🚀SATU 🚀

39 22 58
                                    

Pukul 00.00

"Woyy! Kalian gabut enggak sih?" tanya Laras.

Tengah malam kediaman Stella masih ramai dengan semua teman-temannya. Sampah sudah berserakan ke mana-mana. Kondisi rumah cukup kacau dengan deretan botol minuman keras dan beberapa batang rokok.

Sudah jadi hal bisa yang Stella hadapi karena memang rumahnya adalah tempat para semua teman-temannya berkumpul. Memang kalangan mereka adalah kalangan anak berandal. Tapi biar Stella berandal dan bar-bar, dia tak pernah sedikit menyentuh barang haram itu. Saat temannya asik minum, dia lebih memilih mojok untuk bermain game atau melakukan aksi membuat para cowok baper lewat ponselnya.

"Berisik woi! Gua lagi push rank! Ah tuh kan kalian sih. Kalah kan gua! Sialan!" ucap Stella mengamuk.

"Dih lu napa sewot, nyet? Orang kita diem aja," ucap Faren.

"Tau ih, ganggu gue lagi ena-ena aja ih. Ahh lnjut, Sayang. Yesss." Dia adalah Galaksi bandar bokep di antara mereka semua. Stella yang melihat itu bergidik ngeri. Bisa-bisanya rumahnya harus jadi penampungan orang kek gitu. "Ouhh, Sayang!!!" ucap Galaksi.

Bugh

Stella melempar dalaman milik pembantunya yang tidak sengaja jatuh siang tadi saat pembantunya mengangkat jemuran. Semua orang khususnya kaum cowok yang melihatnya terbelalak dengan tingkah Stella.

"Ih lu kenapa sih? Gua salah apa, anjir?" kesal Galaksi.

"Noh makan tuh daleman Bi Asri!"

"Wah gede juga ya, Ell? Boleh kali dong main sama Bi Asri." Kali ini yang bicara adalah Faren. Entah kenapa Stella bisa bertemu spesies Galaksi dan Faren. "Gala, ntar mainnya gantian sama gue ya," lanjut Faren.

"Goblok, anjir! Setres lu pada," ucap Stella dan mengangkat kakinya keluar rumah.

Daripada setres dengan kelakuan teman-temannya, Stella lebih memilih cari angin keluar. Dekat rumahnya ada sebuah danau dan taman kecil tapi indah. Namun, untuk ke sana harus melewati gang yang cukup sepi. Apalagi sekarang adalah jam dua belas malam.

Biar malam pun, Stella sudah biasa seperti itu saat dia jenuh dan ingin udara segar. Dia adalah cewek yang suka akan ketenangan di balik sikap bar-bar yang dia punya.

Saat di pertengahan gang, terdengar langkah beberapa kaki. Stella mengabaikan hal itu, namun semakin lama dia semakin merasa jika langkah kaki itu mengikuti setiap pergerakannya. Stella diam tanpa menoleh hingga ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya, Stella berbalik dan memuntir tangan itu hingga terdengar suara pergerakan tulang.

"Jangan berani sentuh gua!" ucapnya melihat tiga orang pria tak dikenal di hadapannya. Jika dilihat mereka seumuran dengan Stella. "Apaan nih keroyokan mainnya. Dasar pengecut!"

"Ups, makin garang gua makin suka. Udah lah, jangan galak-galak dong," ucap salah satu preman tidak jelas itu.

"Shit! Bang**t kalian! Jijik gua!"

Stella melawan mereka dan membawa mereka dekat dengan jalan raya. Di sana ada tempat lumayan luas sehingga dia lebih leluasa untuk melawan mereka.

Satu persatu mulai lumpuh dengan pukulan dan tendangan Stella. Segampang itu melawan orang cabul seperti mereka.

"Apa lo? Dih gitu aja kalah lo. Dasar penjahat kelamin! Cih, Stella dilawan!"

Si Culun Untuk Si Bar-BarWhere stories live. Discover now