🌷LOVE SHOOT ; TIGA🌷

26 5 0
                                    

Happy reading 🌷
Tandai typo

Malam hari pada pukul tujuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Malam hari pada pukul tujuh. Biasanya pada jam segini aku menonton televisi bersama Mama atau Abang -karena Papa sedang ada dinas di luar kota selama dua bulan jadi tidak bisa ikut menonton televisi - tapi pada malam ini aku masih stay diruang siaran bersama teman-teman lainnya. Sudah lima menit yang lalu Jia membuka siaran malam ini, jadwal Deantara siaran tidak setiap hari.

Hari Rabu dan Sabtu saja, dan aku kebagian pada hari Rabu nya. Dihari Rabu hanya ada empat orang sementara dihari Minggu lima orang. Kali ini, Jia yang membuka siaran malam ini, sejujurnya kami ingin mengundang salah satu siswa yang berprestasi, tetapi, ada saja kendalanya. Sebetulnya, jika ingin mengundang Kak Gibran pun rasanya bisa mengingat ia juga siswa berprestasi di sekolah karena telah memenangkan kejuaraan internasional.

Kemudian Jia memberikan ku kesempatan berbicara. Aku berdehem terlebih dahulu. "Halo sobat Deantra bagaimana kabarnya semoga baik-baik saja ya ... Untuk kalian yang masih mengerjakan tugas, mendengarkan bersama teman-teman, atau sedang overthinking malam ini kalian akan di temani oleh Ayumi dan Jiana untuk dua jam ke depan. Seperti yang sudah dibahas oleh Jiana tadi nih ... Untuk dua jam ke depan kita akan membahas obrolan seputar sekolah dan mengatasi insecure makanya stay tune terus ya .... Nah, sebelum itu mari kita dengarkan dahulu lagu cantik dan aesthetic milik Nadin Amizah dengan judul Sorai."

Tirta di belakang kaca itu menurunkan tangannya. Lalu aku tersenyum, sudah berapa lama aku tak merasakan atmosfer siaran ini, sebetulnya aku sangat rajin datang ke siaran, namun tidak terjun langsung. Biasanya yang akan menggantikanku siaran Wetno, jika kami bertukar peran. Aku hanya berada dibalik kaca tabal itu. Tirta dan Wetno memberikan jempol kepada kami berdua tanda kami telah melakukannya dengan baik. Setelah kotak biru menandakan kami sedang off air aku melepaskan penyuara dari telingaku.

Lagu Nadin mengiring apik memenuhi seluruh sudut. "Gue grogi." Aku berkata pada Jia. "Gue udah lama nggak siaran."

Jia terkekeh. "Masih sama kok, Ken."

Aku tersenyum. Setelah lagu Sorai usai dan diisi lagu milik Ghea yang Berjudul Jiwa Yang Bersedih dengan lagu pilihan lainnya mulai memenuhi sudut ruangan, aku menenggelamkan segala perasaanku kedalam topik pembicaraan, kami membahas seputar sekolah tentang anak futsal yang baru kembali setelah memenangkan kejuaraan di universitas ternama, dan anak Inggris club yang juga memenangkan debat bahasa inggris di universitas yang sama. Lalu, kami juga membahas tentang insecurity yang menjadi topik yang ditunggu-tunggu.

Banyak masukan lagu request yang masuk. Tirta yang memegang monitor sering kali mengode kami. Saat kami berdua harus berpamitan dan akan bertemu kembali di Rabu depan, aku merasa tertarik kembali kepada kenyataan. Rasanya saat berada dalam ruang siaran aku seperti melayang terbawa oleh topik yang dibahas.

Padahal dahulu aku masuk dalam Deantara siaran karena ingin dekat dengan Kak Gibran, namun, sekarang Deantara siaran sudah seperti separuh nafasku sendiri.

LOVE SHOOTWhere stories live. Discover now