59. Pertemuan

157 3 0
                                    

"Jangan berbicara denganku jika bukan tentang Lois."

"M-master. Ak- saya menemukan tempat terakhir Yang Mulia berada."

Cecilia melirik Chie. "Kau yakin?"

"Benar. Saya sudah menyelidikinya berkali-kali, dan berakhir di tempat yang sama. Jadi, saya bisa yakin kali ini."

Cecilia menatap lurus ke depan, ia memejamkan matanya dan mengatur napasnya yang memburu. "Di mana?"

"Tempat terakhir Yang Mulia berada adalah di ... Kerajaan Lauren."

Gelas di tangan Cecilia langsung jatuh ke lantai dan pecah, beberapa pecahan kaca bahkan sampai menembus kakinya dan mengeluarkan darah.

Dengan ekspresi terkejut, Cecilia menoleh ke arah Chie. "Apa ... maksudmu?? Kau, buat apa Lois ada di sana ...??"

"Master, mungkin saja—"

"Alyssa dé Floyd!" Cecilia menggeram marah, tangannya terkepal dengan sangat erat.

"Master."

Cecilia memejamkan matanya sejenak, ia menghela napas dan berbalik menatap Chie. "Kirim seseorang untuk mencarinya di sana, apapun yang terjadi. Jangan sampai pulang dengan tangan kosong!"

"Ya, Master." Chie berbalik dan melangkah pergi.

'Alyssa ...' Cecilia tersenyum miring. "Kita memang ditakdirkan untuk menjadi musuh."

🌺🌺

"Jadi ini kerajaan yang lo maksud??"

"Jaga ucapanmu!" Alyssa memakai tudung jubahnya dan berjalan pergi.

"Lagian, ga ada yang bakal ngerti." Nalendra mengangkat bahunya dengan eskpresi acuh, ia dengan santainya berjalan melewati Alyssa.

"Hei! Kenakan jubahmu, kita kemari hanya untuk mencari Lyora."

Nalendra berdecak, ia menoleh ke arah Alyssa dengan eskpresi aneh. "Bukannya kau bisa sihir? Gunakan saja sihirmu itu, ribet."

"Sihirku habis terpakai untuk melindungi kita di ruang hampa!" Alyssa berdecak, ia memijat pelipisnya. "Untuk sementara, aku tidak akan bisa menggunakan kekuatan sihirku. Jadi ..." Alyssa menunjuk Nalendra. "Jangan buat kekacauan atau kau akan mati di sini."

"Cih, memangnya semenyeramkan apa kerajaan ini??"

Alyssa merubah eskpresi wajahnya menjadi datar, ia melangkah maju dan melewati Nalendra tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Sementara Nalendra, pria itu hanya bisa menghela napas dan geleng-geleng kepala. 'Dia mulai lagi.'

🌺🌺

"Putri saya."

Cecilia yang tengah duduk di singgasana sembari menopang dagu, menatap ke bawah. "... Ada apa?"

"Kami merasakan aura Tuan Putri Dé Floyd yang berada di kerajaan manusia."

"Dé Floyd?" Cecilia tersenyum miring. 'Alyssa dé Floyd, siapa yang sangka kau sendiri yang datang kemari.' Ia berdiri dari duduknya. "Minta para pembunuh bayaran di bawah perintah Lio untuk menyergap Alyssa."

"Em, Putri saya ..."

"Apa ada urusan lain?"

"Benar. Mata-mata kita melihatnya bersama seorang pria."

"Pria?" Cecilia memegang dagunya berpikir. "Apa itu Bastian?" gumamnya pelan.

"Sepertinya bukan."

Cecilia menatap Chie yang berjalan mendekat, gadis itu berjalan menaiki beberapa tangga dan berdiri tepat di depan Cecilia. Ia berkacak pinggang. "Pria itu terlihat sangat asing, aku belum pernah melihatnya di kerajaan ini ataupun kerajaan Lauren."

NalendLyora [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang