Sudah terdapat banyak tenda terpasang dan siap di tempati ketika sampai 2 jam kemudian dalam perjalanan. Para murid langsung dikelompokkan menjadi 5 orang dalam satu tenda. Kemudian menjelang sore Pak Bima memberi instruksi kepada seluruh murid agar berkumpul di tengah-tengah tenda yang melingkar. Serangkaian upacara pembukaan hingga penyampaian materi pun dilakukan.
Pak Bima memberitahu akan ada acara api unggun di malam pertama dan terakhir. Tapi Pak Bima sengaja tidak menyediakan kayu bakar karena akan diadakan lomba kelompok untuk mengumpulkan kayu bakar terbanyak dari sore menjelang malam. Hal itu Isa harus berpisah dengan Lisa dan berakhir satu kelompok dengan Laura, Marsha, Gema, Yuda dan Dimas.
"Gue satu kelompok sama Wakil KM? Wah, luar biasa!" Dimas menyambut Isa dengan berlebihan.
Dimas pun mendapat jambakan dari belakang oleh Yuda. "Wakil KM punya nama!"
"Iya gue tahu, sialan." Dimas mendesis tajam. "Udah kebiasaan manggil Isa pakai Wakil KM. Soalnya dia 'kan emang bisa diandalkan."
"Gak kayak lo, ya? Gak berguna," timpal Yuda.
Sementara Gema dan yang lain tertawa. Lalu tidak sengaja iris mata Isa jatuh pada Yuda berada yang sedari tadi melihatnya masih tidak percaya sebab pemuda itu tidak tahu sama sekali Isa jadi pergi. Tiba-tiba muncul didalam bis begitu saja.
Tak butuh waktu lama, saat kembang api diluncurkan sebagai pertanda lomba dimulai. Mereka masuk ke dalam hutan yang sudah memiliki jalur rute sehingga mudah untuk dilalui. Semakin mereka jauh, hari sudah mulai gelap dan semua masih nampak berjalan dengan semestinya.
Hingga ditengah perjalanan Marsha meminta istirahat sejenak namun langsung ditolak Yuda sebab ia berpikir jika mereka beristirahat maka akan butuh waktu lama untuk kembali. Bila sudah malam akan sulit menemukan jalan keluar. Apalagi senter baterai mereka hampir mati.
"Ya udah, lo duluan aja sana," ujar Marsha bersandar pada pohon enggan beranjak untuk melanjutkan.
"Gini aja," Gema mengambil alih sebelum perdebatan antara Yuda dan Marsha semakin runyam. "Lo, Dimas, Isa sama Laura duluan. Biar gue aja temani Marsha."
"Oh ya udah, terserah lo. Kalau ada apa-apa, itu risiko lo berdua," jawab Yuda tak peduli apapun lagi. Lantas Dimas dan Yuda pun beralih melirik Isa dan Laura bergantian. "Lo berdua ikut gue sama Dimas."
"Gak bisa gitu." Dimas segera mencegah Yuda yang hendak pergi setelah memutuskan sendiri sebelum ia beralih kepada Marsha. "Lo juga jangan egois, Mars. Lo capek? Gue juga. Tapi jangan buat tim jadi ke pecah belah gini."
"Kenapa lo jadi marah?" Tanya Marsha.
"Gue gak marah. Gue cuman ingati, hutan gak segampang yang lo pikirin. Makin malam, lo bakal susah cari jalan meski udah ada jalurnya sekalipun. Lo mau tersesat dan gak bisa pulang?"
"Lo ngapain, sih?" Yuda menatap heran Dimas. "Kalau emang dia masih mau di sini, itu hak dia. Risiko? Dia yang tanggung. Lo gak dengar tadi dia milih buat ditinggal?"
"Iya, masalahnya—"
"Lo jangan ikut campur," Yuda memotong, mendadak raut wajahnya berubah serius. "Mereka udah besar, bisa urus diri sendiri. Lagian lo gak ada gunanya kasih tahu mereka, buang-buang waktu. Bentar lagi mau hujan, ya ... kalo lo sebegitu pedulinya sama kelompok yang gak guna, lo bisa ikut mereka diam di sini."
"Yudaine, kelompok itu seharusnya gak ada yang ditinggal." Isa pada akhirnya angkat bicara karena sebagai ketua serta sudah tidak tahan juga atas perdebatan yang terlihat memperjuangkan ego masing-masing sehingga ia memilih jalan tengah.
"Lima menit," usul Isa setelah memberanikan diri bersuara. "Lima menit buat kita semua istirahat sebentar sebelum hujan turun. Setelah itu bisa lanjut lagi pergi ke tempat tenda. Gimana?"
YOU ARE READING
In Memory is You
Teen Fiction"Untuk kamu yang belum bisa pergi dari celah memori. Untuk kamu yang menjadi sumber penyesalan setiap waktu. Untuk kamu, yang selalu membuatku penasaran meski masa kita sudah habis tergerus waktu. Ada banyak hal yang tidak bisa diungkap, didengar...
