Bab 1 - 02 : Rooftop

5 2 0
                                    

"Apakah salah hanya sekedar meminta maaf?"

-Arzalana-



(Happy Reading)

--------


Hembusan angin yang lembut menerpa kulit keempat remaja yang duduk tenang di bangku rooftop, mereka sahabat solidaritas yang pernah ada.

"Walaupun keluarga lo pada yang sekarang gak harmonis, jadikan diri lo pada sebagai keluarga yang harmonis untuk besok bagi anak anak lo pada." Ujar Farrel yang kini memejamkan matanya menikmati angin yang menerpa kulit wajahnya, angin telah menyibak rambut depannya sehingga memperlihatkan wajah tampannya.

"Hm, gak papa kehidupan gue sepahit ini, tapi jangan sampai anak anak gue ngerasain pahit yang sama kayak gue." Ujar Zaki, posisinya sama seperti Farrel, yaitu memejamkan matanya menikmati angin.

"Gue gak mau anak gue ngerasain hal kelam yang gue rasain saat ini." Ujar Arzalana menimpali, ia duduk jegang, sedangkan punggungnya ia sandarkan di pembatas rooftop.

"Gue juga, gue bakalan nyusun keluarga gue sendiri esok nanti yang sangat harmonis, keluarga yang seperti gue inginkan, keluarga yang gue halu kan sedari kecil, keluarga yang gue impikan, keluarga yang gue harapkan sedari dulu, gak ngenesin kek gue ini." Ujar Karina, matanya melihat ketiga temannya yang menikmati angin di rooftop ini.

Karina menatap Arzalana, "Lan, lo pasti bisa kok dapetin maaf dari bokap lo." Ujar Karina

Arzalana membuka matanya, ia melihat kearah Karina, "Apakah salah hanya sekedar meminta maaf, Kar? Apa karna kejadian yang menimpa 8 tahun yang lalu?" Tanya Arzalana dengan wajah tenangnya, namun tidak dengan hatinya.

"Bukan lo yang ngelakuin itu, Lan." Ucap Zaki meyakinkan. Arzalana tersenyum miris. "Gue tau, bukan gue yang ngelakuin. Tapi kenapa orang rumah mikirnya gue yang ngelakuin?"

Farrel menatap Arzalana dalam. "Meskipun orang rumah lo nuduh lo, kita tau, Lan. Kita tau kalo bukan lo yang ngelakuin itu." Ucap Farrel serius.

Arzalana menarik nafasnya dalam. "Bakal sesusah ini ya minta maaf nya? Apalagi kejadian 8 tahun yang lalu juga bikin bang Rey benci juga." Ucap Arzalana.

"Gue emang anak pembawa sial ya?" Tanya Arzalana, sekarang perkataannya sudah mulai kesana kemari, trauma nya tidak bisa hilang, banyak trauma yang ia rasakan, baik semasa kecil dan remaja.

Mereka bertiga menatap satu sama lain sehingga menatap serius kearah Arzalana, "Lan, lo jangan mulai ngomong ngawur gitu. Bukan lo yang anak pembawa sial, tapi sialnya bokap lo mengambil kesimpulan hanya sekedar melihat." Ucap Karina menenangkan Arzalana, kali ini trauma nya kembali menghantam fikiran Arzalana.

"Jujurly, sorry ya Lan, bokap lo cara berfikirnya pendek sehingga gak nyari buktI dulu, tapi asal nuduh apa yang ia lihat, sedangkan yang dilihat itu belum tentu benar adanya." Ujar Farrel dengan berjiwa besarnya.

Zaki mengangguk, "Kita pasti bareng bareng nyari buktinya ya, mau jauh, mau tinggi, mau dalem, kita gapai bareng bareng, kita gak boleh membiarkan salah satu dari kita kesulitan sendirian." Ujar Zaki, ia merangkul karina, karina merangkul Arzalana dan Arzalana merangkul Farrel. Mereka merangkul satu sama lain, menguatkan satu sama lain, tidak ada kata menyerah untuk mereka, apapun masalahnya, apapun kesulitannya, mereka terus akan bersama dan berusaha tanpa ada kata menyerah sedikitpun.

Mereka larut dalam keheningan, angin yang sejuk menerpa mereka, membuat setengah persen mereka merasakan kantuk.

Farrel menoleh pada Arzalana yang berada di sampingnya. "Lan, lo gimana sama Fathan?" Tanya Farrel, membuat Arzalana segera menoleh kearahnya.

ARZALANAWhere stories live. Discover now