2. Bitter reality

92 24 28
                                    

Malam itu juga setelah pertemuan ketiganya, Jollee, Yoongi, dan juga Jiya. Mereka duduk berdampingan di satu sofa yang sama.Yoongi duduk dengan posisi berada di tengah bagai sedang menjalankan proses interogasi oleh dua wanita. Bukan Yoongi merasa sok tampan karena telah diperebutkan oleh dua wanita, alih-alih merasa keren, ia malah merasa seperti bajingan sebab sudah mematahkan dua hati. Akan tetapi, ketahui lah tidak hanya dua wanita itu saja yang patah. Yoongi juga sama kecewa pada dirinya sendiri.

Selama sepuluh menit berlalu tidak ada ucapan yang keluar dari mulut ketiganya. Mereka hanya bisa diam mematung merenungi kesalahan, tidak ada yang bisa dibenarkan dari Yoongi, Jiya, maupun Jollee. Mereka sepenuhnya salah dan berujung membuka luka untuk diri sendiri. Seperti Jiya, ia tahu sedang menjalani hubungan dengan Yoongi, tetapi ia malah hilang kabar selama setahun, hilang kontak ketika dia mulai merantau ke kota. Sedangkan Jollee, dia jelas tahu Yoongi memiliki hubungan dengan siapa, ia hanya berusaha menutup mata dan mengabaikan fakta yang ada, namun belakangan ini ia sempat mengira bahwa Yoongi telah mengakhiri hubungannya dengan Jiya. Untuk Yoongi sendiri, jelas ia tahu kepada siapa hatinya berlabuh. Karena tak mendapat kabar apapun dari Jiya, pria Min itu belajar untuk menerima cinta dari orang lain. Memang sulit nyatanya, baru melaju satu langkah saja dia langsung dihadapkan oleh kenyataan.

"Kemana saja kau Jiya?" Yoongi mencoba membuka suara.

"Seperti yang kau tahu, aku bekerja di kota. Aku stres dan mengabaikan semua orang. Tidak hanya kau yang aku abaikan." Jawab Jiya dengan lantang, napasnya memburu sekaligus mengepalkan tangan.

"Tidak bisakah kau menghargaiku sedikit saja , Ji? Beritahu aku apapun kondisimu."

"Kau tidak mengerti posisiku!"

"DIAM!" Jollee berteriak sembari menutup telinga, dia sama terisaknya. "Kau Yoongi, kenapa tidak memberitahuku kalau ternyata kalian masih berhubungan?" Lanjutnya.

"Karena kami memang belum berakhir, Jo. Aku juga sudah berusaha untuk mengatakan bahwa aku masih memiliki kekasih, ada hati yang harus aku jaga."

Jollee mengeluarkan senyum seringainya, "Lalu kau menerima ciuman dariku?"

"Kalian berciuman!? Sialan sekali." Jiya beranjak dari sofa hendak meninggalkan rumah Jollee.

Hatinya sakit bagai dihantam ribuan jarum, terasa sesak sampai palung hati terdalam. Menyesal sudah rasanya menyempatkan diri untuk pulang ke desa. Inilah yang ia dapatkan. Ia muak, ingin menguliti Yoongi saja rasanya kalau bisa. Iya, dia tahu dia juga bersalah karena tak memberikan komunikasi yang baik pada kekasih hatinya. Maka dari itu Jiya mengambil hak cuti agar bisa pulang ke desa dan mencoba memperbaiki semuanya. Jiya disana tak pernah macam-macam dengan lelaki manapun, adapun pria asing yang menyukainya, ia menolak mentah-mentah karena masih begitu mencintai Yoongi.

"Jiya. Tolong dengarkan aku Ji. Aku tidak begi-"

"Tidak begitu bagaimana Yoongi? Sudah ya, aku lelah." Tidak ada tenaga untuk menghempaskan genggaman tangan Yoongi di pergelangan tangannya, Jiya hanya bisa melepaskan perlahan genggaman tersebut.

Sementara Jollee dari balik pintu menyaksikan itu semua. Ujung bibirnya melengkung ke bawah karena melihat Yoongi masih berharap penuh dengan adik sepupunya. Dia seperti pengganggu saja di kehidupan orang lain, dengan berat hati ia menutup pintu rumah dengan kasar. Sehingga sepasang kekasih tak jelas itu menoleh. Mereka memang sudah tak dekat dari halaman rumah Jollee, mungkin karena hari sudah malam, suara sekecil apapun jadi terdengar kuat.

"Kau lihat? Kakakku jadi ikut terluka karenamu. Sudah, jangan ikuti aku atau aku takkan pernah mau lagi bertemu denganmu."

"Jiya sayang, kumohon.. Kau tidak rindu padaku?" Pria Min berusaha menarik ujung kaus yang Jiya kenakan.

DISAPPOINTED || Min Yoongi Where stories live. Discover now