44 Female Magic!

2.9K 329 93
                                    

"HEH!"

Rony menggaruk tengkuk, kikuk.

Salma melihat dari atas sampai bawah, kaus putih yang tertutup jaket bomber itu penuh bercak lumpur. Celana digiling hingga betis, sandalnya tak luput kotor dengan lumpur. Semacam lumpur got. Entah, nyebur dimana lelakinya itu.

Salma berganti menatap motor Rony, aman. Tak ada lecet, berarti bukan tabrakan yang berakhir jatuh di selokan. Begitu simpulan Salma.

Helaan napas terdengar, "Mas, ini udah malem ngapain main kotor-kotoran gitu coba," gerutunya.

Rony hendak menjawab namun Salma menyela, "Mandi sana, ceritanya nanti. Kamu bau." Salma mengapit hidungnya, Rony meringis.

Ia mencuci kaki lebih dulu, lalu ngibrit cepat kedalam kamar. Salma mengikuti dari belakang. Saat sampai dikamar, lelakinya hilang dari pandangan namun gemericik air dari kamar mandi sudah cukup jadi penjelasan.

Salma menyiapkan baju ganti untuk lelakinya, sebenarnya ia sudah penasaran. Apa yang dilakukan Rony sampai keadaannya jadi kotor seperti itu.

Lumayan lama menunggu, Rony akhirnya keluar hanya mengenakan handuk yang melilit pinggangnya, keadaannya berganti harum. Salma menyerahkan baju ganti.

"Makasih, Ca." Rony kembali ke kamar mandi. Salma menunggu, lagi.

Pinggangnya pegal, ingin berbaring. Ia berbaring lebih dulu sambil menunggu Rony.

Rony kembali, menggosok rambutnya yang basah dengan handuk. Sebenarnya Salma sudah ingin merebahkan diri, namun melihat rambut lelakinya yang basah juga membuatnya gemas. Salma akhirnya bangkit lagi, memanggil Rony.

"Sini, Mas!"

Rony berlalu, menurut. Salma menyuruhnya duduk dibangku rias.

Salma menyalakan hair dryer. Mengacak-acak rambut Rony, suhu hangat dari alat itu membuat dingin mengabur. Rony menyukainya, menyukai hangat benda itu pun jemari perempuannya yang sibuk menyugar rambutnya.

"Tadi kenapa? Kok, pulang-pulang bajunya jadi kotor gitu?"

Rony sedikit mendongak guna menatap Salma, perempuannya masih sibuk mengeringkan rambutnya.

"Tadi dijalan aku liat Kakek-Kakek kaya bingung gitu, terus aku tanya. Kakeknya bilang dia kaya denger suara anak kucing. Aku penasaran, dia suruh aku buat ikut dengerin. Akhirnya kita dengerin tuh bareng-bareng, dengerin dengan teliti sambil cari tau dimana asal suara anak kucing itu,"

Lanjutnya, "Ternyata setelah dicari-cari ada diselokan, gorong-gorong gitu. Kita buka tutup gorong-gorongnya, bagi tugas. Gak mungkin juga si Kakek yang disuruh turun kan? Jadi aku yang turun ngambil anak kucingnya, si Kakek itu yang bantu nyenterin pake hp aku,"

"Kasian anak kucingnya sampe kedinginan banget, tapi pas diambil rada susah. Soalnya kaya takut gitu dianya, yaudah aku kejar makin dalem kegorong-gorong selokannya. Alhamdulillah-nya, akhirnya kucingnya ketangkep. Terus dibawa pulang sama Kakeknya, katanya mau dipelihara. Anak kucingnya lucu tau, Ca. Cuman kotor kena air got," ceritanya.

Salma memandangnya tak habis pikir, lelakinya memang se-ringan tangan itu.

Ringan tangan menurut Salma bukan ringan tangan dalam artian suka memukul tapi 'suka membantu'. Rasanya campur aduk, antara gemas, bangga juga sebal karena pulang-pulang dengan tubuh bau. Ah, jagoan memang tak perlu berkostum bukan?

Salma memencet hidung Rony, si empu mengaduh. Salma terkekeh, "Dasar!"

"Eh, tadi Cookies aktif banget tau, Mas." Salma gantian yang bercerita.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang