22. "Sleep Tight"

96 25 0
                                    

Anggi

Ia langsung berbalik. Bermaksud mengembalikan topi dan Bear brand pada Rendra. Namun urung, karena begitu sampai di depan pintu, ia melihat Rendra sudah duduk melingkar. Tengah mengobrol bersama Damas, Angky, dan beberapa anak komdis lainnya. Jika ia tetap nekat datang menghampiri Rendra, itu sama saja menyerahkan kepala kepada algojo.

Tanpa berpikir dua kali, ia akhirmya membatalkan niat awal. Lebih memilih untuk berbalik pergi. Membawa kesal yang menggumpal di dada.

Langkah kaki menuntunnya mampir ke Mustek guna menunaikan sholat maghrib, yang waktunya hampir habis.

Beberapa panitia yang ia kenal, masih banyak hilir mudik di sekitaran FT dan Mustek. Euforia jelang hari H terasa kental dengan wajah tegang dan sibuk para panitia, yang dengan penuh semangat mempersiapkan pagelaran opening ceremony di hari Senin.

Ia pun menunggu di Mustek hingga waktu Isya tiba. Selesai Isya, barulah ia pulang ke Raudhah. Yang keadaannya sepi. Tak ada acara makan malam bersama seperti biasa. Mungkin semua sedang sibuk dengan acara masing-masing.

Tapi kekesalannya kembali muncul, saat melihat Ira menyambut di depan pintu kamar sambil tersenyum lebar.

"Iqobnya jangan lupa," Ira mengingatkan

"Aku sebenernya udah mau pulang bareng Nila dari tadi," ia beralasan.

"Buktinya baru pulang sekarang," Ira mencibir.

"Emang Nila nggak bilang... kalau aku bakalan pulang telat?" ia menggelengkan kepala tak percaya.

Ira balas menggeleng. "Jangan lupa, gosek WC."

Di titik ini ia jadi ingin menangis.

"Aku cape banget, Ir. Besok aja ya," ia benar-benar tak memiliki tenaga sisa untuk melakukan apapun selain tidur.

"Nggak bisa, udah kesepakatan. Atau mau kulaporin ke Mba Salsa biar ditambah iqobnya?" rupanya Ira sedang tak ingin memudahkan urusan orang lain.

Tanpa menjawab, ia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu. Tak memedulikan Ira yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Aku tunggu ya, Nggi! Kebetulan kemarin ada yang lupa piket. Kamar mandi udah licin banget tuh," teriak Ira tetap konsisten, sekaligus menyebalkan.

BRUK!

Dilemparnya topi dan kaleng Bear brand sembarangan ke atas tempat tidur. Kostan macam apa yang menerapkan metode hukuman untuk penghuninya, gerutunya kesal. Dikira ini penjara apa. Benar-benar seperti ungkapan, bagai keluar dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.

Ia sengaja mengulur waktu dengan tidur-tidur ayam di atas tempat tidur. Tapi....

Tok Tok Tok

"Anggi!" suara Ira bagai debt collector yang terus mengejar tak kenal rintangan.

"Kamu anak baru di sini, jangan bertingkah!" seru Ira semakin menyebalkan.

Ia pun memutar bola mata kesal. Seriously?

"Kamu juga sih yang salah. Udah dibilang kalau mau pulang telat, tulis di papan pengumuman," ujar Ira ketika ia membuka pintu kamar.

"Minimal titip pesen ke Nila. Kalian kan sama-sama panitia," lanjut Ira lagi.

"Nila tuh... kalau nggak diingetin, nggak bakalan inisiatif. Egois gitu anaknya," Ira memutar bola mata.

"Hei! Aku ngomong sama kamu nih, jangan diem aja!" Ira menatapnya dengan wajah memberengut.

Bad Senior in LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora