23

396 36 8
                                    

Netra serupa rubah itu bergulir ketika tetesan air hujan membasahi tubuhnya, segera pamit pada sang mama setelah puas bercerita mengeluarkan segala keluh kesahnya.

Dengan menggunakan tangan sebagai penghalang, Rayn berlari menuju gerbang keluar. Hari sudah gelap, matahari bahkan sudah terbenam sepenuhnya. Saking asiknya bercerita Rayn bahkan tidak sempat membuka handphone untuk sekedar melihat jam.

"Hujan dek, sini neduh dulu jangan diterobos hujannya. Bus juga jarang kalo lewat sini" suara satpam yang tadi mendatangi nya terdengar samar terendam derasnya air hujan. Namun tak ayal Rayn mengangguk dan membawa tubuhnya berteduh didepan pos satpam.

"Duh jadi basah gitu bajunya dek, bapak ga punya baju ganti tapi ini bapak punya selimut, pake aja dek nanti masuk angin" suara lembut dari pria paruh baya itu berhasil menarik atensi Rayn. Sebuah selimut tipis namun terlihat hangat terulur dihadapannya.

Dapat Rayn lihat senyum teduh yang terukir di wajah satpam tersebut. Dengan setengah ragu Rayn menerima uluran tersebut tak lupa mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih banyak pak"

"Iya, sini duduk dulu. Kayaknya ga lama juga hujannya reda"

Hening beberapa saat, tatapan Rayn hanya terpaku pada tiap tetes air hujan yang berbentur dengan tanah dan jalanan menciptakan genangan air dan bau khas yang menyeruak pada indra penciuman nya.

"Ngeliat kamu bapak jadi keinget sama anak bapak yang udah berpulang, itu sedikit ngobatin rasa kangen bapak sama anak bapak" sebuah suara kembali terdengar di heningnya malam yang hanya diisi air hujan dan beberapa mobil yang melintas.

Rayn tak berniat menjawab, namun fokusnya ia arahkan siap menerima cerita dari sosok didepannya.

Dilihatnya raut tersebut berubah sendu, dengan mengumpulkan keberaniannya Rayn menggeser posisi duduk menghabiskan jarak antara keduanya dan mengusap punggung tersebut memberi kekuatan.

"Anak bapak meninggal karena kecelakaan pas pulang sekolah, bapak sama istri bapak yang denger kabar itu terpukul bahkan istri bapak sampe jatuh sakit. Dia anak bungsu bapak, anak pertama bapak gatau kemana dia pergi ninggalin bapak sama istri bapak di kampung" lirihnya menatap sosok remaja di depannya yang masih mendengarkan ceritanya.

"Ga lama dari itu istri bapak juga berpulang nak, bapak sedih banget dan mutusin buat pergi ke kota nyari pekerjaan, siapa tahu bisa ketemu juga sama anak bapak" kekehan sumbang terdengar dari pria paruh baya itu membuat Rayn mengedarkan pandangannya ke arah lain merasa ragu untuk bertanya.

"K- kalo boleh tahu siapa nama anak bapak? Mungkin aku kenal" ragu Rayn dengan suara melirih diakhir.

"Nama anak bapak Hero, Hero Kalendra"

• • • • • • •

Satu buah map coklat sudah tersimpan apik diatas meja pemilik cafe yang terkenal di kalangan anak muda itu. Neo Dream Caffe.

Septian yang baru saja memasuki ruangannya dibuat bingung dengan kehadiran map coklat di urutan teratas diantara tumpukan berkas-berkas nya yang lain.

"Apa ini? Apakah permintaan penambahan menu lagi?" Bingung Septian dengan mengambil selembar kertas tersebut.

Tangannya yang sudah gatal dan tak dapat membendung rasa penasarannya lebih lama lagi tergerak membuka kertas tersebut. Tangan yang semula terangkat membaca isi diatas kertas putih itu seketika saja melemas diikuti jatuhnya kertas yang berisi coretan tulisan diatasnya.

Surat pengunduran diri atas nama Rayn Sakala.

Kenapa? Kenapa remaja kecil tersebut mengundurkan diri dari tempatnya? Apa gaji yang selama ini dirinya berikan tidak cukup? Mengapa Rayn tidak berbicara langsung kepadanya? Apa ada hal yang membuatnya merasa tidak nyaman berada disini? Apapun itu mengapa Rayn tidak mendatangi nya secara langsung.

Semangat !! Where stories live. Discover now