3. Can't cope

101 19 20
                                    

Menjenguk sang adik adalah opsi yang Yoongi pilih untuk saat ini. Soal Jiya, mari sejenak untuk melupakan. Dari awal tujuan utamanya kemari untuk menjenguk adik, anggap saja Jiya adalah bonus. Sesampainya pria Min di rumah sakit, ia melihat sekujur tubuh adiknya terbaring lemah tak berdaya. Dari info yang ia dapat, Yoonji--sang adik harus segera di operasi dalam waktu dekat. Kemana Yoongi harus mencari donor ginjal dalam waktu dekat ini?

Memikirkan itu selalu sukses membuat Yoongi stres dan frustasi. Ia menggenggam satu tangan adiknya, membelai penuh sayang rambut sang adik yang semakin lama kian menipis. Sekuat apapun Yoongi, dia tetap lah pria lemah yang butuh sandaran. Dia kecewa pada diri sendiri sebab tak banyak hal yang bisa ia lakukan. Beberapa minggu belakangan, ia terlalu sering dipatahkan oleh keadaan, Yoongi tidak sanggup menatap lemahnya adik perempuan--satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Dering ponsel menginterupsi, Min mendapatkan panggilan dari Jollee.

"Ada apa Hwang?" Yoongi menjawab panggilan tersebut sambil berjalan menuju keluar ruang kamar rawat, khawatir adiknya akan terganggu oleh suaranya.

"Apa Jiya sudah kembali ke kota?"

"Sudah, tadi pagi. Tak sengaja aku bertemu dengannya di stasiun." Panggilan dimatikan sepihak, Yoongi menatap ponselnya heran. Ada apa lagi kali ini?

Langkah kecil membawanya kembali ke ruang rawat sang adik, namun dua mata legamnya telah dipertemukan oleh perawakan Jiya. Duduk termenung sambil menatap kosong ke arah Yoonji. Apa mereka saling mengenal? Mengurungkan niat untuk masuk, pria Min itu hanya memandang dari celah pintu yang terbuka sedikit.

Tentu Yoongi agak merasa senang, tanpa usaha mencari Jiya datang dengan sendirinya. Ia senang, namun di satu sisi ia juga merasa tak pantas untuk merasakan segenggam kebahagiaan itu. Perasaannya terlalu acak cenderung sedih nan berantakan. Ini karma sebab telah menghancurkan hati Jiya kemarin? Salahkah dia bila belajar membuka hati pada wanita lain di saat ia tak mengerti kejelasan hubungannya bersama Jiya kemarin?

Akhirnya Yoongi memilih masuk. Berjalan pelan sebelum Jiya tersentak melihat kedatangannya.

"Kau mengenalnya?"

"Kami bekerja di Perusahaan yang sama sebelum ia masuk ke fase perawatan intens." Tampaknya Jiya masih belum mau berkontak mata dengan Yoongi.

Kini mereka sama-sama menjatuhkan atensi pada Yoonji. Keduanya harap-harap cemas dengan kondisi kesehatan Yoonji, semakin lama tenaga gadis ringkih itu semakin berkurang dan lebih sering tertidur. Meskipun belum lama mengenal Yoonji, Jiya sangat amat tahu bahwa gadis itu adalah orang yang sangat baik hati. Kerap menolong Jiya ketika ia dalam posisi kesusahan menjalani hidup. Niat hati ingin mendonorkan ginjal pada Yoonji, tetapi dia tidak mau ada satupun orang yang mengetahui niat baiknya termasuk Yoongi sekalipun. Manusia seperti Yoongi pasti sudah jelas menentang niatnya. Sejujurnya, dari awal berkenalan dengan Yoonji, ia sudah tahu bahwa Yoonji dan Yoongi adalah saudara kandung kakak beradik. Namun Jiya meminta untuk menutup mulut.

"Kenapa kau menghilang saat di kereta?"

"Tidak menghilang. Aku hanya berjalan sesuai insting. Lagipula untuk apa menunggumu, kita tak punya hubungan apapun lagi."

Jawaban Jiya membuat hati Yoongi mencelus. Sangat diharapkan untuknya agar Jiya bisa memberi kesempatan satu kali lagi saja. Setelah menjawab pertanyaan itu, gadis Shin berlalu begitu saja. Meninggalkan Yoongi dengan segala kesunyian yang menghampiri. Tepat sampai di pintu, Jiya berbalik sebentar untuk mengatakan sesuatu.

"Bilang pada Yoonji nanti, bahwa aku tak menjenguknya hari ini."

Yoongi hanya diam menatap kepergian Jiya. Mana bisa dia berbohong terlebih pada adiknya sendiri.

DISAPPOINTED || Min Yoongi Место, где живут истории. Откройте их для себя