Isa merasakan ada kejanggalan sejak percakapannya dengan Yuda. Entah hanya perasaan saja atau memang ada yang berubah dari pemuda itu. Isa sebenarnya tidak mau memikirkan, hanya saja semakin lama ia jadi kesal sendiri tatkala Yuda seolah mengasingkan dirinya ketika Gema meminta tolong untuk membantu Isa mengambil buku catatan sekelas di ruang guru. Bahkan Yuda memperlakukan Isa layaknya orang yang tidak pernah saling kenal.
Semua semakin jelas ketika Isa baru tiba di sekolah dan tak sengaja berpas-pasan dengan Yuda tapi presensinya malah melewati Isa begitu saja seolah tidak melihat apapun. Isa aneh sendiri, bukankah seharusnya di sini ia yang marah karena sudah dituduh sembarangan? Lalu kenapa sikap Yuda seperti Isa sudah menyakiti hati pemuda itu?
Berapa kali pun Isa mencoba untuk tidak terganggu, nyatanya ia mengernyit kala merasakan semua ini terasa salah. Isa tahu hubungannya dengan Yuda bukan apa-apa dan tak ada yang harus dijelaskan. Bahkan mungkin hanya sekedar hubungan kesepakatan agar rahasia soal merokok itu tidak terbongkar. Kendati berhari-hari sikap Yuda pun nampak lebih menyebalkan dari biasanya. Apalagi setelah berhenti mengejar Laura, Yuda kembali menjadi semula: mengejar gadis yang berbeda.
Saat ujian pelajaran kedua sebentar lagi dimulai, Isa kembali masuk ke dalam kelas setelah Bu Salwa memanggilnya guna bertanya perihal program pertukaran pelajar. Hingga saat ini Isa masih mengumpulkan keberanian memberitahu Mama soal itu. Mau tak mau, secepatnya ia harus mendapatkan izin mengingat satu bulan lagi batas waktu yang diberikan.
Menemukan dirinya menangkap perkumpulan di bangku Lisa, Isa pun langsung tahu apa yang terjadi. Mereka tengah membuat kunci jawaban setelah diberitahu dari mulut ke mulut bahwa ujian pelajaran kedua ini bukan bentuk pilihan ganda melainkan esai. Isa mengabaikan, lagipula ia tidak memiliki hak untuk melarang—bukan, lebih tepatnya tidak mau ikut campur. Hal seperti ini bukan hal aneh lagi, bahkan sudah menjadi hal normal di kalangan murid.
"Gak ada kapoknya. Kalau ketahuan, tahu rasa nanti." Isa menoleh kepada Gema yang berdiri dekat bangku miliknya. "Padahal mereka dari kemarin ngerecokin aku seharian buat minta diajarin materinya. Tapi lihat, akhirnya balik lagi ke jalan sesat."
Gema mengarahkan pandangan pada Yuda berada yang tengah sibuk menulis. "Apalagi Yuda, dia yang kelihatan paling serius waktu belajar. Ternyata cuman alasan doang."
Kedapatan sorot mata tak mengerti dari lawan bicara, Gema sesaat terkejut ternyata kejadian di rumahnya belum diketahui oleh Isa. "Lisa belum cerita? Yuda marah gak jelas waktu belajar bareng. Katanya, dia kesal karena habis dibohongin sama kamu."
"Aku?"
"Iya, Yuda bilang kamu bohong dan ingkar janji buat milih pergi sama Pak Seha."
Tidak sepenuhnya bohong sebenarnya. Hanya saja Isa terlalu malas menjelaskan semuanya, sehingga membiarkan Yuda berpikir sesukanya lagi seperti menuduh dirinya lagi.
"Sebenarnya juga, aku penasaran sama hubungan kamu dengan Pak Seha—itupun kalau kamu mau kasih tahu."
Bukan hanya Gema seorang yang penasaran soal itu melainkan juga teman sekelas lain pun begitu penasaran.
"Yuda cemburu sama Pak Seha," ucap Gema lagi, begitu gamblang untuk ukuran kesimpulan yang belum tentu benar.
"Apa?" Isa tertegun seakan salah dengar.
Gema mengangguk singkat sembari tertawa kecil. "Menurut yang lain. Soalnya hari itu dia marah banget cuman karena lihat kamu sama Pak Seha. Awalnya aku kira dia marah karena dibohongin, tapi pas ditanya katanya kesal kamu milih Pak Seha dibanding dia. Ditanya suka kamu pun, Yuda gak jawab. Jadi kita semua simpulkan kalau dia cemburu."
"Kak Seha, cuman kakak kelas sekaligus tetangga aku dulu." Entah kenapa Isa jadi perlu menjelaskan tanpa berpikir antara tidak ingin membuat Gema berpikir yang sama dengan Yuda atau karena ada hal lain. "Dia baru balik dari Kalimantan setelah 7 tahun di sana."
DU LIEST GERADE
In Memory is You
Jugendliteratur"Untuk kamu yang belum bisa pergi dari celah memori. Untuk kamu yang menjadi sumber penyesalan setiap waktu. Untuk kamu, yang selalu membuatku penasaran meski masa kita sudah habis tergerus waktu. Ada banyak hal yang tidak bisa diungkap, didengar...
