10. Rengganis, Girl From Nowhere

96 27 0
                                    

Anggi

"Wah, nggak bener. Mesti dikonfront ke Niken. Bisa-bisanya dia nawarin kost yang begituan ke kamu?!" gerutu Mala, saat mereka janjian ketemu di Mirota Kampus. Setelah semua acara dengan subdiv masing-masing selesai.

"Masalahnya ... Niken tahu nggak, kalau kostnya tuh 'begitu'?" ia mengambil beberapa mie instant, lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Ia berniat mengganti mie instant Niken yang tadi pagi dimasak.

"Yang bener aja! Pasti tahu lah!" Mala semakin menggerutu.

"Lagian... aku duluan yang nanya kost. Bukan dia yang nawarin."

"Siapapun yang duluan nanya, harusnya dia terus terang dari awal dong... tentang 'kondisi' kostnya. Jadi, kamu bisa hati-hati. Jadi... kamu nggak sampai dilecehin kayak tadi pagi."

Ia menghela napas panjang. Di dalam kepala mendadak melintas bayangan seorang berkemeja putih garis biru. Sial!

"Intinya... ada cowok kurang ajar ke kamu. Dan kamu mesti konfront ke Niken. Perlu aku temenin?"

"Makasih, Mal. Aku sendiri aja."

"Tega banget kalau sampai Niken sebenernya tahu... tapi malah sengaja nawarin ke kamu," Mala geleng-geleng kepala. "Nih... aku udah pengumuman di anak-anak sekitaran gelanggang tentang kost, mungkin sebentar lagi ada info."

"Thanks, Mal."

Dari Mirota Kampus, ia pulang sendiri ke kost. Namun ada rasa malas sekaligus enggan. Jangan-jangan nanti ketemu si mesum lagi di kost. Jangan-jangan....

Tapi kekhawatirannya tak terbukti. Halaman kost masih sepi. Hanya terdapat sekitar 3 kendaraan yang terparkir. Dengan tanpa seorangpun terlihat di ruang tamu, lift, hingga ia keluar lift di lantai 2. Aman.

Saat melewati kamar Niken, lagi-lagi tertulis out di depan pintu.

Akhirnya, dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamar, dan berharap besok pagi bisa bertemu dengan Niken.

Ia baru memutar kunci pintu, ketika suara barang pecah terdengar dari seberang kamarnya.

PRANGNG!

Dengan kaget ia melihat ke arah pintu yang terbuka sebagian. Sambil menimbang-nimbang dalam hati. Tetap masuk ke kamar sendiri, atau mencari tahu ke arah suara.

PRANGNG!

Suara pecahan kedua terdengar.

Dengan berat hati campur was was, ia memberanikan diri mengetuk pintu kamar seberang.

TOK TOK TOK

"Mba... permisi..."

Namun sepi. Sama sekali tak ada jawaban.

"Mba?" ia mencoba melebarkan pintu. Dan langsung terbelalak, demi melihat seorang gadis berwajah pucat pasi, sedang meringkuk kesakitan di atas tempat tidur. Dengan keadaan sprei dan selimut yang berantakan tak karuan. Kemungkinan akibat bekas hentakan kaki yang menahan rasa sakit dalam waktu lama.

"Kenapa?" dengan setengah berlari ia menghampiri gadis tersebut. Matanya sempat menangkap bekas pecahan gelas yang berserakan di samping tempat tidur.

"Sshhh! Sakit... sakiiit..." ujar gadis tersebut sambil memegangi perut.

"Mba?" ia pun semakin bingung harus melakukan ара.

"Mminumm... hhausss ...."

Matanya dengan cepat melihat ke arah nakas yang kosong. Sepertinya gelas di atas nakas sudah jatuh semua dan pecah.

Bad Senior in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang