Kebenaran yang terulang kembali (2)

151 31 0
                                    

Dari prediksi Li Rushan, seharusnya guru mereka telah sadar sekarang. Karena itu Lin Hanna sekarang berjalan sembari membawa sebuah nampan penuh dengan makanan. Paviliun beri merah muda, atau lebih dikenal sebagai paviliun Fenmei adalah nama dari kediaman guru mereka. 

Tempat indah dengan suasana sejuk, tetapi kesulitan untuk mencapai tempat ini juga terbilang sulit. Mengingat Paviliun Fenmei letaknya disebuah pulau melayang, untuk mencapai tempat itu orang-orang selain mereka yang memiliki token, harus menyelesaikan sebuah teka-teki.

Meski angin menghembusi tubuhnya, Lin Hanna tidak gentar sama sekali membawa nampan makanan. Postur tubuhnya bagus, tidak ingin membuat image buruk sedikitpun didepan gurunya. Diatas nampan itu tampak makanan sehat dengan gizi seimbang, jelas semua itu diatur oleh Li Rushan sendiri.

Menegguk ludahnya, Lin Hanna menjulurkan tangan untuk mengetuk pintu. "Masuk." Belum sempat tangan Hanna mengetuk pintu, tapi suara didalam sudah memangilnya dahulu. Berjalan memasuki ruangan (Y/n), tentu saja hal pertama yang Lin Hanna lihat adalah rak berisi tumbuhan kecil.

Tentunya Lin Hanna berjalan masuk dengan sudah melepaskan alas kaki, karena jika tidak dia akan merasa malu membuat kotoran pada kediaman gurunya. Gadis itu berjalan kearah kanan untuk disambut oleh sebuah ruang tamu seberhana nan klasik. Rumah itu tidak besar, setidaknya tidak jika dilihat secara kasat mata.

Berjalan sedikit melewati lorong yang mana berisikan buku-buku gurunya. Sesaat gadis itu berada di sebelah kanan ruang pakaian sang guru, dia segera membalikkan tubuhnya kekiri. Disanalah kamar gurunya. "Hormat kepada shizun, murid ini datang membawa makanan atas perintah paman guru Li," ucap Lin Hanna didepan pintu kamar Lin (Y/n) yang dihadang oleh sihir transparansi.

"Masuklah Hanna," suara gurunya tampak lembut. Tidak, mungkin beliau hanya lemas. Menundukkan kepala, Lin Hanna tidak berani menatap mata sang guru sedikitpun. Dengan pelan dia berjalan masuk, merasakan tubuhnya melewati pembatas sihir buatan gurunya. Gadis itu berjalan kearah meja dan meletakan nampan makanan disana.

Jantungnya berdegup kencang berharap tidak terkena masalah karena tadi telah melakukan sesuatu yang gegabah. Siapa orang gila yang berani memeluk gurunya? Lin Hanna akan mengangkat tangan jika ditanya demikian.

"Lin Hanna." Cukup dengan satu panggilan nama membuat jantung gadis itu seakan-akan berhenti berdetak. Matilah.  

"Murid ini menjawab panggulan shizun," ucap Lin Hanna melirik kearah Lin (Y/n). Pada saat itu juga, manik hijau Hanna membola melihat senyuman pada bibir sang wanita. "Terimakasih atas kerja kerasmu," ujar ketua dari gunung Lin Zhou kepada murid kepalanya. Serabut merah menghiasi pipi Lin Hanna. Guru mereka tidak pernah memberikan sebuah pujian secara langsung, tidak, malah kata-kata paling dekat dengan pujian yang dahulu Lin (Y/n) lontarkan adalah 'tidak buruk'.

.....

Memakan makanannya dengan tenang, Lin (Y/n) menghembuskann nafas legah ketika rasa familiar selama ratusan tahun telah kembali pada mulutnya. Lin Hanna, remaja itu sendiri kini berada di hadapannya menunggu Lin (Y/n) menyelesaikan kegiatannya. Remaja itu menuangkan air setiap kali gelas gurunya kosong. Sungguh berbakti sekali.

"Lin Hanna, berapa umurmu sekarang?" Tanya sang guru sembari mengangkat gelasnya. "Izin menjawab shizun, saya berumur 16 tahun sekarang." Mendengar perkataan Lin Hanna, sontak saja gadis bersurai (H/c) itu menyemburkan minumannya. Dia terbatuk menepuk-nepuk dadanya pelan. "Shizun!" Seru Lin Hanna khawatir mendekati Lin (Y/n).

Mengibaskan tangan, sosok immortal itu menyuruh muridnya tidak perlu khawatir. Sial, jika Lin Hanna berumur 16 tahun, maka artinya sebentar lagi acara itu akan dimulai.

Brak!

"Shizunnnnnn!"

Seruan suara tidak asing membuat kedua orang didalam kamar Lin (Y/n) menenggok. Pintu yang didobrak kembali ditutup, suara derap kaki cepat mendekati mereka. Sosok itu barulah terlihat jelas ketika dia berada didepan pintu kamar sang guru. "Hormat kepada Shizun! Zhang Jiehong atas perintah paman guru Zhang membawakan dokumen urgensi. Maaf atas ketidak sopanan murid ini!" Sosok pemuda dengan surai hitam berdiri dihadapan pintu kamar gurunya.

𝑇ℎ𝑒 𝐶𝑟𝑜𝑠𝑠𝑑𝑟𝑒𝑠𝑠𝑒𝑟 𝑆ℎ𝑖𝑧𝑢𝑛 𝑎𝑛𝑑 𝐻𝑒𝑟 𝐻𝑎𝑟𝑒𝑚Where stories live. Discover now