🦊 14 💙

1K 50 1
                                    

Yeonjun mengobrol dengan Joonmyeon seperti mengobrol dengan ayahnya sendiri. Tidak ada kecanggungan sama sekali. Irene juga ikut menanggapi sepatah dua patah kata, disela-sela kesibukannya memakan makanan yang Yeonjun bawa.

Sedangkan Karina hanya duduk manis di samping ibunya, dengan buket bunga dari Yeonjun yang tak kunjung lepas dari pelukannya. Bunganya bagus, dia suka.

“Yeonjun, proposal skripsi anak saya itu udah sampai mana sebenarnya? Kenapa dia gak kunjung maju seminar?”

Pertanyaan dari Irene itu memicu kontak mata antara si pak dosen dan mahasiswinya. Karina sudah siaga dengan berbagai macam kalimat sanggahan jika seandainya Yeonjun mempermalukannya. Namun ternyata tidak demikian.

“Kalau untuk maju seminar jujur saya belum bisa acc, Tante. Karena masih ada yang perlu direvisi. Tapi proposalnya udah jadi kok, maksud saya udah lengkap tiga bab.”

“Oh, berarti udah ada kemajuan dong ya? Saya kira masih belum gerak-gerak juga dari Bab 1?”

Sebuah kekehan renyah mengudara. “Nggak, Karina udah di Bab 3 sekarang. Dia judul skripsinya bagus lho, Tan! Studi kasusnya juga di Dinas Pertanian Kabupaten, ngambil big data dari sana.”

Pujian tersebut membuat Irene dan Joonmyeon berbinar bangga. Karina nyengir lebar kepada keduanya. Dia senang karena Yeonjun justru membuatnya nampak keren di depan orangtuanya.

“Syukurlah kalau gitu.” Joonmyeon menyeruput dulu kopi hitamnya. “Pokoknya untuk masalah meluluskan Karina saya percayakan semuanya sama kamu. Jangan bosen-bosen membimbing putri saya ya? Jangan kapok. Tolong dampingi terus sampai nanti dia wisuda.”

Yeonjun tersenyum gugup. “Jangankan sampai wisuda, Om. Lebih dari itupun saya bersedia.”

Karina menoleh cepat disertai mata membelalak. Bicara apa dosennya itu?

“Ibarat dikata saya ini adalah angka biner, Om. Dari mulai simbol angkanya 1 sampai berubah menjadi 0 pun saya siap lahir batin mendampingi putri Om.” sambungnya dengan disisipi teori tentang komputasi.

Maklum saja, anak IT.

Pasutri itu saling pandang tak mengerti. Nasib punya calon menantu anak informatika ternyata begini. Berhubung kasihan melihat wajah bingung orangtuanya, Karina pun menjelaskan walaupun dengan sedikit grogi.

“Simbol angka biner itu cuma ada dua digit, 1 sama 0. 1 itu artinya hidup, dan 0 itu artinya mati. S-silahkan Papah dan Mamah tafsirkan sendiri.”

Beruntungnya di sini Joonmyeon auto-connect, tidak seperti Irene yang lola alias loading lama.

“Sampai mati pun kamu bersedia mendampingi putri saya, begitu maksud kamu?”

Yeonjun mengangguk mantap. “Iya, Om. Sejujurnya maksud kedatangan saya ke sini itu karena ingin menanyakan suatu hal. Jika Karina saya ajak naik ke pelaminan, apakah Om dan Tante akan mengizinkan?”

JREEENG!!!

Andaikan bisa, Joonmyeon dan Irene ingin salto saking bahagianya. Karena jauh di lubuk hati terdalam, inilah yang diharapkan.

Kendati demikian, mereka tidak mau egois dan tetap menyerahkan semua keputusannya kepada anak gadis tersayang.

Maka dari itu sekarang Yeonjun bangkit dari duduknya, lalu berlutut di hadapan Karina ala-ala pangeran yang akan melamar tuan puterinya.

“Saya sudah mendapat izin dari orangtua kamu, dan sekarang saya ingin bertanya langsung kepada kamu. Apakah kamu bersedia menikah dengan saya, Karina? Menjadi istri saya, dan ibu dari anak-anak kita kelak?”

Mas Dosen || YeonRina [SLOW UPDATE]Where stories live. Discover now