152. Hearsay & Emails #2

135 12 0
                                    

nas's notes: terima kasih banyak untuk readers yang sudah mampir ke part sebelum-sebelumnya yang aku post di twitter/x dan wattpad sampai dibaca, vote/like, dan komen/qrt. semoga aku bisa tetap semangat untuk menyelesaikan cerita ini. YA ALLAH AKU KELARIN CERITA INI TP AKU KEHILANGAN SEMANGAT GMN YA....

BISA YUK BISA. ini walau vote part sebelumnya under 10 juga masih update walau aku ingin sesuai target :(( yuk yang mau baca part ini vote dulu yaa ntar lupaa, yang belum vote part sebelumnya di wp dan twitter/x juga tolong bgt :((

anyway, terima kasih dan enjoy yaah! 

Jakarta, Indonesia
March 2027

"Sura! Kakakmu mencarimu." Giandra bergegas mendatangi Sura dan Rayan yang saling berpandangan. Perempuan yang datang itupun melirik ke lelaki yang wajahnya tampak familiar. "Hai Rayan."

Kedua mata Rayan tampak takjub saat melihat sepupunya, Giandra Euphrasia, berada di hadapannya. Giandra tampak cantik dengan kebaya modern berwarna pink pastel dan songket senada. Sudah lama Rayan tidak melihat sepupu ningrat yang berwajah angkuh itu secara langsung. "Hai Giandra. Aku tidak menduga bahwa aku bisa melihatmu di sini."

"Surprise, tapi aku datang sebagai plus one-nya Kak Nicky," ucap Giandra sembari melihat raut wajah Sura yang masih bingung mencerna situasi yang ia lihat saat ini, "dia sepupuku."

Apa-apaan ini? Giandra bersepupuan dengan Rayan? Aku hampir mengira Giandra adalah mantan pacarnya. Bukannya seharusnya Rayan juga tahu apa yang terjadi dengan Fabian, bukan? Actually, ini bagus! Aku akan mencoba untuk mengkorek informasi lewat Rayan via Giandra. Sura membatin sembari melirik sekitarnya. 

"Kenapa kakakku mencari aku?" Sura bertanya kepada Giandra untuk memastikan. "Kukira ia masih menyapa koleganya atau kolega ayah."

"Memang ia masih menyapa kolega ini itu, tampaknya Mas Nicky menyadari ia tidak bisa menemukanmu di hall."

Perempuan tersebut memutar matanya dan tertawa sedikit. Ia mulai menarik paksa tangannya Giandra untuk kembali ke hall. "Rayan, kita pergi dulu."

Melihat Sura yang mulai menarik sepupunya, Rayan langsung melirik ke arah Giandra untuk memanggilnya. "Gi, aku akan menghubungimu!"

"Shut up, lah!" balas Giandra sembari berjalan cepat bersama Sura.

Saat kedua perempuan muda itu sudah memakan beberapa hidangan, mereka memutuskan untuk berdiri di salah satu sudut dari hall mewah tersebut untuk menjauh dari keramaian lainnya. Sura tak sadar kalau teman dekatnya ini adalah sepupu dari anak-anak RI 1. Jujur saja, mereka sudah lama berteman, namun Sura (dan Nicholas) tampak belum bisa mengkorek asal keluarganya Giandra, hanya tahu pribadi dan bagaimana Giandra memperoleh kesuksesannya lewat tulisan, illustrasi, dan pekerjaan fulltime-nya.

"Aku sepupu dari RI 1. Ibuku dan istri pertamanya Pak Andhika adalah saudari—like Queen Alexandra and Tsarina Maria Feodorovna." Giandra akhirnya buka suara setelah ketidaksengajaan yang baru saja terjadi. "Kita jarang bertemu. Bahkan saat Pak Andhika mengadakan open house, aku tidak datang. Sejak dulu, Rayan sama Mas Akbar itu sama-sama menyebalkan, hanya Nilam yang terlihat normal."

"Ya, bahkan dia terlihat menilaiku saat bertemu Desember lalu."

"Sudah kuduga. Namun, sekarang aku melihat perubahan pada karakter Rayan, bahkan aku tahu kalau Rayan kerap memberikan perhatian setiap tahunnya kepada seseorang melalui pesan WhatsApp—peduli setan, lah, dia menyukai seseorang, namun dia tampak ogah-ogahan."

Sura hanya menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Kenapa begitu?"

"His parents, especially The First Lady, begitu ingin menikahkan Rayan dengan orang Jawa. Tampaknya setiap anak pejabat atau konglomerat pernah dikaitkan dengan rumor rencana pernikahan dengan Rayan dan beberapa gadis itu selalu ditolak oleh ibu. Bahkan wanita dengan achievement luar biasa dalam bidangnya seperti Kanaya Sukmaranta dan se-independent woman seperti Shadira Salih juga tidak membuat ibu tertarik."

"Biasanya ditolak karena bukan orang Jawa?" tanya Sura.

"Serta karena keluarganya—entah pekerjaan dan personal orang tuanya, sifat dan tampang kandidatnya, sampai memang tidak suka aja." Giandra menambahkan.

"Akan tetapi, ada satu kandidat yang diminta oleh Rayan dan ditolak oleh orang tuanya. Aku ingat Rayan membuat ayahnya sakit kepala saat kampanye 2024 karena minta dijodohkan dengan kandidat ini. At that time, Rayan is so shameless."

"Kutebak, kandidat yang diinginkan Rayan itu sudah punya pasangan?"

Kali ini Giandra menganggukkan kepalanya. "Yup, namun sebenarnya ada faktor lainnya. Lagipula bukan tugasku untuk mengatakannya ke publik, namun Leonardo Hutabarat tidak bekerja karena kurasa ia sudah ditransfer sejumlah uang oleh ibu untuk tidak bicara apapun soal siapa saja yang menjadi calonnya Rayan."

"Tampak masuk akal untuk keluarga presiden membayar kolumnis gosip nomor wahid untuk menutupi apapun dari dapur internal. Kurasa Leo memiliki daftar panas."

Sura sendiri hanya memainkan strap clutch-nya dan melirik ke bawah untuk memikirkan permintaannya kepada Giandra. Ia tidak ingin orang-orang di sekitarnya tahu soal masalah yang menimpanya, tetapi ia harus meminta bantuan karena ia ingin tahu reason-nya Fabian sampai berupaya untuk membatalkan rencana pernikahannya. Perempuan itu juga berasumsi bahwa Fabian belum bersuara karena orang tuanya di Amerika Serikat belum membombardir dengan banyak pertanyaan.

"Anyway Giandra, I have a favor to ask you." 

"Go ahead."

.

.

.

Munich, Deutschland
March 2027

Edmund Kushner <edmundkushner(at)gmail(dot)com>
To: Fabian Hafiyyan <fabianhafiyyan(at)gmail(dot)com>
Subject: Commission Result and Confirmation for Shipping

Dear Fabian,

Aku harap kabarmu baik. Sesuai dengan pesananmu akhir tahun lalu, lukisannya sudah selesai dikerjakan. Melalui email ini, aku mengirimkan hasilnya melalui foto. Aku sangat berusaha untuk mengerjakannya dan aku menikmati waktuku saat mengerjakan surprise commission ini. Aku yakin bahwa Sura akan menyukainya.

Jika sudah final, mohon konfrimasi melalui email ini agar aku akan mengatur pengiriman lukisan ini ke London di bulan Maret dengan perkiraan sampai di bulan April sesuai dengan permintaanmu terakhir kali.

commission_fabian.jpg

Thank you!

Cheers, 

Edmund

.

.

.

Fabian Hafiyyan <fabianhafiyyan(at)gmail(dot)com>
To: Edmund Kushner <edmundkushner(at)gmail(dot)com>
Subject: RE: Commission Result and Confirmation for Shipping

Dear Edmund,

Kabarku baik. Terima kasih banyak sudah mengabari untuk prosesnya. Aku benar-benar menyukai lukisannya, kamu membuatnya dengan baik. Aku percaya saat Sura mengatakan bahwa kamu adalah pelukis yang sangat baik dan aku merayumu untuk melukis di canvas. Ia benar-benar ingin memiliki lukisannya sendiri.

Karena aku belum mendapat jadwal kedatangan Sura dari Indonesia, apa boleh aku minta bantuanmu untuk mengirimkan lukisannya ke kediaman orang tuaku di Munich? Karena aku akan pergi dalam waktu lama untuk pekerjaan, jadi aku tidak bisa meminta orang apartmen untuk menerima lukisannya.

Sabine Amari
Mauerkircherstraße 15, Munich, Germany
+49 XX XXXX XXXX

Maaf aku merepotkanmu kali ini, Edmund. 

Thank you in advance.

Cheers, 

Fabian

 .

.

.

Edmund Kushner <edmundkushner(at)gmail(dot)com>
To: Fabian Hafiyyan <fabianhafiyyan(at)gmail(dot)com>
Subject: RE: Commission Result and Confirmation for Shipping

Dear Fabian, 

Well noted. Akan aku konfrimasi padamu jika sudah dikirimkan. 

Thank you & good luck!

Cheers, 

Edmund

TBC

The Great Chances [COMPLETE]Where stories live. Discover now