Part 5: Kehabisan Tiket

6 4 0
                                    

Mikha merenungi kata-kata Ila barusan. Sejujurnya dia membenarkan semua penjelasan cewek itu, tetapi dia sadar dirinya pemalu dan nggak bisa mendekati orang terlebih dahulu. Dia menggelengkan kepala dan bermaksud mengambil salah satu buku cetaknya dari dalam tas ransel yang disampirkan di sandaran kursi. Namun, ketika matanya tertuju pada amplop putih yang diberikan Kevin, tangannya yang sudah memegang buku tebal itu menegang.

Sebaiknya aku pergi atau nggak, ya? Memang, dengan menyamar nggak akan ada yang kenali aku, tapi kalau sampai ketemu dengan Ila... entah kenapa aku selalu gugup di dekat dia. Mikha menghela napas dan menarik keluar buku tebal itu, mencoba fokus.

Tiba-tiba, sesuatu yang hampir luput dari perhatiannya membuat Mikha tersentak dan segera mencari ponselnya di balik tumpukan kertas-kertas latihan untuk menelepon Kevin. Agak sedikit nggak sabar menunggu sepupunya itu menjawab telepon, Mikha sampai berdiri dari duduknya dan mondar-mandir. Sesekali dia menggigit pelan buku jari jempolnya.

Panggilan tersebut nggak dijawab dan Mikha baru sadar saat itu jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam setelah melihat layar ponselnya. Ya sudahlah, besok saja bicarainnya di sekolah. Sambil mengembuskan napas berat, Mikha mematikan lampu belajar dan memutuskan segera tidur.

***

Ketika Mikha baru memarkirkan motor, di sana sudah ada Kevin yang tampak sedang menunggu sambil duduk di motornya yang terparkir di sebelah.

"Hai, Vin!" sapa Ila sambil turun dari boncengan Mikha.

"Hai juga, La," balas Kevin sambil tersenyum meledek ke Mikha yang memelototinya dari balik helm.

"Gue duluan ya, Vin, Mik! Dah!" seru Ila sambil melambaikan tangannya sebelum meninggalkan mereka dengan wajah cerianya.

Mikha melepaskan helmnya dan mengaitkannya ke kaca spion, lalu menoleh ke Kevin yang menatapnya dengan tatapan meledek. "Kenapa?"

"Udah kayak pacaran aja lo berdua."

"Sembarangan! Oh ya, aku mau ngomongin hal penting."

"Ya, makanya gue nungguin lo di sini. Semalam gue udah tepar banget. So, what happen, Bro?"

"Aku nggak bisa pergi ke acara itu besok," ucap Mikha dengan pelan, membuat Kevin menganga. "Semalam Ila nunjukin sebuah sertifikat yang ternyata sertifikat akun fansbase Micky. Ila adminnya."

"Terus kenapa? Kan, dia nggak bakal nyadar juga."

Mikha mengembuskan napas kasar. "Vin, kalau kamu datang nemenin aku, bagaimana jadinya? Dia bakal tahu."

Kevin berdeham sejenak. "Gini, deh. Menurut lo, Ila bisa dipercaya nggak orangnya?" tanya Kevin yang diangguki Mikha. "Lalu, so what kalau dia tahu? Kita bisa minta dia rahasiakan aja, kan?"

"Nggak bisa, Vin! Nggak sesimpel itu!" seru Mikha tanpa sadar dengan suara yang keras, membuat beberapa orang menoleh dan cowok itu segera menunduk. "Ila dekat banget sama mama. Aku nggak mau ambil risiko dia keceplosan. Lagi pula ...."

"Lagi pula?"

Mikha mengangkat wajahnya dengan ekspresi frustrasi. "Tujuan fansbase-nya untuk mengungkap identitas Micky."

"Lo yakin?"

Mikha mengambil ponsel dari saku celananya dan membuka akun @GoMickyGo! tersebut, menggulirnya beberapa saat, lalu mengangsurkannya ke Kevin. "Coba baca komentar yang ini dan balasannya!"

@Cumicumibusuk Bisa kali, ya, dapatin foto wajah full-nya Micky?

@BucinnyaMicky Setuju! Masa kita idolain orang yang wajahnya aja kita gak tahu?

Go Mikha, Go!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang