🚀 DUA 🚀

32 17 29
                                    

"Shit, mana kacamata gua elah. Perasaan semalam gua taruh di laci. Yakali kacamata punya kaki."

Suasana kamar seorang cowok kini begitu kacau. Barang-barang yang awalnya tertata rapi, sekarang bertebaran di setiap sudut kamarnya. Suara banyak benda yang dilempar cukup membuat penghuni rumah selain dia terganggu.

"Ya Allah, Azka! Capek-capek mamah beresin kamar kamu, dengan seenak jidat kambing kamu buat berantakan lagi? Sakit kepala mamah liat kamu gini!" teriak Mirna, mamahnya Azka.

"Mah, mamah liat kacamata Azka enggak? Semalam Azka taruh di laci tapi sekarang kok tinggal wadahnya doang?"

"Ya kan carinya bisa pelan-pelan. Jangan kek gini juga. Aduh, capek mamah."

"Mah, ayolah bantu cariin. Bentar lagi Azka telat tau," ucapnya dengan bibir yang manyun.

Mirna tampak melihat setiap bagian kamar anak laki-lakinya dan kemudian dia berjalan ke arah kasur Azka. Di sana ada kacamata anaknya. Rupanya ada di bawah bantal.

"Ih kok ketemu si Mah. Tadi Azka cari nggak liat," ucap Azka dan mengambil kacamata kebanggaannya.

"Makanya lain kali teliti. Lagian mamah heran sama kamu. Sebenarnya kamu itu ganteng loh. Kenapa harus pakai kacamata juga kek gitu? Kamu enggak ada riwayat minus mata kan?"

"Heheheh, udah nih. Ya udah, Mah. Azka berangkat dulu. Dadah bidadarinya Azka." Pria itu meraih tangan Mirna kemudian memberikan kecupan penuh kasih sayang di pipi Mirna. "Dah, Mah. Assalamualaikum," lanjutnya.

"Ck...ck...ck...dasar anaknya Aryo. Persis kek lu sumpah, Yo," gumamnya melihat tingkah Azka membandingkan dengan suaminya yaitu Aryo.

Pukul 08.00 pagi

Suasana kelas begitu ramai. Lagi-lagi jam pelajaran pertama kosong. Mendadak para guru rapat entah membahas apa. Kesempatan ini tentu adalah kesempatan emas yang Stella dan kawan-kawannya berulah.

Di pojok kelas sudah ada Gala yang tengah menonton video panas. Sebelahnya ada Faren yang ikut-ikutan Gala. Sementara Laras dan Stella mereka sedang asyik mengerjai salah satu cewek pendiam dan cukup 'alim di kelasnya, namanya adalah Ayana.

"Stella aku mohon kembalikan buku diary aku. Ayana enggak ada salah sama sekali sama Stella jangan gini lah. Ayana mohon," ucap Ayana berusaha meraih buku diary warna merah marun miliknya.

"Ouh, Ayana mau buku Ayana balik ya? Boleh kok tapi ada syaratnya," ucap Stella.

"Apa?"

"Yok, Mak. Kasih paham apa aja syaratnya," ucap Laras.

"Enggak. Ulang! Lu ngomongnya kagak bener. Gua bukan emak lu," ucap Stella.

"Ck, canda aja bisa ga sih."

"Buruan. Ayana mohon," ucap Ayana.

"Nangis dulu baru gua kasih."

Stella tidak menggubris sama sekali teguran dan rengekan Ayana. Dia meletakkan buku diary Ayana ke arah ketiak cowok gendut dengan rambut yang sedikit botak. Setelah itu dia kembali membawa buku itu ke depan mata Ayana.

"Ini buku lu. Tadi udah diketekin sama Beben. Lu harus cium dulu nih," ucap Stella.

"Astaghfirullah, Stella. Kenapa kamu kek gini? Enggak seharusnya sesama manusia saling menyakiti. Hargai sesama manusia," ucap Ayana mengingatkan.

Cuihh

Stella meludah ke arah jilbab Ayana kemudian dia melemparkan buku itu ke meja Ayana hingga menimbulkan suara yang begitu keras dan membuat semua orang di kelas menatap ke arah belakang.

Si Culun Untuk Si Bar-BarWhere stories live. Discover now