51. Kembali Bekerja

4.5K 240 3
                                    

Awas! Typo ada di mana-mana... Bisa kog bantu menandai dengan komentar. :)

Kalo ada Part yang kurang nyambung, boleh juga di tandai kawan. ^^

Sedekah votenya untuk hari ini teman... Nge-Vote tu gratis loh 👀

__________________________________

Happy Reading 🌛
.
.
.

Makan malam mereka berakhir dengan lancar, meskipun rencana Nazea ingin mengobrol banyak hal bersama, gagal karena reaksi Kian. Dan sekarang mereka sudah kembali ke kediaman.

Zea berdiri di balkon menatap langit malam yang terlihat indah bertabur bintang.

"Langitnya indah." Gumamnya. Zea mengambil nafas panjang. "Aku besok harus bekerja."

"Kau bekerja?"

Zea terkejut, ia menoleh ke belakang dimana ada Keanel yang berdiri di belakang dengan piyama tidur, jangan lupakan Tab yang ia pegang.

"Kau? Mengagetkan ku saja." Zea menyentuh dadanya, untungnya ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

"Maaf...." Keanel meletakkan Tab-nya di meja balkon, lalu ia mendekat dan berdiri disamping Zea. "Apa kau kembali bekerja?" Ulang Keanel.

"Hum..."

"Kenapa kau bekerja? Aku bisa membiayai hidupmu." Protes El.

Zea menaikan sebelah alisnya. "Benarkah?"

Keanel terdiam, ia lupa memberikan kartu kreditnya pada Zea. "Ah... Maafkan aku."

"Tapi uang ku adalah uangmu... Kau bisa meminta apapun padaku." Lanjut El.

"Tidak usah... Kau terlalu berlebihan."

Keanel menggeleng tidak setuju. "Zea... Dengar aku, kau itu istriku, tanggungjawab ku, ibu dari anak-anakku."

"Apa? Tanggungjawab?" Zea sedikit tidak suka jika ia hidup bersama El karena rasa tanggungjawab juga belas kasihan. Ia ingat, dulu ia mempermasalahkan hal sepele seperti ini hingga membuat hubungannya dengan Keanel menjadi renggang.

"Tidak... bukan hanya itu, karena Kau..... Kau wanita yang paling kucintai setelah ibuku." Ujar Keanel penuh kesungguhan.

Wajah serius itu, kenapa tampan sekalih. Zea Samapi memalingkan wajahnya, salah tingkah. "Berhentilah mempermainkan perasaanku."

"Apa kau meragukan ku?" Keanel memegang dagu Zea menyuruh Zea menatap ke arahnya. "Apa kau masih ragu?"

Zea memaksakan menundukkan wajahnya, ia malu jika di perlakukan seperti ini. "Hm... Sedikit."

"Bagaimana aku bisa membuatmu percaya." Keanel menghela nafas. "Kalo begitu, mulai sekarang aku akan selalu mengatakan aku mencintaimu."

"It-itu tidak perlu." Bukan itu yang Zea mau.

Keanel bersimpuh dengan satu kakinya menjadi tumpuan, lalu mengeluarkan kotak mini dari dalam saku celana piyamanya.

"Hei! Apa yang sedang kau lakukan! Berdirilah!" Zea panik, kenapa Keanel kekanak-kanakan begini.

Keanel tidak menggubris, El memilih membuka kotak mini yang cantik itu di hadapan Zea. "Maukah kau selalu menjadi istriku?"

Bisa Zea lihat, sebuah kalung yang sangat cantik meski desainnya sederhana. "Kau..."

"Anggap saja ini lamaranku. Maka, maukah kau selalu menjadi istriku." Keanel memberikan tatapan penuh harapan.

"El... Kau tidak perlu sampai begini." Zea menuntun El berdiri. "Kenapa kau sangat nekat ingin bersamaku? Bukankah kau muak dan ingin meninggalkanku?"

Comeback ✔️ [End]Where stories live. Discover now