49. Sepupu (2)

244 7 0
                                    

"Ella!!"

Pintu tiba-tiba saja dibuka secara kasar, Angkasa dan yang lainnya langsung terdiam mematung saat melihat keadaan di dalam ruangan. Apalagi dua orang yang tampak begitu dekat.

Lyora yang berdiri sangat dekat dengan Louis langsung menjauh dari pria itu saat bertatapan dengan sang tunangan yang berekspresi masam. 'Mampus!'

"Ella …"

Lyora seolah tersadar, dia berjalan ke arah Angkasa. Namun tangannya sudah lebih dulu ditarik oleh Louis yang masih duduk santai.

"Diem di sini." Louis berdiri dari duduknya, tangannya masih setia menggenggam tangan Lyora yang berdiri di belakangnya.

"Apasih?? Gue mau ke Angkasa."

"Ssth, diem dulu," gumam Louis. "Ayo kita permainin mereka dulu."

"Ga, ga." Lyora menggelengkan kepalanya dengan eskpresi tak setuju. "Gue ga mau dibenci lagi sama Angkasa."

"Kalau lo dibenci sama Angkasa terus diusir, gue siap kok nampung lo di mansion gue." Louis menatap Lyora dan mengedipkan sebelah matanya, genit.

"Gue yang ogah ke sana." Lyora membuang muka.

"Lah, kenapa?" Louis menatap bingung. "Enak loh, di mansion gue. Lo cuma santai sambil makan cemilan. Urusan rumah semuanya dikerjain sama pelayan, mau apa tinggal minta ke gue. Kenapa ga mau??"

"Au ah, males gue bicara ama lo." Lyora menatap Louis. "Ga, pe-ka."

"Ga peka? Gue bisa ngasih apapun lo, Ra. Bukannya itu yang di mau semua cewek, belanja sepuasnya?"

Lyora menatap dengan dengan melotot. "Heh, anak tai! Lo inget semua cewek sama apa??" tanyanya berkacak pinggang. "Lo kira—"

"Rasya."

Lyora seketika mengalihkan atensinya ke arah Nalendra yang menatapnya, dia menatap Louis sesaat dan tiba-tiba saja berlari.

Tetapi, Louis dengan gercep menahannya dan menariknya ke pelukan pria itu.

"Illy, lepas!"

"Bentar doang, gue kan sepupu lo."

"Heh!"

"Berengsek! Lepasin Ella!" Angkasa menatap dengan wajah memerah karena amarah.

"Kenapa gue harus nurutin lo?" Louis mengangkat sebelah alisnya menantang. "Emangnya, lo ada hak buat merintah gue??"

"Louis, lepaskan Gabriella!!"

"Oh, kakek." Louis tersenyum. "Kakek juga ada di sini?"

'Hah? Delio? Ngapain dia kesini??' batin Lyora bingung. "Illy, bentar. Gue mau bicara sama kakek," bidiknya.

Namun, Louis justru mengabaikannya. "Apa kakek merindukan—"

"Persetan denganmu, lepaskan cucuku!"

"Siapa yang kakek maksud?" Louis tetap mempertahankan senyuman ramahnya.

"Louis!"

Louis tersenyum miring, dia menjentikkan jarinya.

Beberapa pria bertubuh besar tiba-tiba saja masuk dan mengelilingi mereka.

"Illy," panggil Lyora, dia mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Louis.

"Gue ga bakal nyakitin mereka, lo tenang aja."

Lyora kembali menundukkan kepalanya. "Jangan sampai," gumamnya pelan. "Sedikitpun, jangan sampe mereka luka. Atau gue … bakal marah sama lo."

Louis tersenyum gemas, dia mengacak rambut Lyora. "Ga bakal, gue orang yang nepati janji. Tenang aja, oke?"

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang