02

449 82 14
                                    

Gyumin terlonjak kaget saat teriakan keras menggema menggetarkan gendang telinganya. Jusnya tumpah setengah gelas, pria mungil itu mengusap dada. Hampir saja jantungnya melompat keluar dari tempatnya.

Putra kedua keluarga Gu itu menghembuskan nafas lelah. Dalam hati ia membatin, serangga mana lagi yang menggangu kakaknya? Hari ini terhitung sudah tiga kali teriakan itu memekakkan telinga. Yang pertama saat dikamar mandi, perkara kecoa. Kedua, lebah kecil diatas langit kamar. Dan ketiga, saat ini.

Ingin rasanya Gyumin menyumpal mulut berisik itu. Sayangnya ia tidak bisa karena jika ia lakukan maka yakin, besuk pagi namanya pasti sudah lenyap dari kartu keluarga.

"Xiao Min!" Teriak Zayyan ribut.

Gyumin datang dengan raket pembasmi nyamuk ditangannya tidak lupa membawa semprotan serangga andalannya, bersiap ke dalam mode tempur memasang kuda-kuda terbaiknya.

"Dimana serangganya?"




Hening.




Zayyan mengerutkan dahi, menatap heran pada adiknya yang berpose layaknya murid bela diri. Dengan tangan kanan membawa semprotan anti serangga dan tangan kiri memegang raket nyamuk.

"Serangga apa?" Zayyan balik bertanya.

Gyumin memperbaiki posisinya. "Jadi bukan serangga, lalu kenapa kau berteriak?

Zayyan menggangkat ponselnya, Menampakan beberapa pesan masuk di dalam layar.

"Selamat anda lulus dalam pertandingan seleksi kami. Kepada pemain Sunflower, maukah anda bermain bersama tim kami." Gyumin membaca isi pesan itu pelan.

"Aku diterima Xiao Min! Aku diterima!" Zayyan memekik senang, memeluk adik mungilnya itu erat lalu melompat penuh riang.

"Dari tim mana?"

Zayyan berhenti. Pria manis itu terdiam cukup lama kemudian menggeleng pelan. Gyumin berdecak tak percaya, bagaimana orang sebodoh ini bisa meraih title anak paling berprestasi di jurusannya? Setelah dipikirkan itu sungguh tidak masuk akal.

"Bagaimana ini Xiao min?"

"Bagimana apanya? Ya tinggal tanyakan saja, bodoh!"

"Memangnya itu sopan?" Zayyan menatap ponselnya ragu.

"Oke.. oke.. aku tanya," finalnya ketika tatapan Gyumin semakin menajam.

Tidak ada satu menit Gyumin kembali dibuat jantungan saat lagi-lagi pekikan kakaknya mendobrak gendang telinga. Zayyan berguling-guling diatas ranjang. Gyumin bergidik, ia mulai takut sekarang.

Usai aksi berguling ria itu berakhir, pria manis itu memandang kearah Gyumin. Tersenyum manis manampilkan gigi putih lucunya dan mata berbinar cerah.

"Dibalas!"

"Apa? Apa?" Gyumin bertanya tak sabaran. Ia penasaran.

"Phoenix!" Zayyan melebarkan senyum, matanya menyipit membuat pahatan wajah itu terlihat berkali-kali lipat lebih sempurna. "Mereka adalah Phoenix"

Gyumin membolakan mata. "Phoenix milik Mai Junsheng?"

Zayyan mengangguk menanggapi.

"Yang benar?" Teriak Gyumin membuahkan tamparan bantal dari Zayyan.

"Benar dan jangan berteriak!"

Gyumin tidak menggubris gerutuan Zayyan yang dilontarkan sambil menutup telinga. Tidak, tidak! Bukan itu yang penting sekarang.

Gyumin menggeleng tak percaya. "Bagiamana bisa?"

Zayyan mendudukan diri. Sejujurnya ia juga tidak tau.

Soulmate 🎮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang