06

356 76 32
                                    

"Perusahaan sudah mengeluarkan pengumuman resmi hari ini dan pihak developer e-sport juga baru saja merilis pengumuman serupa."

Hyun sie menyalakan layar monitor berisi komentar dari berbagai forum.

"Lihat, tidak buruk kan?"

"Kitsune nomor satu Tiongkok bergabung dengan Phoenix, sejarah baru yang menjanjikan."

Manager itu membaca salah satu komentar.

"Walaupun komentar buruk tidak bisa dihindari tetapi dengan komentar positif seperti ini kita memiliki cukup banyak kesempatan untuk sementara."

Lex menghembuskan napas lega.

"Itu terdengar lebih baik dari yang ku kira, setidaknya ku pikir mereka akan protes dan membuat keributan di media, syukurlah ini menjadi lebih mudah."

Benar, Hyun Sie mengganguk setuju lalu beralih menghampiri Sing.

"Kau tidak bergabung dengan mereka kapten?"

Teguran Hyun Sie membuat Sing yang tadinya fokus lantas menghentikan aktivitasnya. Si tampan menoleh ke tempat dimana rekan-rekannya bercanda gurau di sana. Iris sedalam samudera itu menjelajah, berhenti tepat pada seorang pemuda manis yang duduk ditengah-tengahnya.

Dabin mengangkat tangan tinggi-tinggi.

"Ya, Dabin, apa yang ingin kau tanyakan?"

Leo menurunkan tangannya. Sungguh, menyebalkan. Entah sudah berapa kali dia diabaikan. Kini mereka sedang berkumpul diruang tengah untuk melakukan sesi tanya jawab antar anggota. Tujuannya agar mereka bisa saling mengenal lebih dalam sebelum berkerjasama sebagai tim. Bagi yang memiliki pertanyaan bisa langsung mengangkat tangan, itulah aturannya. Sejak tadi Leo terus mengangkat tangannya, jelas dia lebih cepat, semua orang tau itu tetapi Zayyan malah menjawab pertanyaan Dabin lebih dulu.

"Nama mu kan Zeyuan lalu bagaimana bisa dipanggil Zayyan?"

"Karena adik ku."

"Karena adik mu?"

"Iya, sejak kecil Xiao Min selalu memanggil ku dengan nama itu jadi semua orang mulai melakukan hal yang sama."

"Hm... Jadi begitu." Dabin mengangguk mengerti.

"Oke, satu pertanyaan lagi, kena-"

"Hei, Dabin, tidak kah kau ingin memberiku kesempatan untuk bertanya juga?"

"Oh, Leo? Kau ingin bertanya juga?"

"Ya kau pikir aku mengangkat tangan sejak tadi untuk apa? memukulmu?"

Leo merangkak mendekati Zayyan, duduk disampingnya. "Manis, apa kau bisa naik motor?"

"Motor?" Zayyan menggeleng. "Aku tidak pernah belajar."

"Kalau begitu-"

"Tidak boleh."

Leo berdecak, memandang sinis kearah deretan komputer tempat kakak nya duduk disana. "Apa sih? Aku belum mengatakan apa-apa."

"Lagipula apa yang kau lakukan di sana ge? Mid laner baru kita ada di sini, seharusnya kau lebih memperhatikannya. Cepat kemari, sebagai kapten tim kau juga ingin menanyakan sesuatu kan?"

"Tidak," jawab Sing cepat. "Pelan kan suara mu, kepalaku pusing."

"Huh?" Leo menaikkan sebelah alisnya. Apa-apaan jawaban itu? Dia berusaha membantu, kenapa kakaknya malah menghina suaranya alih-alih berterima kasih?

"Ge, dengan karakter mu yang seperti ini kau tidak akan bisa memikat siapapun."

"Apa pedulimu?"

"Lah, si tua dikasih tau juga." Leo mulai kesal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soulmate 🎮Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang