Bab 22. Penyiksaan

711 66 3
                                    


Happy Reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
MCK 2

Sesuai dengan perintah Intan, Irene dan Fadli dikurung di gudang bawah tanah rumah Intan. Keduanya terus memberontak dan berteriak minta dilepaskan, tapi 2 orang preman bayaran Intan tak menghiraukan teriakan mereka.

Sedangkan Intan dan Syifa langsung pulang ke rumah sambil membawa bayi Andrez. Dokter mengatakan kondisi bayi Andrez sehat dan boleh di bawa pulang. Kini Intan dan Syifa memasuki gudang bawah tanah sambil Syifa yang menggendong bayi Andrez.

"Lepaskan kita!" teriak Fadli ketika melihat Intan dan Syifa datang.

"Apa? Lepaskan? Jangan mimpi lo!" ujar Intan sarkas.

"Apa yang lo mau?" tanya Fadli menentang.

"Lo nanya apa yang gue mau? Gue mau lo menderita! Lo memang manusia yang gak tau diri ya! Andrez udah baik lho sama kalian, pertama dia udah ngizinin Kenzio buat terima lo sebagai sekretaris Kenzio dan kedua dia udah bayarin biaya operasi ibu lo! Tapi kalian memang dasar binatang dajjal yang gak tau terimakasih!"

Fadli diam, melihat itu membuat Intan tersenyum miring. Mata Fadli terbelalak ketika Intan mengeluarkan sebuah pisau lipat dari sakunya. Intan membuka pisau tersebut, lalu memandangi pisau dari ujung sampai ujung dan beralih menatap Fadli. Fadli yang ditatap seperti itu tentu saja merasa ketakukan. Perlahan demi perlahan Intan mendekati Fadli dan kini wajah Intan tepat berada di telinga Fadli.

"Kayaknya main-main sebentar gak masalah deh," bisik Intan membuat bulu kuduk Fadli meremang.

Syifa hanya diam, saat ini sisi psycopat Intan sedang muncul dan ia tak bisa berbuat apa-apa.

"Ma-mau apa lo?!" tanya Fadli gugup dengan rasa penuh takut.

"Pipi lo mulus banget?"

Sret!

Dengan cepat Intan menyayat pipi mulus Fadli. Darah segar keluar merembes disertai dengan teriakan kesakitan dari Fadli.

"AAGHHH!!!!"

"JANGAN SAKITIN ANAK SAYA!" Teriak Irene yang sedang menangis.

Intan seperti menulikan pendengarannya. Kini Intan beralih ke pipi kiri Fadli, dengan santai Intan mengukir sebuah tulisan menggunakan pisau cantiknya. Sebuah tulisan yaitu jalang. Selama Intan menulis Fadli terus berteriak kesakitan dan menangis, begitu juga dengan Irene. Namun Intan sama sekali tidak memperdulikan teriakan mereka.

"AAGGGHH SAKITT AMPUNNN!!"

"DIAM!" Bentak Intan.

"Tolong jangan sakitin anak saya hiks hiks," ujar Irene sambil menangis.

"Hahaha anak lo pantas dapetin ini semua dan bahkan lo sekalipun akan mendapatkan ini semua," ujar Intan sambil tertawa.

Kini pipi mulus Fadli telah berlumuran darah, rasa sakit dan perih menjadi satu. Melihat itu membuat Intan merasa sangat puas. Oh rasanya ini mungkin kurang? Intan mengangkat tinggi-tinggi pisau miliknya, lalu dengan cepat ia menancapkan pisau tersebut ke paha kiri Fadli hingga menembus tulang.

"AAAAGGGGHHHHHH!!!"

Fadli kembali berteriak kesakitan. Air mata terus mengalir hingga sudah bercampur dengan darah yang ada di pipinya. Melihat itu Irene hanya menangis sambil terus memohon agar Intan menghentikan aksinya. Kini Intan beralih mendekati Irene, membuat Irene semakin takut.

"Sa-saya minta maaf tolong jangan sakitin saya," ujar Irene gugup ketakutan.

"Maaf?" tanya Intan dengan tersenyum miring.

My Childish Kenzio 2 Where stories live. Discover now