🌷LOVE SHOOT ; EMPAT🌷

26 4 1
                                    

Happy reading 🌷
Tandai typo

Pagi hari ini meminimalisir terjadinya telat, aku menyetujui ajakan Abang untuk berangkat bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi hari ini meminimalisir terjadinya telat, aku menyetujui ajakan Abang untuk berangkat bersama. Sepuluh menit yang lalu mobil Abang melaju usai menurunkan ku di gerbang sekolah. Semalam, Rama benar-benar hanya mengantarkan ku pulang, beruntung saja, Papa sedang tidak ada, tapi tetap saja ada apesnya yang ternyata disitu Abang sedang mengeluarkan motornya untuk menjemputku yang tak kunjung pulang. Pukul sepuluh, baru Rama pulang setelah Abang banyak bertanya. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, namun, dari raut wajah Rama tidak ada yang harus di khawatirkan.

Apa lagi, saat aku bertanya apa saja yang Abang bicarakan dengan Rama. Laki-laki itu malah terkekeh tak menjawab pertanyaanku. Aku juga meninggalkan pesan kepada Rama agar mau memberitahukan ku, apa saja yang dibicarakan kedua laki-laki itu. Tapi, jawaban Rama di roomchat sama saja dengan Abang.

Semalam juga, Kak Gibran meninggalkan banyak pesan kepadaku. Aku tak ingin jatuh lebih dalam, karena, Kak Gibran itu pintar membuat perasaanku kembali ke permukaan hanya dengan perhatian kecilnya. Kalau, hal itu terjadi kembali untuk kedua kalinya, aku takut perasaan ku akan tersakiti lagi.

"Niken..." suara Gauri memekakkan telingaku, dan tangannya memberatkan satu sisi bahuku. Tawanya menguar, hingga rasanya aku ingin menutup mulutnya. "Semalam siaran ya lo?" aku mengangguk.

Perempuan dengan rambut ponytail itu, memang lebih banyak berbicara. "Ri?" aku memelankan suaraku, kemudian, mata itu menatap iris coklatku.

"Ya? Kenapa?" dirinya menaikkan alisnya.

"NGGAK JADI AH! MINGGIR BERAT TANGAN LO!" sentakku, menghempas tangan Gauri.

"Ah! Lo mah, nyebelin." Wajahnya begitu cantik hingga membuat gerakan dalam wajahnya, yang seketika membuat ku tertawa. Gauri cemberut.

Ya... Pantas saja Rama menyukai Gauri.

Aku tidak akan menyalahkan siapapun, toh, disini terserah Rama jika ingin menyukai siapa dan yang mana. Memangnya aku siapa? Lagipula, belum ada perasaan kepadanya? Belum? Apakah nanti ada? Aku tak tahu. Aku juga tak heran jika Gauri dan Rama berpacaran, namun, aku terkadang heran dengan cara Rama mengutarakan perasaannya. Kenapa, Rama tidak terang-terangan mengutarakan perasaannya? Dia malah terkadang membuatku bingung, benarkah dia menyukai Gauri atau hanya sebatas bermain-main.

Lagipula, aku tidak peduli jika Rama hanya bermain-main dengan Gauri, tapi, aku tidak akan terima jika Rama mempermainkan Gauri. Toh, disini yang lebihd ekat denganku Gauri dibandingkan dengan Rama. Seperti yang aku bilang, aku dan Rama itu jarang berinteraksi jika di kelas, mungkin hanya saat ada kerja kelompok atau hal yang menguat kita berinteraksi.

Setelah melambaikan tangan kepada Gauri yang berlalu jalan menuju ruangan seni tari, aku masuk kedalam kelas. Di sekolah kami, diperbolehkannya untuk mengambil maksimal dua organisasi, dulu aku mengambil Deantara siaran dan OSIS, di Deantara siaran aku diterima denganbaik, namun, di organisasi OSIS aku salah dalam memilih visi misi dan berakhir tidak masuk dalam organisasi tersebut. Ya ... Aku juga tak terlalu niat dengan organisme itu.

LOVE SHOOTWhere stories live. Discover now