22

508 52 36
                                    

Special Renjun Birthdayyy 🥳🥳🔥

• • • • • • •

Rayn hanya menghela nafas nya melihat banyaknya berbagai macam obat-obatan yang sudah berada dalam genggaman tangannya, menunggu dirinya untuk meneguk benda-benda kecil tersebut.

"Jika dipikir lagi, aku memang sempat ceroboh"

Rayn mengingat satu tabung obat yang tak sengaja ia tinggalkan di cafe tempatnya berkerja yang berakhir ditemukan oleh sosok Marvel.

Jangan bertanya dari mana dirinya tahu, tentu saja Johan yang memberitahu nya. Masih ingatkah kalian bahwa Johan juga berada di hari pertama Marvel masuk sekolah?

Bukan karena rahasia penyakitnya tersebar yang menjadi masalah Rayn saat ini, namun dirinya mengingat banyak nya uang yang harus ia keluarkan hanya untuk membeli satu tabung obat tersebut.

Bersyukur kala itu dirinya hanya membawa satu jenis obat saja.

"Setidaknya aku harus bekerja lebih keras lagi untuk bertahan hidup lebih lama" gumamnya setelahnya meneguk seluruh obat yang sudah ia pisahkan dengan bantuan air hangat.

Setelah kejadian beberapa hari lalu di kamar mandi sekolah, hal yang paling tak terduga adalah semakin dekatnya hubungan antara Rayn dan Johan, bahkan mereka sudah terlihat layaknya sepasang adik kakak yang sesungguhnya.

Alrez yang bahkan pertama mendatangi Rayn dan memintanya untuk menyematkan panggilan abang, masih kalah jauh apabila dibandingkan dengan kedekatan Johan dan sosok kecil tersebut.

Ting

Mendengar suara notif yang berbunyi membuat Rayn dengan cekatan mengambil benda berbentuk persegi nya yang sedari tadi berada diatas meja, tersenyum melihat pesan yang dikirimkan oleh seseorang yang menjadi teman barunya, dengan cepat dirinya keluar dari kostan dan langsung disuguhkan pemandangan mobil hitam mewah dengan seorang pemuda didalamnya.

"Johan kamu udah lama?"

"Ngga, baru sampai. Ayo" ajaknya yang langsung dibalas anggukkan.

Setelah memastikan pintu kostannya terkunci, Rayn mulai mendekat dan masuk disamping pemuda yang tengah menyetir.

"Maaf ngerepotin, kamu ngga sibuk?" tutur Rayn membuka pembicaraan setelah beberapa menit yang lalu mobil mulai melaju dengan hening.

"Ngga ngerasa direpotin, tempat yang mau gue datengin juga searah itung-itung sekalian" jawabnya sesekali melirik pada sosok kecil yang sibuk melihat pemandangan dari kaca.

"Terimakasih Johan" senyuman manis terukir indah di wajah Rayn yang membuat Johan terkesiap melihat nya.

"Hm"

"Kamu gapapa deket sama aku?" pertanyaan tersebut lantas membuat kening Johan berkerut bingung dengan maksud lawan bicaranya, apa ada masalah dengan kedekatan mereka?

"Siapa yang larang?"

"Teman-teman kamu" ucapan Rayn sukses membuat Johan terdiam beberapa detik sebelum kembali sadar dan fokus pada jalannya.

"Mereka bukan siapa-siapa yang bisa ngatur hidup gue, gue hidup bukan buat mereka seneng. Biarin itu jadi urusan gue" intonasi Johan turun beberapa oktaf membuat Rayn merasa suasana didalam mobil sedikit berubah.

Johan yang menyadari kecanggungan kembali hadir hanya menghela nafas dan menambah kecepatan mobilnya menuju tempat yang dituju Rayn.

Pemakaman pusat menjadi tujuan Rayn saat ini, mobil yang dikendarai Johan sudah berhenti tepat di gerbang masuk pemakaman. Rayn memang berniat mengunjungi sang mama setelah beberapa hari kemarin niatnya tertunda karena kondisi tubuhnya yang tak baik.

Semangat !! Where stories live. Discover now