Epilogue : Chapter 1 🔞🔞

577 79 8
                                    

"Cantik," gumam Neuvillette, seraya mengulurkan tangan dan menyentuh sisi payudara istrinya.

[Name] mendesah pelan dan Neuvillette tidak akan bisa menahannya, terlebih ketika wanita itu sengaja menggodanya dengan suara kekehan yang mengundang itu.

Neuvillette tersenyum perlahan, lantas memindahkan tangannya ke depan dan memainkan puncak payudara [Name] di antara jemarinya yang panjang, menangkupnya, meremasnya.

[Name] terkesiap, matanya bergulir ke arah Neuvillette. Pria itu menatapnya—jelas sedang sangat bergairah dan tengah berpikir apa yang harus dilakukannya selanjutnya untuk memegang kendalinya saat ini, membuat [Name] sadar bahwa ia tidak akan bisa melawannya saat ini.

"Ah, istriku," bisik Neuvillette, jemarinya memainkan puting sang istri yang mulai menegang dan [Name] menahan napasnya.

Neuvillette tersenyum.

Kemudian ketika Neuvillette menunduk untuk mengulum satu puncaknya yang menegang dengan mulutnya, [Name] mendesah, "oh!"

Wanita itu sedang tak berpura-pura, apalagi menggoda Neuvillette untuk melakukan lebih. Sementara Neuvillette melanjutkan siksaannya pada sisinya yang lain selagi [Name] menggeliat kepanasan.

Lantas Neuvillette menarik diri, dia mundur. Di sisi lain [Name] menatapnya dalam diam dengan napas yang terengah.

[Name] mengangkat tangannya perlahan, jari-jarinya menyusuri garis-garis wajah Neuvillette dengan lembut. Sentuhan itu penuh cinta, mengandung kehangatan yang tak terbantahkan. Dalam hening yang penuh arti, Neuvillette merasakan setiap belaian sebagai ungkapan kasih sayang yang mendalam.

Pada saat itu, Neuvillette menurunkan wajahnya lagi, mendekatkan dirinya kepada [Name]. Dengan gerakan penuh kehangatan dan kelembutan, bibir mereka bertemu dalam sebuah ciuman yang sarat dengan perasaan. Ciuman itu tidak terburu-buru, melainkan perlahan dan penuh perasaan, melumat bibir [Name] dalam belaian lembut yang seolah ingin mengungkapkan segala rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Awalnya pagi ini Neuvillette berniat untuk pergi ke Palais Mermonia lebih awal, tapi ketika dia mencium wajah [Name]—bermaksud hanya untuk melakukan itu dan pergi dari sana—aroma istrinya itu begitu memperdayanya, suara napasnya begitu menggairahkan. Kemudian ketika [Name] tidak sengaja terbangun karena ciumannya dan memanggil namanya, Neuvillette yang sedang berusaha menahan dirinya untuk tidak mencium [Name] lebih dari sebelumnya akhirnya menciumnya.

Dan sekarang ketika semua rencananya untuk pergi lebih awal berantakan, Neuvillette menciumnya dan pada saat yang sama, [Name] mengambil kesempatan itu untuk menyelundupkan lidahnya ke dalam.

"Kau tahu, kalau seperti ini sepertinya aku tidak akan segera pergi ke Palais Mermonia," bisiknya di telinga [Name]. Namun ia tetap tidak melepaskan istrinya.

[Name] terkekeh. "Kau benar. Tapi aku tahu kau tidak membenci ini, Neuvillette."

"Oh, istriku," erang Neuvillette, dia mendorong wajahnya untuk mencumbu [Name] di lehernya, meninggalkan tanda-tanda kepemilikannya di sana. "Aku tidak pernah membencinya. Aku menyukainya."

[Name] tertawa, dia menarik wajah Neuvillette untuk menciumnya dan mendorong pria itu ke sisi ranjangnya. Sambil menangkup wajah Neuvillette dengan kedua tangannya, dia berkata, "aku senang mendengarnya, tapi aku tidak bisa terus menahanmu di atas kasur sepanjang hari."

Setelah meninggalkan satu kecupan singkat di bibir Neuvillette, [Name] meraih mantel tidurnya yang tergeletak di atas lantai dan mengenakannya. Dia segera meraih lembaran surat kabar di atas nakasnya di sana.

"Sepertinya lagi-lagi mereka memelintir pernyataanmu, Iudex," ucap [Name], matanya masih melihat ke arah surat kabar di tangannya.

Neuvillette beringsut mendekat tepat di samping telinganya. Sambil melihat ke arah fokus yang sama dengan sang istri, tangan Neuvillette bergerak ke bahu [Name] dan menurunkan mantel tidurnya hingga bahunya yang putih terlihat sebelum menciumnya, membenamkan bibirnya di sana.

Querencia  |  Neuvillette x ReaderWhere stories live. Discover now