"Jangan berisik, Wakil KM mau ngomong!" Tak pernah terbayangkan bahwa akhirnya Isa luluh atas permintaan Yuda hanya karena alasan Gema. Terhitung sudah lebih 3 hari Gema tidak masuk dan hari ini mendapat kabar pemuda itu dilarikan ke rumah sakit, maka tak ada pilihan lain sebab Isa pun khawatir.
Tatkala semua pasang mata tertuju pada Isa yang berdiri didepan kelas, rasanya sangat berbeda. Kali ini jauh lebih membuat gugup sebab ia harus memikirkan kalimat secara spontan alih-alih menghafalnya lebih dahulu selayaknya presentasi. Keheningan terasa jauh lebih lama saat Isa belum buka suara sementara yang lain menunggu dengan rasa penasaran.
Di samping itu Yuda tak lepas memperhatikan Isa seolah mengawasi gerak-geriknya. Jika bukan karena Gema dan kalimat Yuda yang menyebutnya tidak punya belas kasihan, Isa mungkin tetap bersikukuh tak akan berdiri di sini.
"Ngomong." Isa melihat Yuda berusaha bicara padanya dengan isyarat gerakan bibir. Hal itu hanya dibalas dengan tatapan sebal. Yuda tidak tahu Isa gugup bukan main dan benci harus menjadi pusat perhatian banyak orang.
Yuda terus mendesak tanpa suara. "Cepetan!"
"Isa, lo mau ngomong apa?" Salah satu murid yang tak begitu Isa kenali membuat Isa tertegun. "Jangan buat kita semua mati penasaran."
Menelan ludah seraya menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, Isa pun buka suara, "Itu ... Gema dirawat di rumah sakit. Jadi aku mau nawarin habis pulang sekolah kita semua jenguk Gema. Tapi itu terserah kalian, kalau gak bisa gak apa-apa, yang bisa datang aja."
Nampaknya apa yang selama ini ada dalam pikiran Isa tak sama dengan yang terjadi di kenyataan. Mereka bukan menganggap dirinya tidak ada atau hanya butuh ketika ada masalah, akan tetapi bila Isa aktif sedikit saja mereka ternyata tahu meski hanya sekedar nama. Jadi setelah mengumumkan hal itu, nyaris seisi kelas menyuarakan ide tersebut cukup bagus-padahal itu semua ide dari Yuda.
Pukul setengah 4 sore, Isa terlambat karena perihal izin dari Mama dan tidak bisa pergi bersama yang lain ke rumah sakit. Dari insiden di ruangan BK, ia kini harus diantar-jemput oleh Mama bahkan hanya untuk ke sekedar menjenguk. Ia bisa saja pergi bersama Lisa, tapi Mama tetaplah Mama yang sama sekali tidak mudah percaya bahwa putrinya akan langsung pulang tepat waktu.
"Mama tunggu di restoran dekat sini, kalau sudah selesai kirim pesan aja. Habis itu Mama antar ke tempat les."
Pesan terakhir Mama tak berani Isa bantah sebelum ia keluar dari mobil dan memasuki areal gedung rumah sakit. Butuh alasan yang kuat hingga pada akhirnya Mama mengizinkan dirinya pergi. Isa pun tak sengaja malihat Yuda menunggunya di kursi tunggu bersama pasien yang tengah mengantri. Pemuda itu melambaikan tangan pada Isa yang menghampirinya.
"Lama banget lo, semuanya nunggu tapi mutusin buat balik duluan. Tinggal ada Lisa sama yang lain didalam."
"Kamu sengaja." Tuduh Isa tiba-tiba membuat Yuda yang hendak memimpin jalan menuju ruangan Gema berada kembali berbalik badan memandang Isa bersama kerutan di dahi, kebingungan.
Sedangkan Isa paham bahwa Yuda tidak semata-mata memaksanya bicara didepan kelas hanya karena mereka tak akan mendengar bila pemuda itu yang bicara, melainkan Yuda ingin mengubah pandangan Isa bahwa beberapa orang tidak benar-benar menganggap dirinya tak ada atau ingat hanya ketika ada masalah sebagai pengganti Gema. Bahwa sebagian dari mereka memang menganggap Isa sebagai Wakil KM dan Sekretaris tanpa adanya kecurangan.
"Kamu sengaja buat aku bicara sampai mereka langsung suka sama ide itu padahal bukan aku yang inisiatif sendiri," lanjut Isa. "Kamu pikir dengan segala bentuk pujian yang mereka bilang tadi, aku bakal senang? Enggak sama sekali. Aku masih gak butuh teman atau seseorang disampingku."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Memory is You
ChickLit"Untuk kamu yang belum bisa pergi dari celah memori. Untuk kamu yang menjadi sumber penyesalan setiap waktu. Untuk kamu, yang selalu membuatku penasaran meski masa kita sudah habis tergerus waktu. Ada banyak hal yang tidak bisa diungkap, didengar...