20 - Lee Junho, Jongin's mate

114 33 6
                                    

Kim Jongin, Nogsaegsan-ri
21.18, night

Aku berada di rumah makan milik Junmi-nim, untuk perpisahan. Sangat berterima kasih kepada semua warga Desa, terlebih Rihye-nim dan Yunwoo-nim yang sudah repot-repot membuat ini hanya untukku.

Orang yang datang kurang lebih 20 orang, hanya yang terdekat saja. Di sini juga hadir Pak Kepala Desa, bernama Lee Jaewook. Ia sangat ramah, jika aku butuh sesuatu pasti ia selalu membantu.

Makanan dan kue yang di masak sebagian besar oleh Rihye-nim dan Yunwoo-nim sudah di santap oleh orang-orang yang hadir. Beberapa alkohol botol dan kaleng tersedia di seluruh meja.

Kini, aku sedang mengobrol bersama seorang kakek nelayan bernama Jung Minsung. Dulu, ketika ia masih menjadi nelayan, Pak Minsung selalu memberikanku ikan atau hewan laut secara gratis.

Namun, beberapa bulan ke belakang, Pak Minsung hampir tenggelam ketika berlayar karena badai yang sangat hebat. Lalu, anak dari Pak Minsung yang berada di Ulsan membawanya untuk tinggal bersama.

Sangat-sangat kebetulan ia datang kemari hari ini, untuk mengunjungi makam istrinya.

"Kau hebat, hati-hati saat kembali."

Aku membungkuk padanya dengan sopan. Tangan Pak Minsung menepuk punggungku beberapa kali.

"Terima kasih, abeonim."

Senyuman lembutnya ia berikan padaku. Pak Minsung lalu pergi menuju kerumunan lain.

Aku sedari tadi hanya berdiri, sambil bersandar pada meja dengan mata yang terus menatap orang-orang di sekeliling. Entahlah, tapi jujur saja aku sedih karena harus meninggalkan Desa ini.

Gelas berisi anggur merah di tanganku masih penuh, baru dua teguk ku minum. Sedang sedih seperti ini, aku hanya ingin diam dan memperhatikan wajah dari orang-orang baik yang tinggal di Nogsaegsan.

Aku ingin menyimpan, agar jika aku rindu, aku bisa mengingat kembali hal-hal yang pernah ku lakukan bersama mereka.

"Ya! Kim Kai." aku menoleh tatkala mendengar panggilan itu.

Dia Lee Junho, anak dari Pak Kepala Desa, Lee Jaewook.

Junho mempunyai wajah yang tampan, badannya kekar namun tingginya beberapa senti di bawah ku.

Aku mengenal Junho sejak 4 tahun yang lalu. Aku tak pernah menyangka kami akan bertemu lagi di sini, dunia memang se sempit itu.

"Junho-ya, kapan kau pulang?" aku berdiri sempurna kemudian meraih tangan Junho untuk melakukan salam khas kami. Aku memeluknya juga sekilas.

"Tadi sore menggunakan kereta, demi kau aku jauh-jauh pulang kemari."

Tampilannya sangat berbeda, kemeja putih dengan celana jeans sangat cocok untuknya.

"Kau pembohong, kau tahu?"

Aku menaikkan sebelah alisku, "Aku?" aku menunjuk diriku sendiri.

"Eung, kau bilang kau tak ingin pulang ke Seoul, tapi apa sekarang?"

Aku menyandarkan kembali tubuhku pada meja, kemudian tertawa kecil. Aku mengusap alisku lalu kembali menatapnya.

"Setelah berpikir ribuan kali, aku pun ingin melanjutkan hidupku."

Wajah Junho terlihat sebal tatkala menatapku. Ia tersenyum miring seperti orang yang sedang marah, apalagi kedua tangannya ia simpan di area pinggang.

Karakter Junho memang seperti itu.

Renjana; memories of love | JENNIE x KAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang