61 Tantrum

2.9K 306 176
                                    

"Ca."

"Hmm."

"Ca."

"Hmm."

"Ca."

Salma menutup buku yang dibacanya,menghela napas pelan lalu menatap Rony yang bersandar dibahunya. Entah kenapa, sedari tadi lelakinya terus gelendotan, mepet-mepet.

Salma menaruh bukunya dinakas, "Apa, Mas? Kenapa, hm?" tanyanya, lembut. Padahal mengontrol kesal karena diganggu.

"Panas."

"Hah?"

"Hati aku panas." Rony bangkit, Salma mengerutkan kening. "Sakit?" Salma menyentuh dadanya, Rony berdecak.

"Gitu banget sih interaksinya sama Ryan?" Rony mencebik, to the point.Salma semakin mengerutkan keningnya. Tak paham.

"Gitu gimana?"

Rony berdecak, "Asik banget! Sampe ketawa-ketawa mulu." matanya menyerot tajam, tapi bibirnya mengerucut, manyun.

Salma paham, ia menahan senyum. Lelakinya cemburu!

Rony sendiri baru berbicara sekarang, ingin dipendam dan dianggap biasa saja tapi hatinya panas, nyeri. Memang dasarnya pencemburu!

"Ya, dia mukanya lawak makanya aku ketawa." Salma mencoba biasa saja, senang mengusili lelakinya.

Tambahnya, "Udah ganteng, lucu lagi." memuji Ryan secara blak-blakan.

Rony sampai melotot, Salma menatapnya. Menaikan alis, berlagak biasa saja.

"Kenapa?"

"Bisa-bisanya muji cowok lain didepan Suaminya sendiri."

"Lah? Dari pada dibelakang Suaminya?" Salma menyela, membuat Rony mendengus.

"Oh." ujar Rony, singkat. Semakin dongkol. Sedangkan Salma semakin ingin tertawa, motonya. Usil is my life.

"Kalo aku?" tanyanya tiba-tiba, tapi jutek. Tak menatap Salma. Ia bersandar didipan disamping perempuannya.

Salma menoleh, "Maksudnya?" pura-pura tak paham.

Rony masih tak menatapnya, "Kalo Ryan kan ganteng, lucu. Kalo aku?" masih bernada jutek, dua kata 'Ganteng' dan 'Lucu' sengaja diberi tekanan. Menyindir.

Salma menatap lelakinya, menahan senyum. "Nyebelin." ujarnya. Usil.

Seolah tak perduli Salma kembali mengambil buku yang tadi dibacanya.
Rony melirik Salma yang kembali membaca buku melalui ekor matanya, sebal. Wajahnya datar tapi matanya mulai panas. Selain hatinya yang panas.

"Oh, cukup tau." masih jutek. Lalu beringsut hendak beranjak. Kabur!

Salma mencekal tangannya, "Mau kemana?"

"Kepo!" balasnya, ketus. Menurunkan tangan Salma yang mencekal tangannya.

"Oh, yaudah. Palingan keluar terus nangis." ujarnya, biasa saja. Kembali fokus ke buku.

Rony menatapnya tajam, kesal. Tapi tak bisa mengomel juga. Namun tak terima juga.

"Enak aja, siapa yang mau nangis!" makin jutek. Lalu berdiri. Keluar kamar.

Bruk!

Suara pintu sedikit terbanting, Salma menutup bukunya. Terkikik geli.

"Kalo Suami gue bisa dituker tambah udah gue tuker tambah tu orang." kekehnya, geleng-geleng kepala.

Salma tak perduli, ia kembali membaca buku tanpa beban. Katanya, nanti aja bujuknya.

Hampir sepuluh menit berlalu Rony tak kembali, Salma jadi merasa bersalah. Ia menutup buku, beringsut dari kasur. Menyiapkan diri untuk membujuk lelakinya yang hobi ngambek itu.

Hi Switzerland (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang