3. Americano

442 95 64
                                    

"Min? Felix mana?!" Bang Chan mengguncang bahu Seungmin yang tengah meniriskan ikan dari penggorengan. Ia baru saja memeriksa kamar Felix tidak berpenghuni.

"Haish." Seungmin kesal, sebab ikan yang sudah matang jatuh lagi ke wajan berisi minyak. "Dia bilang, mau ketemu sama temen. Baru aja pergi," sahutnya sambil meletakkan ikan goreng di atas piring. "Tolong taruh sana, Bang," tunjuknya dengan lirikan mata ke meja makan.

Bang Chan mengambil piring berisi ikan goreng. "Ini ditaruh mana, Min?"

"Aquarium!" jawab Seungmin sekenanya.

Laki-laki dengan rambut dark brown ini memang suka blak-blakan mengekspresikan suatu hal, seringkali tidak peduli dengan konsekuensi dari tindakannya dan tidak mementingkan perkataan orang lain. Namun sebenarnya ia adalah sosok yang paling memahami saudara-saudaranya.

Bang Chan terkekeh, meletakkan piring tersebut di meja makan bersama dengan menu lain yang sudah siap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bang Chan terkekeh, meletakkan piring tersebut di meja makan bersama dengan menu lain yang sudah siap. Seungmin menyusul, mereka duduk berhadapan. Diambil beberapa centong nasi ke piring, diberikan kepada kakaknya.

"Hidup ini melelahkan ya, Min," celetuk Bang Chan, memecah kesunyian.

Seungmin mengangguk. "Hm. Semangat, semoga lelahmu menjadi capek."

"Iya, karena yang menyenangkan hidup berdua denganmu~mwehehehe." Bang Chan memukul-mukul meja kegirangan. Dia yang gombal, dia juga yang baper. Sementara yang digombalin langsung tersedak sampai keluar sebutir nasi dari hidungnya.

"Abang gue satu ini bisa ditukar tambah aja gak, sih?" gumam Seungmin.

Mereka berdua menikmati sarapan sambil menonton iklan obat asam urat di televisi jadul yang sudah muncul garis-garis pada LCD-nya. Kadang siarannya hilang lalu muncul lagi, mati mendadak, kadang ada gambarnya tapi tidak bersuara atau sebaliknya.

"Min, Felix pergi bukan karena udah gak mau tinggal sama kita, 'kan?" Sekali lagi, Bang Chan menanyakan keberadaan Felix. "Dia bilang mau pergi ke mana? Temannya siapa? Dia gak bakal nyasar lagi, nih?"

Seungmin bernapas gusar, meletakkan sendok di samping piring. "Kalau sebegitu khawatirnya, besok-besok lo rantai tuh, si Felix biar di rumah aja. Gue kalau pulang telat, gak pernah dicariin. Lo mah emang pedulinya sama Felix doang, Chan," ketusnya sampai memanggil kakaknya langsung dengan nama. Diraih kemeja yang tergantung di pintu kamar lalu pergi tanpa pamit. Meskipun tampak tidak begitu merespon sikap Chan, sebenarnya Seungmin merasa cemburu jika sang kakak memberikan perhatian lebih kepada Felix.

"Bisa-bisanya lo pergi tanpa cium tangan gue dulu," gerutu Bang Chan. Ia menghela napas, bersandar pada kursi dengan wajah menengadah. "Bukannya gak peduli sama lo, Seungmin ...."

Laki-laki dengan bekas luka vertikal di mata itu beranjak dari kursi menuju lemari, terhenti di depan cermin. Tatapannya berubah tajam dan berambisi. "Gue cuma gak boleh kehilangan anak Kepala Distrik itu ... sampai ingatannya kembali."

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang