Bonding with Isaac

7.1K 388 2
                                    

Isaac tidak mau mendengar apapun dan dari siapapun, ia sedang tidak ingin dibantah. Dengan cepat Isaac menggendong koala Jasmine, menekan lembut belakang kepala adiknya agar bersembunyi di ceruk lehernya dengan nyaman.

Isaac tidak mau wajah adiknya ditatap saat ini, juga tidak mau adiknya melihat anak - anak lain yang menatapnya dengan berbagai makna.

Terlebih, ada Laura yang menangis tertahan. Ia pastikan Laura tidak akan kembali ke sekolah esok hari. Isaac juga akan pastikan, hubungannya dengan Elara selesai.

Max menyerahkan Laura pada satpam yang sedari tadi mengekori mereka, "membersihkan sekolah di siang hari, lebih efektif. Anda jadi bisa melihat dengan jelas hama yang bertebaran, kalau sudah ketemu, buanglah," ucap Max lalu pergi mengikuti Isaac menuju parkiran.

Di mobil, Isaac memangku adiknya dengan hangat. Ia memandang wajah cantik Jasmine dengan senyumannya, sembari Max yang menyetir mulai keluar dari lingkungan sekolah.

"Ikut abang ke kantor, atau mau pulang ke mansion?" Tanya Isaac, tangan kirinya menahan pinggang dan tangan kanannya merapihkan rambut Jasmine.

"Ikut ke kantor, boleh enggak?" Tanya Jasmine pelan, ia ingin tahu kantor Isaac. Bukan hanya itu, tapi selama ini ia tidak pernah jalan keluar. Setidaknya dengan ikut ke kantor Isaac, Jasmine bisa lebih lama berjalan - jalan.

"Boleh dong, tapi ada syaratnya," jawab Isaac, sebenarnya ia merasa aneh pada dirinya sendiri. Baru kali ini Isaac berbicara dengan lemah lembut.

"Jangan yang susah - susah syaratnya," protes Jasmine, bibirnya mengerucut membuat Isaac tertawa gemas.

"Syaratnya, adek gak boleh sedih, gak boleh takut sama siapapun. Adek itu adeknya abang, gak boleh nunduk begini, angkat dagu kamu."

Jasmine menatap mata Isaac, ia seakan menemukan puzzle kehidupan yang selama ini hilang dan hancur berantakan. Satu puzzle, satu kebahagiaan.

Isaac yang awalnya tidak menyukai Jasmine, justru Isaaclah yang paling berarti untuk Jasmine, yang paling menyayangi Jasmine dan yang paling membahagiakan Jasmine.

"Siap!" Jawab Jasmine sembari hormat, hanya beberapa detik lalu menyadari ada Max di depan sedang menyetir, Jasmine langsung memeluk leher Isaac.

Max tersenyum tipis, mendengar suara tawa Isaac yang langka. Selama ia bekerja ataupun berteman dengan Isaac, sepertinya hanya dengan Jasmine Tuannya itu tertawa lepas bahagia. Bahkan dengan Elara pun tidak pernah.

****

Laura mengurung diri di kamarnya, setelah dipermalukan oleh Max —asisten pribadi Isaac, ia pulang ke rumah dan mendapati Elara yang juga sedang kalut.

Kedua puteri di rumah ini sedang tidak dalam keadaan hati yang baik, mau bercerita pun Laura rasa ini bukan saat yang tepat. Ia akan bicara pada Elara kalau kakaknya itu sudah membaik.

Laura tidak menyangka, apa yang ia kira rapih dan tidak mempunyai celah, ternyata masih begitu kentara dipermukaan dan dapat ditebak dengan mudah.

Rasanya, semua usahanya sia - sia. Jasmine, gadis itu lolos dari genggamannya. Setelah kejadian hari ini, ia yakin tidak akan bisa leluasa.

Sebelum Isaac datang, sudah ada Zayden yang datang memberikannya balasan yang cukup memalukan.

Zayden, ketua OSIS Alexandrea High School itu memberikan surat peringatan dari Prabu, Laura masuk ke dalam blacklist karena dugaan perundungan terhadap siswi bernama Jasmine. Ia akan resmi diturunkan secara tidak hormat dari jabatannya sebagai ketua OSIS Junior High School besok.

Semua warga sekolah menyaksikannya tadi, Zayden datang dengan surat yang dibacakan lantang. Seolah memberikan balasan nyata untuknya.

Belum selesai, Laura yang sudah kepalang malu dan tidak terima dengan yang Zayden lakukan, berniat menyerang Jasmine secara terbuka. Toh, warga sekolah pasti akan mendukungnya. Mereka tidak menyukai Jasmine dan pasti akan termakan air mata dan sedikit bumbu drama.

JASMINE [ END ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt