13. Salah Paham

79 26 1
                                    

Anggi

"Hai... baru pulang?" sapanya sambil menghampiri Niken.

"Yup," Niken memang terlihat cape, dan langsung membuka kunci kamar. Sepertinya sedang tak ingin mengobrol.

"Sibuk banget deh, nggak pernah ketemu," ia mencoba tersenyum.

"It's me," Niken berhasil membuka pintu kamar.

"Eh, Nik... sebentar. Ada yang mau aku omongin."

"Apa?" Niken mengurungkan niat masuk ke kamar.

"Hari pertama aku tinggal di sini, ada orang yang kurang ajar."

Entah mengapa, ia merasa kesal tiap kali membahas sesuatu yang berhubungan dengan Rendra.

"Terus?"

Ia mengerutkan kening mendengar tanggapan dingin Niken. "Ya... aku marah banget lah. Masa tiba-tiba ada orang pegang-pegang. Kamu tahu ada orang yang suka harrash gitu di sini?"

"Hah? Enggak lah. Mana ada orang begitu di sini. Salah orang kali," Niken masih acuh.

"Salah orang gimana?!" ia meradang. "Aku nggak terima diperlakukan begitu."

"Orangnya udah minta maaf belum?"

"Kalau udah minta maaf... memang kenapa? Kalau belum... kenapa?" ia semakin mendecak.

"Kalau udah minta maaf... ya udah, selesai perkara," Niken menjawab tetap acuh, seolah itu adalah hal biasa.

"Apa?!" ia melotot tak percaya. "Yang bener aja, Nik. Sebagai anak hukum... begini reaksi kamu waktu denger keluhan dari korban pelecehan?! Apa kabar keadilan di sini?!"

"Pelecehan gimana sik?" Niken mulai gusar. "Kamu diapain sama dia?!"

"Aku lagi bikin mie di dapur, tiba-tiba ada orang meluk dari belakang. Terus... pegang-pegang," ia mendesis kesal demi mengingat kejadian pagi itu lagi.

"Gitu doang?" di luar dugaan, reaksi Niken tetap santai.

"Gitu doang gimana?!" ia semakin meradang.

"Ya... kamu cuma dipeluk-peluk, dipegang-pegang, lainnya? Kissing? Pemaksaan?"

"Astaga!" ia memejamkan mata dengan kesal. "Teganya kamu bilang cuman dipegang-pegang. Eh, Nik, catcall bahkan udah termasuk pelecehan!"

Kini gantian Niken yang memutar bola mata.

"Dan aku sama sekali nggak rela... ada orang tak dikenal megang-megang seenaknya! Very angry bout it!"

"Sekarang maunya gimana? Mau orang yang udah pegang-pegang minta maaf? Siapa namanya? Ntar kusuruh minta maaf sama kamu! Sesimple itu!"

"Ternyata percuma ngomong sama kamu, Nik," ia menghela napas panjang.

"Aku tuh lagi cape tahu, baru pulang. Kamu... ujug-ujug ngomong gaje begini."

"Ini yang terakhir...." ia mengembuskan napas panjang. "Aku mau nanya nih, kamu tahu gosip yang beredar di luaran tentang Pitaloka?"

"Apa lagi?!" Niken menatapnya tak percaya.

"Gosip... kalau yang kost di sini bisa... dipakai," ia berusaha memelankan kata terakhir karena merasa jengah sendiri.

Tapi Niken justru menyeringai, "Jyah, gosip lama."

"Berarti kamu tahu dong... kalau sebagian besar orang di luar, menganggap yang kost di sini bisa 'dipakai'?"

"Yah, Nggi... gosip begitu di mana mana ada."

Bad Senior in LoveWhere stories live. Discover now