Bab 1 kepergian

263 33 7
                                    

21 JULI 2020

Seorang anak perempuan terlihat hancur didepan pusara ayahnya. Dipandangnya nama orang yang tertulis disalib kemudian terdengar keras suara tangisan.

Semua sudah berakhir, sejak beberapa jam yang lalu ia melihat peti sang ayah dimasukan kedalam tempat peristirahatan terakhirnya, tak pernah terbayang dibenaknya bahwa sang ayah akan pergi secepat itu.

Anak perempuan berusia empat belas tahun itu berjalan keluar dari area pemakaman. Ia menangis begitu keras dengan tubuh gemetar hebat. Banyangan kehidupannya tanpa sang ayah menghantam batinnya. Ia terus menangis diperjalanan sampai sebuah tepukan dibahu ia rasakan. Anak perempuan itu menoleh kesamping dengan masih sesegukan dan air mata yang tak henti mengalir deras diwajahnya.

"kamu nggak boleh sedih, kamu harus kuat. kalau kamu sakit, siapa yang jaga mama kamu". Kata seseorang dengan senyum yang membuat matanya menyipit.

Anak perempuan yang memakai pakaian serba hitam itu kemudian tersenyum dan menghapus air matanya.

"Nh gitu dong, kan cantik kalau senyum. kamu itu anak kuat, tante yakin kamu bisa hadapi semua ini, kamu harus iklas dan jangan lupa doain papa kamu"

"makasih tan" ucap Adel

"papa aku rindu, mengapa kepergian mu begitu cepat. Tapi aku harus iklas aku ngak boleh terlalu larut dalam kesedihan". Ucapnya lirih

"Yaudah kita pulang yh"ajak tante ria. Ria adalah saudara kandung dari dimas pramana ayah Reva Fidela Adel Pantjoro (Adel)

Mereka memasuki halaman sebuah rumah, Adel melihat sekeliling yang sudah tak seramai tadi, para warga dan orang-orang terdekat telah pulang ke rumahnya masing-masing.

"mama dimana yh?" batin Adel, ia pun memasuki rumah dan mencari keberadaan mamanya.

Terdengar suara tangisan dari arah belakang, yh Adel yakin itu adalah suara orang yang dia cari, ia pun berjalan ke kamar belakang milik sang papa dan mamanya dulu, ia melihat seorang wanita yang berumur empat puluh tahunan, sedang menangis, dengan perasaan yang hancur ia pun mendekati wanita tersebut.

"mama" satu kata yang terucap dari bibirnya, ia langsung memeluk wanita tersebut. sedangkan orang yang dipeluknya saat ini hanya terdiam dengan tatapan kosongnya.

"mama harus kuat, kita harus bisa iklasin papa, biar papa tenang dialam sana". Ucap Adel mengelus pundak sang mama.

"Paaapaaaaaaa kamu maanaa dell" ucapnya terbata-bata.

"Aku tau ini berat mah, tapi kita nggak boleh larut dalam kesedihan. Kita harus iklasin kepergian papa, biar disana papa bahagia" ucapnya lirih, ia menghapus air mata pada wajah wanita di hadapannya.

"Nggak nggak nggakk papa belum meninggal, suamiku belum meninggal, kamu jaga ucapan kamu yh, mama nggak suka" ucapnya histeris memberontak

"Mah sadar, papa udah nggak ada, papa udah meninggal" ucap adel, ia kemudian membawa wanita dihadapanya kedalaman dekapan.

"Papa belum meninggal del, kamu jangan ngomong gitu" ucapnya tidak terima

"mah kita harus bisa bangkit dari keterpurukan ini, papa udah nggak ngersaiin sakit lagi disana, kalau mama kek gini terus papa bisa sedih mah" ucapnya mencoba mendiamkan sang mama.

"Hahaha kamu emang pintar yh ngeprank orang, tapi kali ini mama nggak akan percaya, mama tau pasti kamu lagi ngeprank mama kan?" Ucapnya tertawa tak terima jika suaminya telah meninggal.

Adel hanya tersenyum getir melihat kondisi sang mama setelah kepergian suaminya, dimana ia belum bisa menerima kenyataan bahwa sang suami telah pergi untuk selamanya.


Mau next?

Redup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang