05

1K 108 3
                                    

Arvy menghela nafasnya, entahlah sudah berapa kali ia menghela nafas pagi ini.

Setelah sarapan pagi yang dilakukan bersama keluarga barunya dan mengenal para penghuni rumah yang dibilang sangat besar ini, Arvy kembali ke ruangan tempat semalam ia tempati yang ia ketahui sebagai kamarnya.

"Oke, pertama-tama cari buku habis itu tulis informasi yang udah gue tau."

Arvy menggeledah laci meja belajarnya, mengambil sebuah notebook dan menulis informasi yang sudah ia ketahui.

Maklum, short memory ya gini harus ditulis biar ga lupa.

Arvy terlalu fokus pada apa yang dilakukannya saat ini hingga ia tak mendengar suara ketukan pitu yang terasa makin tak sabar diluar kamarnya.

"Aish siapa sih," sudah tak tahan dengan gedoran yang semakin keras Arvy bangkit dari duduknya dan membuka pintunya secara kasar.

"Apa sih?!"

Disana, didepan Arvy terlihat pria dengan setelan jas yang sudah dibilang tak rapi lagi. Dasi yang kendor, jas yang sudah kusut begitu juga dengan rambut yang acak-acakan tapi malah menambah kesan pria tampan yang terlihat sangat mapan ini.

Kekesalan Arvy sudah menguap, kini ia lagi-lagi dibuat takjub dengan visual yang ada didepannya.

Arvy diam, menatap pria tampan yang juga menatapnya dengan tatapan yang ...? Entahlah, Arvy pun tak tau, seram tapi ada setitik kehangatan di tatapannya.

"Siapa lagi ini woi, keliatannya tadi waktu perkenalan ga ada deh?"

"Apa gue nya yang ga inget? Tapi ga lah."

Arvy tetap diam, ia tak mengerti dengan situasi saat ini. Apa yang harus ia lakukan?

"Zy."

Ah panggilan itu lagi.

Jujur Arvy sedikit tak nyaman dengan panggilan 'Zy' ini, semua kenangan masa lalunya berada pada panggilan itu.

"Kamu benar-benar Zy?"

Arvy menganggukkan kepalanya ragu, "iya kan bener ga salah? Zy juga nama tengah ni anak."

Tanpa aba-aba pria berjas itu langsung menarik Arvy dan memeluknya dengan erat.

Arvy tentu saja terkejut, ia ingin memberontak tapi tenaganya saja tak keluar. Ia heran, pria yang memeluknya saat ini manusia atau jelmaan gorila sih, tenaganya itu loh.

Bahkan badan Arvy tenggelam diperlukannya.

"I miss you so much Zy."

Wah merinding Arvy. Suaranya itu yang deep gimana gitu, mana disebelah telinganya kan.

Arvy tetap diam ditempat, badannya saja kaku tak bisa ia gerakkan. Tapi bisa-bisa ia mati kehilangan oksigen jika pria itu tak melepaskan pelukannya, sesek woi.

"Eum,"

Arvy bingung ingin memanggil apa, kak? Om? Tapi sepertinya panggilan om terlalu tua untuk wajah tampan ini.

Sepertinya pikiran Arvy tersampaikan dengan baik, pria itu melonggarkan pelukannya dan menatap kedua mata Arvy.

"Sumpah dah orang-orang dirumah ini sukanya bikin olahraga jantung mulu kali ya."

Tatapan dalam yang memendam kerinduan bisa Arvy lihat dari pancarannya.

"Remember me?"

Pake nanya, ya engga lah.

Oke bisa ditendang kalo Arvy jawab itu.

Arvy menggelengkan kepalanya, "siapa?" Cicitnya.

Takut coi Arvy, auranya itu loh mirip om brewokan yang ternyata adalah kakeknya.

- KalaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora