Chapter 55

649 118 7
                                    

[Name] tidak menyangka jika dirinya akan menjadi sangat pengecut seperti ini. Bukan hanya pengecut, dia bahkan merasa sangat bodoh sekarang.

Karena dia begitu menikmati ciumannya dengan Neuvillette disaat hatinya berusaha keras untuk melupakan kejadian yang tidak disengajanya pada malam itu.

Ciuman itu....

Tidak, aku tidak boleh memikirkannya! [Name] terus meyakinkan hal itu di dalam benaknya. Dia selalu merasa bersalah dan malu setiap kali mengingatnya, terlebih Neuvillette berkata menyukainya.

Dia mencintainya.

Sungguh, [Name] tidak menyangka jika dirinya akan berhasrat padanya, pada ciuman itu, dan pada Neuvillette sendiri. Baru kali ini [Name] berharap melakukannya saat dia tidak benar-benar sadar, tidak benar-benar merasakan perasaan hangat yang menggetarkan jiwanya. Sungguh, saat itu yang dia harapkan hanyalah sebuah ciuman lembut yang menyenangkan—ciuman hangat di bibir namun tidak memengaruhi dirinya yang lain.

Itu sudah cukup.
Namun yang diberikan Neuvillette padanya lebih dari itu.

Neuvillette menciumnya. Dia menciumnya, lebih buruk lagi [Name] membalas ciuman itu, dan sejak saat itu [Name] selalu terbayang saat bibir Neuvillette berada di bibirnya. Namun dia tidak bisa berbohong bahwa ciuman itu terasa sangat menakjubkan.

Meski dia sudah mengakui perasaannya pada Neuvillette kepada Furina, dia sama sekali tidak berharap akan jadi seperti ini. Sebaliknya, dia sama sekali tidak berharap Neuvillette akan membalasnya karena setelah pria itu mengatakan kalau dia menyukainya—atau bahkan, mencintainya—rasanya benar-benar aneh. Seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal di hatinya sendiri. Ada sesuatu yang salah dari perasaan Neuvillette kepadanya dan dia tidak menginginkan hal itu.

Karena itulah di sinilah [Name] sekarang, menyibukan dirinya di tengah hiruk-pikuk pesta yang diadakan para bangsawan. Dia tidak yakin apa kali ini dia bisa tetap bersikap profesional dihadapan Neuvillette dan menolak pria itu lagi, jadi dia pun memenuhi seluruh jadwalnya dengan apa pun yang bisa ia lakukan.

"Selamat siang, Nona [Name]. Apa yang kau lakukan di sini?"

[Name] mendongakkan kepalanya dan mendapati Duke Wriothesley datang menghampirinya. Pakaiannya terlihat formal, dia jelas datang bukan untuk menangkap seseorang melainkan memenuhi undangan seorang bangsawan di sini.

"Yang Mulia Duke," sapanya. [Name] menundukan sedikit kepalanya dan menambahkan, "Aku tidak tahu kalau kau akan menghadiri acara ini."

"Berkat seorang wanita tua," jawab Wriothesley muram. Tidak ada kata lain yang bisa ia jelaskan mengenai wanita itu. "Dia selalu bilang aku harus menikah atau aku harus keluar dari Benteng Meropide dan menemui seseorang seperti Sigewinne."

"Ah," sahut [Name] sambil mengangguk bersimpati. "Kau tidak perlu menjelaskannya, aku sangat mengerti."

[Name] tidak yakin dengan wanita tua yang ia maksud, mengingat hal itu tidak pernah dijelaskan di dalam gamenya. Namun entah bagaimana, sepertinya Wriothesley pernah menyebut seorang wanita tua dalam cerita karakternya. Dan Sigewinne, tentu saja, dia gadis Melusine yang sangat perhatian pada Duke tidak pelak lagi dia pasti akan membujuk Wriothesley untuk melakukan hal seperti ini.

"Kali ini dia memberiku daftar nama calon yang memungkinkan... sesuai dengan kriteriaku," Duke melemparkan tatapan merana kepada [Name], membuatnya semakin bersimpati kepadanya.

"Mengejutkan mengetahui kau memiliki kriteria untuk calon istrimu."

"Itu hanya kegialaan sementara yang terjadi, aku yakin setidanya Countess Beneviento juga melakukan hal yang sama," gerutu Wriothesley.

Querencia  |  Neuvillette x ReaderWhere stories live. Discover now