II - Gentle Wind

35 21 5
                                    

Selamat membaca!
Vote⭐ and comment💬

ᕙ«⟨Nakamura Nara - SAGAN'S⟩»ᕗ



Dua hari berikutnya, North tidak datang untuk menemani Rieka. Gadis itu melarangnya keras karena sudah lumayan pulih untuk sendirian. Faktanya selama ini North tidak pergi ke kantor hampir sebulan hanya demi merawat dan menjaga Rieka di rumah sakit. Rieka tidak mau hal buruk terjadi di kantor hanya karena North sepanjang waktu menemani dirinya.

Nona muda Galinarael tersebut menghela napas panjang, melihat daun-daun berwarna di luar sana bergoyang mengikuti ritme angin yang berhembus. Pupil matanya membesar kala ia melamun menatap jendela, masih tidak terbiasa dengan kondisinya yang sekarang. Cuaca terlihat tidak bersahabat bersamaan dengan suhu yang semakin menurun.

Bayang-bayang mengerikan tentang Ruel masih membekas di benaknya dengan jelas. Tentang bagaimana hari pertama dia berada di penjara bawah tanah serta harus bertahan selama delapan tahun lamanya. Membayangkan hal itu membuat Rieka mual dan takut, segera ia menghapus lamunan yang tragis tersebut lalu memakai jaketnya.

Kakinya yang pucat nan kurus turun perlahan dari kasur. Rieka menginginkan berjalan-jalan sebentar di sekitar rumah sakit menggunakan kursi roda.

Sama seperti biasanya, orang-orang berlalu lalang setiap hari di rumah sakit. Mulai dari pasien, perawat, kerabat pasien, dokter, atau staf lainnya yang bekerja disini. Rieka menggerakkan kursi rodanya menuju taman rumah sakit, tempat dimana sering ia berada untuk mendapat ketenangan.

Udaranya cukup menusuk kulit, mampu membuat Rieka sedikit menggigil. Namun, hal tersebut tidak membuat Rieka mengurungkan niat untuk menikmati semilir angin di taman. Seraya menghirup oksigen sebanyak mungkin, Rieka memejamkan mata perlahan.

Lagi-lagi benaknya menampilkan kenangan masa lalu. Dengan samar, ia bisa melihat wajah putrinya ketika bayi. Membayangkan putri semata wayangnya tumbuh dewasa menjadi gadis cantik sungguh menyenangkan hati sebagai seorang ibu, pikirnya.

Kelopak matanya terbuka saat sesuatu terjatuh ke tangannya. Sebuah daun berwarna jingga. Seutas senyuman terbit di wajahnya, belum pernah hatinya merasa ketenangan seperti ini.

"Ini surga, 'kan?" gumamnya pelan.

Meyakinkan diri bahwa ia telah mati karena racun pada makanan yang diberikan Ruel  dan sekarang berada di tempat yang seharusnya. Dibalik semua itu, ada perasaan penasaran sekaligus sedih.

Penasaran tentang apa yang terjadi dengan Ruel dan Kaelyn saat ini. Mungkinkah mereka berdua sudah dikaruniai seorang anak? Benarkah mereka bahagia sekarang? Dimana mayat Rieka dibuang? Begitu banyak pertanyaan tak terjawab di benaknya.

Rieka menengadah memandang langit, semakin jingga semakin indah. Matahari terus tenggelam di ufuk barat disertai kemunculan bulan secara perlahan.

"Yah... Ku harap ini benar-benar surga." ujarnya sekali lagi sebelum menghela napas lega.

Selang beberapa detik setelahnya, netra hazelnya menatap pria dengan setelan formal sedang mengobrol dengan seorang dokter. Wajah pria tersebut tampak familiar bagi Rieka, namun dia tidak tahu dimana pernah bertemu. Rieka mengangkat bahu acuh tak acuh, bisa saja dia salah orang karena bertemu sekilas.

Pada akhir senja, Rieka kembali ke ruang rawatnya. Cuaca yang semakin ekstrim dingin mengharuskan Rieka berdiam di tempat yang jauh lebih hangat. Sekembali ke ruangannya, dia mendapati sebuah kotak berukuran sedang berada di atas meja.

Alis Rieka bertaut bingung. Menggerakkan kursi rodanya, gadis itu mengambil kotak tersebut lalu membukanya. Reaksi yang pertama kali ia ungkapkan adalah ekspresi terkejut. Ada sebuah cupcake kecil, setangkai mawar, serta sebuah kartu ucapan.

SAGAN'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang