? Lo ngerasa kurang kasih sayang dari gue, iya? Apa selama ini yang gue kasih ke lo kurang sampai lo masukin orang lain ke urusan kita? Jawab kalo lo punya mulut!" Marah Kaizo yang menarik Fang masuk ke dalam rumah dan mendorongnya hingga kepalanya terbentur ujung meja, Fang meringis pelan.

"Abang kenapa selalu siksa adik? Apa yang adik buat ke abang sampai kaya gini, apa adik ga sesempurna Boboiboy?" Tanya Fang yang berusaha menyuarakan isi hatinya.

"Apa karena kematian mama sama ayah? Kalaupun bisa diputar dan adik tau abang bakal sebenci ini sama adik, adik lebih rela kalau adik yang mati daripada sumber kebahagiaan abang, adik juga gak berguna kan dimata abang? Adik selalu salah dimata abang, apapun yang adik lakuin selalu salah. Jadi, kasih tau adik apa yang harus adik buat biar abang bisa ngeliat Fang sebagai adik abang sendiri? Kasih tau adik, bang..." Sambung Fang, ia tertawa kecil menyadari betapa lemahnya dirinya jika berhadapan dengan Kaizo.

"Kalau abang benci sama adik, abang bisa pindahin adik ke panti asuhan, adik mungkin gak bisa jauh dari abang tapi kalau jauh dari adik bisa bikin abang bahagia, kenapa engga? Adik cuma mau abang bahagia, adik sayang sama abang, bahkan adik rela jauh-jauh dari rumah paman kesini cuma buat ketemu abang. Karena adik rindu abang, adik ngerasa aman sama abang, adik rindu abang Kaizo yang dulu, adik rindu pelukan abang. Hiks... adik rindu, adik rindu abang, adik pengen meluk abang." Tangis Fang saat itu terdengar di ruangan itu, Kaizo menatapnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun, ia bingung.

Kaizo mendekati Fang dan berjongkok, "Sejahat-jahatnya gue sama lo gak pernah ada niatan buat pindahin lo ke panti, gue cuma mau liat penderitaan lo didepan mata gue sendiri, gue pengen liat lo mati karena gue." Bisiknya dan berlalu dari situ, membiarkan Fang di sana dengan tangisan yang memilukan, apakah kehidupannya masih berjalan lama?

CADEAU POUR FRÈRE [KaiFang]Where stories live. Discover now