PROLOGUE

69 32 11
                                    

🚩Harap bijak!!!

Selamat membaca!
Vote⭐ and comment💬

ᕙ«⟨Nakamura Nara - SAGAN'S⟩»ᕗ



Selama bertahun-tahun hidupnya terkurung di sebuah tempat yang gelap, dingin, dan sunyi. Berada di ruang bawah tanah bersama hewan pengerat yang menjijikkan membuatnya terbiasa. Lagipula memang selama ini kehidupannya jauh dari kata baik, sehingga bisa dibilang hancur tak tersisa.

Kepalanya tertunduk lesu tak berdaya sementara kedua tangannya di bentangkan ke tembok bata untuk dirantai tanpa henti. Lagi-lagi dia merasa terbiasa. Apa yang kebanyakan orang tak pernah alami ini, mungkin akan terlihat mengerikan. Sekilas dia tersadar, lalu kembali melamun. Entah apa yang ada di benaknya hingga bisa membuat dia melamun begitu lama. Apakah pikiran yang kosong? Atau pikiran yang begitu menumpuk? Dia sendiri juga tidak tahu.

Bau anyir darah, kotoran, serta beberapa bangkai hewan pengerat juga membuatnya terus-menerus terbiasa. Dia hanya bisa menunggu sampai gilirannya tiba suatu hari nanti. Dia yakin itu. Lagipula, tidak ada seorang yang bisa menyelamatkan. Untuk apa berharap banyak pada dunia yang kejam ini?

Harapan.

Kata itu terus berulang jika dia memikirkan sesuatu tentang waktu sebelumnya. Ya, waktu dimana dia masih bebas, waktu dimana dia masih tersenyum ceria, waktu dimana dia masih hidup bahagia, dan waktu dimana dia masih menatap langit indah. Membayangkannya saja hampir membuat dia muntah. Sekalipun itu kenangan berharga, dia tak mau mengingatnya lagi.

Matanya menoleh ke samping, menatap sesosok mayat pria yang sudah tiga minggu lamanya terbiarkan di sisinya dengan jarak lima meter. Bau busuk dari tubuhnya semakin jelas tercium, bahkan mayat itu tak lagi berbentuk. Sebagian besar menjadi tengkorak karena kulit dan dagingnya sudah termakan hewan-hewan menggeliat itu. Sulit dijelaskan, namun dia hanya menatapnya tanpa berekspresi.

Kepalanya kembali mendongak sedikit memperhatikan sebuah kerikil kecil, membayangkan putri semata wayangnya yang sudah lama tak dia tengok semenjak masuk ke dalam tempat ini. Sudah sebesar apa putrinya itu? Apakah dia tumbuh dengan baik? Seperti apa wajahnya sekarang? Apa yang kira-kira sedang dilakukannya saat ini? Banyak sekali pertanyaan yang ingin dilontarkan, namun sayangnya dia sendiri lupa siapa nama putrinya tersebut.

Anggapannya salah jika dia terkurung dalam jangka waktu pendek. Faktanya dia sudah berada di tempat mengerikan ini selama kurang lebih 8 tahun. Keadaan empat tahun awal tidak seburuk empat tahun ke depan. Jika di bandingkan, kondisi psikologis nya secara persentase sekitar 80% terganggu karena faktor eksternal. Salah satunya dikurung seperti ini.

Matanya terpejam perlahan, seraya bernostalgia dengan apa yang dia miliki sebelumnya. Teman, keluarga, pasangan, anak, bahkan kebahagiaan. Seutas senyuman kecut terbit pada bibirnya, dia merasa bangga telah merasakan semua itu kendati sekarang tinggal kenangan. Ada perasaan menyesal atas langkah yang dia ambil dan berdampak sekarang.

Seharusnya dia tak memilihnya.

Perasaan menyesal selalu datang akhir. Tapi, lagipula siapa orang yang mau berakhir seperti ini? Dia sendiri juga tidak pernah menduga akan ada hari dimana dia menjalani hidup di bawah tanah bersama hal-hal traumatis lainnya selama delapan tahun ke depan dan tidak tahu kapan akan berakhir.

"Hei, bangun."

Suara bariton familiar tiba-tiba menggetarkan gendang telinganya. Dia membuka matanya perlahan, melihat sebuah kaki yang tengah berdiri di depannya sejauh dua meter. Kepalanya terangkat sedikit demi sedikit sehingga bisa melihat wajah orang itu. Wajah yang selalu muncul setiap harinya pada saat-saat tertentu.

SAGAN'SWhere stories live. Discover now