26. Limbo

272 84 135
                                    

22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

22.06.2024
༶•┈┈⛧┈♛┈⛧┈┈•༶

"Kenapa lo? Tipes?" tanya Han saat masuk ruangan Minho dan mendapati selang infus tersambung ke pergelangan tangan putra sulung konglomerat tersebut. Meski terlihat sakit, tapi dia enggan meninggalkan pekerjaan sehingga tetap menghabiskan waktu menjadi budak korporat.

"Dapat duit darimana, tuh?" Minho menunjuk koper berisi uang yang dibawa Han. "Judi onlen?"

"Hasil pencucian uang, Bro. Lumayan lah bisa buat party sama anak jalanan."

"Mulia sekali niatmu, wahai anak muda," puji Minho dengan seutas senyum di wajah datarnya.

Uang itu sebenarnya adalah bayaran yang dikembalikan oleh Changbin karena merasa tidak bisa meneruskan investigasi yang disepakati bersama Han.

"Apa harus cari orang lain buat nyelidikin Bang Chan?" tanya Han.

Minho bersandar pada kursi dengan wajah menengadah, menghela napas dalam. Matanya terpejam. Terdiam beberapa saat guna meyakinkan diri akan keputusannya ini. "Han, siapkan jadwal penerbangan. Tiga hari lagi kita balik ke Malaysia."

Pernyataan Minho begitu mendadak. Lagipula waktunya kurang tepat untuk Han sebab masalahnya dengan Ayen belum berujung. Menyesal, seharusnya saat itu saksi mata tidak dibiarkan hidup. Dia berusaha bernegosiasi. "Gak ingat kah, apa yang bikin lo sampai menginjakkan kaki di sini lagi? Felix. Lo belum sempat meluruskan kesalahpahaman di antara kalian, 'kan?"

Minho mendesah. "Ekspetasi bakal kalah sama kejutan yang dikasih semesta untuk kita. Ada di hadapan atau di dalam angan, di beranda rumah atau di dalam doa, Felix yang dulu ... cuma ilusi yang begonya tetap gue hidupi. Dia gak ingat apapun tentang masa lalunya, setelah gue pikir ... mungkin lebih baik begitu." Netra dark brown-nya memandang kosong grafik-grafik laporan keuangan pada lembaran di sisi laptop. "Gue sekarang bertekad, hidup untuk kerja."

Han berdecak, melipat tangan di depan dada. "Ngumpulin duit aja pikiran lo. Diburu karena mau ngelamar anak orang?"

Minho mengerutkan kening, bibirnya mengerucut. "Gue udah punya lo ngapain ngelamar orang lain lagi?"

"Haish. Stop flirting me, dude." Han meninju pelan lengan atas Minho, mengambil posisi duduk di samping rekannya tersebut lalu berbisik. "Ini karena kesepakatan sama bokap lo itu, 'kan?"

Rahang Minho mengeras, menegakkan duduknya. Tidak menyangka pemuda yang sedang mengoleskan lip balm di sebelahnya itu mengetahui pembicaraan dengan sang ayah. "Awas aja kalau lo kasih tau ke Jinnie!"

"Dasar tsundere," gumam Han.

"Ah, ya." Minho menggosokkan minyak aromaterapi ke leher. "Sampai kapan lo kasih cuti untuk Ayen?" Dia menyadari beberapa hari ini adik angkatnya itu tidak kelihatan ujung giginya. "Baru kerja sudah minta cuti. Gak lama resign, tuh."

Dark SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang