Part 4: Mikha Yang Suka Belajar

7 4 0
                                    

Mikha yang sudah selesai mengerjakan soal ulangan Fisika pun menoleh ke arah teman-temannya yang masih sibuk berkutat dengan kertas mereka. Ada yang tampak sedang berpikir, ada yang garuk-garuk kepala, dan saat Mikha menoleh ke Ila, cewek itu terlihat berpikir dengan menaruh pulpennya di atas bibirnya yang mengerucut. Detik berikutnya, cewek itu mulai memijat kedua keningnya dengan telunjuk. Diam-diam Mikha tersenyum geli melihat kelakuannya.

"Yang sudah selesai boleh keluar istirahat lebih dulu. Letakkan saja kertasnya di meja dengan terbalik. Nanti murid terakhir yang akan kumpulin semuanya!" perintah guru setelah 45 menit berlalu.

Melihat ada empat teman lainnya berdiri, Mikha ikut berdiri dan tanpa terlihat oleh gurunya, Mikha meletakkan kertasnya di atas meja Ila dan memberinya kode untuk nggak bersuara. Ila yang tadinya sempat terkejut pun menatapnya sambil tersenyum lega.

Mikha bukannya mendukung aksi mencontek, tapi cowok itu sekadar membantu Ila yang selama ini baik dan tulus berteman dengannya. Lagi pula, ia tahu Ila juga nggak akan bertindak bodoh dengan menyalin semua jawabannya.

"Mik! Mikha!" panggil Kevin sambil melambaikan sebuah amplop putih ketika Mikha keluar dari kelasnya.

Mikha menoleh dan melihat murid-murid kelas sebelah sudah mulai keluar untuk beristirahat. Mikha hanya mengangkat alisnya, menunggu Kevin menghampiri.

"Ini."

Mikha mengambil amplop itu dan ketika melihat logo aplikasi Tiktok, ia pun menarik Kevin pergi ke sebuah ruangan kelas yang nggak terpakai di ujung koridor. Sesampainya di sana, Mikha membuka amplop itu dan membaca isinya yang ternyata undangan untuk menghadiri malam penganugerahan.

"Ini undangan untuk pemenang? Itu berarti aku menang dan harus naik ke panggung?" tanya Mikha yang diangguki Kevin dengan senyum bangga. "Kamu tahu aku nggak bisa naik ke panggung, lalu ngomong."

"Aduh, Mik, apa sih yang lo takutin? Bokap lo nggak bakal nonton televisi apalagi punya Tiktok. Pihak panitia mengizinkan lo pakai masker, kok. Kalau ngomong dari balik masker juga pasti akan berbeda suaranya."

Cowok itu mengembuskan napas dan menimbang kata-kata Kevin. "Masalahnya, bagaimana minta izin ke Papa?"

"Itu urusan gue. Gampanglah! Lo datang, oke? Gue temanin."

"Ya sudah, atur saja."

Mikha melipat amplop itu dan dimasukkan ke saku seragamnya, lalu keluar dari ruangan kelas itu lebih dulu. Ketika ia akan menuruni tangga, terdengar panggilan dari Ila dan derap kaki yang mendekat ke arahnya.

"Mikhaaa, makasih, ya! Kalau lo nggak bantuin gue, pasti nilai gue telur bebek," celoteh Ila yang hanya dibalas senyum singkat Mikha. "Sebagai ucapan terima kasih, gue traktir lo di kantin. Ayo!"

"Eh, nggak... nggak usah."

Ila hanya berdecak dan Mikha pasrah ditarik begitu saja ke kantin. Mikha benar-benar gugup, apalagi banyak yang melihat adegan tangannya ditarik Ila. Tatapan penuh ejekan membuatnya hanya bisa menunduk.

Sesampainya di kantin, ketiga teman Ila juga sama kagetnya saat melihat Mikha turut bergabung. Ocha yang tengah melahap bakwan pun menganga hingga serpihan bakwan yang belum terkunyah keluar dari mulutnya dan jatuh ke piring.

"La, a...aku balik kelas aja," ucap Mikha gelagapan.

"Nggak! Pokoknya tetap duduk diam di sini. Gue pesenin bakso kesukaan lo. Lo pergi, pertemanan kita putus!"

Pasrah. Mikha tersenyum kaku kepada tiga teman Ila yang hanya mengangguk tanpa ekspresi. Dari ekor matanya, ia tahu beberapa murid mungkin juga berbisik-bisik aneh tentangnya. Selama ini Mikha nggak pernah ke kantin. Ia lebih memilih menghabiskan waktu di perpustakaan atau kelas. Namun, hari ini untuk pertama kalinya ia ke kantin bahkan dengan cewek seimut Ila.

Go Mikha, Go!Where stories live. Discover now