Part 3: Akun Fansbase Untuk Micky

7 5 0
                                    

@GoMickyGo!

Hello, para penggemar Kak Micky! Kita kumpul di sini, yuk! Ini akun fansbase untuk mendukung semua kegiatan Kak Micky. Ya, masih unofficial, sih. MinKy bakal usahain jadikan fansbase ini official kalau mendapat kesempatan bertemu Kak Micky. Sebelumnya, ada saran nama yang bagus nggak buat para penggemar Kak Micky. Share di kolom komentar, yuk!

Oh iya, jangan lupa vote Kak Micky di acara penghargaan kreator Inspiratif, kategori pendatang baru. Tinggal klik vote aja di bawah nama Kak Micky.

With love, MinKy.

Ila membaca sekali lagi caption itu sebagai unggahan perdana akun fansbase Micky yang ia buat. Berhubung ia nggak memiliki foto Micky, ia terpaksa mengambil screenshoot dari salah satu videonya, lalu sedikit diedit dan ditampilkan sebagai foto profil dan unggahan pertama. Setelah yakin sudah sesuai, ia pun langsung mengunggahnya.

"Gimana, Gaes? Cakep nggak, tuh?" tanya Ila pada ketiga temannya, masih lewat sambungan video call.

"Oke, nih! Eh, jangan lupa follow Micky dan Yeon Woo aja, ya," saran Reni.

"Kok, cuma mereka?" protes Ocha sambil mencamil keripik kentang. "Kalau ada kita, kan, lumayan bisa nambah pengikut."

"Aduh duh, Mot! Lo tahu nggak admin Lambe Turah, siapa? Kagak, kan?" tukas Vina. "Mending lo diem dan simak aja."

"Galak bener lo sama gue, Vin. Hayati lelah."

Ila hanya bisa tertawa melihat tingkah konyol Ocha. Meski sering digalakin Vina dan Reni, Ocha bukan tipe baperan. Semua dijalaninya dengan santai dan selalu bahagia. Kalau Vina memang sudah galak dari sananya, sementara Reni si heboh yang memiliki pekikan maut. Mereka berempat sudah berteman sejak kelas sepuluh hingga duduk di bangku kelas sebelas sekarang.

Lamunan Ila mengenai teman-temannya buyar ketika satu persatu pengikut mulai berdatangan. "Gaes, Gaes! Gokil!"

"Woaaaah, Yeon Woo nge-like!" pekik Reni heboh. "Yeon Woo, Gaes! Yeon Woo!"

"Nge-like doang, follow kagak. Huh!" keluh Vina.

"Ya, kan ini fansbase-nya Micky, Vin. Meski nggak yakin di-follow juga kalau ini fansbase Yeon Woo. Dari semua yang ada, yang diikuti cuma fansbase-nya yang udah official, kan?" jelas Ila berusaha berpikir positif.

"Mending nge-like daripada nggak sama sekali," bela Reni nggak terima idolanya dikatai oleh Vina.

"Udah, jangan pada berantem," lerai Ila. "Mending bantu pilihin nama buat fans Micky. Udah ada beberapa komentar, tuh."

"Dih, apaan sih komennya si BibirmuMonyong itu? Masa kita dikatain biji cabe-cabean sampai bikin akun fans untuk si tukang pansos? Gue sumpahin monyong beneran baru tahu rasa!"

"Muemyangnya kwenapa, Vin?" tanya Ocha dengan mulut penuh keripik kentang, kemudian segera minum sebelum melanjutkan pertanyaannya. "Harusnya apa? Cabe keriting? Cabe besar?"

"Ochaaaaa, gue kempesin lo besok!"

Ila membaca komentar dari akun yang dimaksud oleh Vina dan merasa cukup kesal juga dan berniat membalasnya.

Reply to @BibirmuMonyong Eh, biji ketumbar mending diem! Iri aja, kan, lo? Cuih, malu-maluin Yeon Woo aja, punya fans mulut sampah kayak lo!

Nggak lama kemudian berbagai akun ikut menyerang komentar nggak menyenangkan itu, hingga si penulis komentar menghapusnya. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat satu musuh mundur dengan sendirinya.

Ila kembali membaca beberapa saran nama yang banyak diusulkan oleh penggemar Micky. Saking banyaknya, ia pun pusing sendiri memilih nama yang sekiranya cocok dan beda. Ia nggak mau hanya sekadar menambahkan lovers, ers, atau kata-kata penggemar pada umumnya. Hingga kemudian, matanya menemukan satu komentar yang simpel, tapi unik yakni Mouse. Ya, biar pun artinya tikus, tapi rasanya lucu sekali. Apalagi kalau misalnya ada fansmeeting, pasti lucu kalau semua penggemar hadir memakai bando Mickey dan Minnie. Ketiga temannya pun kompak setuju dengan pemilihan nama itu.

***

Sambil menunggu Ila, Mikha memeriksa ponselnya yang penuh dengan notifikasi. Bahkan jauh lebih banyak daripada biasanya. Keningnya mengerut saat melihat ada akun @GoMickyGo! Yang mengikuti dirinya. Dengan rasa penasaran, ia mengecek akun tersebut dan baru sadar itu akun fansbase pertamanya.

Cowok itu tersenyum lebar, nggak menyangka banyak sekali penggemar yang mendukung di antara segelintir orang yang menghujatnya panjat sosial sama Yeon Woo. Padahal, kalau sampai Yeon Woo mengikuti media sosialnya, itu salahnya? Malah saat ia meng-cover tariannya, Mikha sama sekali nggak menyebut nama Yeon Woo.

"Mikha, maaf. Udah nunggu lama, ya?" seru lla sambil berlari keluar. Di tangannya bahkan masih memegang selembar roti tawar yang belum tuntas dilahapnya. "Maaf, loh. Gue terlambat bangun.

Mikha segera memasukkan ponselnya ke saku celana abu-abunya. "Nggak apa-apa. Ayo, naik! Habisin rotinya sambil jalan aja."

"Oke."

"Mik, lo ngikutin soal yang lagi viral nggak?" tanya Ila.

"Nggak."

"Ah, nggak asyik, lo! Coba ngikutin juga. Bakal enak kita ngikutinnya."

Diam-diam Mikha tersenyum. Lucu rasanya harus berpura-pura nggak tahu apa-apa, sementara dirinya sendiri yang tengah dibahas banyak orang. Biarlah, pikirnya. Mikha nggak pernah berharap viral atau populer. Ia hanya ingin menyalurkan hobinya yang mungkin di masa depan nggak akan bisa ia lakukan lagi.

Omong-omong soal kesukaannya menari, hal itu sudah terlihat sejak dirinya duduk di bangku kelas satu SD. Di sekolah dia diajari menari, menyanyi, dan melukis. Entah kenapa ia merasa menari bisa mengekspresikan dirinya, jauh lebih rileks, bahkan bisa bergerak sesukanya. Papanya membiarkan dirinya melakukan itu sejak kecil. Namun, ketika hal itu terbawa sampai ke SMP, papanya marah besar saat dirinya memilih masuk klub dancing.

"Kamu itu cowok! Mau kamu sampai jadi cowok gemulai, hah? Menari itu lebih cocok untuk anak cewek. Kamu pikir apa yang bisa kamu harapkan dari menari? Papa minta kamu pindah ke klub debat! Lewat itu kamu bisa ikut cerdas-cermat, belajar ilmu yang lebih berguna daripada sekadar menggoyang-goyangkan badan."

"Dengar baik-baik, ya! Sampai Papa tahu kamu diam-diam masih menari, jangan salahkan Papa kalau sampai Papa bertindak kasar sama kamu! Paham?"

"Mik, Mikha, lampu merah!" teriak Ila yang membuat Mikha terkejut dan segera mengerem motornya. "Lo kenapa, sih, Mik? Melamun?"

Mikha berusaha menenangkan napasnya yang nggak beraturan. Gara-gara ia mengingat ultimatum papanya, ia sampai nggak fokus dengan jalanan. Untungnya hari itu nggak padat dan sedikit lenggang.

"Duh, sini gue aja yang bawa motornya!" tawar Ila bersiap turun dari boncengan Mikha.

"Nggak usah. Maaf, tadi aku lagi hafalin rumus fisika."

"Heh? Ngapain pakai dihafal segala?"

Mikha menoleh sejenak bingung ke Ila yang hanya menatapnya dengan tatapan bertanya. "Kamu nggak ingat hari ini ada ulangan fisika?"

"Oh," jawab Ila sambil manggut-manggut, tapi detik berikutnya matanya membelalak. "ULANGAN? Kenapa baru bilang? Buruan jalan! Terobos aja mumpung sepi. Habislah gue!"

Mikha hanya menggelengkan kepala dengan kelakuan unik cewek satu ini.

***


Go Mikha, Go!Where stories live. Discover now