11 | because your name.

5 3 1
                                    

"Kenapa gak beli air mineral aja kalau akhirnya kamu campur kopi itu sama air lagi." Lisa masih dibuat tidak habis pikir melihat kebiasaan adiknya itu.

Meski sudah tahu bila diberi minuman manis Isa akan meminta air mineral untuk menetralkan rasa manis yang berlebih. Selain itu juga karena seringnya diberi kopi hitam oleh Mama agar lebih fokus belajar dan tidak mudah mengantuk. Isa pun meneguk minuman tersebut tanpa peduli Lisa yang memperhatikan dirinya.

Siang itu pemandangan kantin nampak sepi dan hanya ada beberapa penjaga kios yang sedang diam maupun bersih-bersih karena sebentar lagi bel pulang berbunyi. Kelas IPA-1 keluar lebih awal dari kelas lainnya karena guru Bahasa Inggris tidak masuk. Hal itu membuat Lisa mengajak Isa ke kantin sembari menunggu seragamnya yang dijemur mengering. Mereka berdua tidak mau ambil risiko bila Mama melihat seragam Isa basah dan membuatnya curiga lalu marah lagi.

Suasana kantin jelas lebih baik seperti ini daripada dipenuhi kerumunan dan berakhir seperti pasar. Isa yang melihatnya begitu nyaman. Usai mendapatkan mangkuk soto ayam, Lisa lebih cepat berlari dan mengambil bangku dekat jendela lebar dan tinggi diikuti Isa. Tidak ada dinding sekat sehingga seluruh pemandangan lapangan basket dibaliknya dapat terlihat. Ada beberapa murid yang bermain di sana, jelas murid dari kelas mereka.

Tiba-tiba Malik dan Dimas datang tanpa diduga, mereka berdua duduk begitu saja. Napas mereka berderu mungkin karena habis bermain basket dengan yang lain. Dimas pun menyadari kehadiran Isa langsung melontarkan pertanyaan.

"Isa, lo gak apa-apa abis disiram Kak Deron?"

Sejak insiden dirinya menjambak Deron, namanya mulai diingat oleh banyak murid khususnya teman sekelas pun mulai mengajak Isa bicara guna mengakrabkan diri seperti Dimas. Terkadang Isa merasa kewalahan atas semua basa-basi yang tidak biasa ia lakukan apalagi ketika tak ada Gema, semua seakan bertumpu padanya terlebih berkaitan dengan tugas.

Lisa yang merasa diingatkan pun kembali mengomel, "Kurang ajar emang! Deron beraninya lawan cewek apalagi di tempat sepi."

"Untungnya Yuda ada di sana dan langsung tinju Kak Deron meski akhirnya dia sendiri yang harus dipanggil guru BK. "

Isa baru dengar soal itu tapi ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana dan hanya ikut mendengarkan sambil menyeruput sisa kopi kemasan yang dicampur air. Tak lama orang yang tengah dibicarakan pun muncul tanpa diundang bersama seragamnya yang sudah tidak beraturan, kancing teratas terbuka dengan dipenuhi keringat.

"Berisik lo semua!" Yuda berjalan menuju kios yang menjual minuman seraya berteriak. "Ikut gue kalo mau gratisan," lanjutnya tatkala ia menyaksikan juga Malik dan Dimas berebut jus jeruk milik Lisa.

Kedua pemuda itu pun seolah menemukan cahaya penyelamat langsung mengekori Yuda tanpa berpikir panjang membuat Lisa yang melihatnya menggelengkan kepala. Namun Lisa lega karena minumannya masih aman. Kehadiran tiga pemuda itu membuat keadaan kantin tidak sepi seperti sebelumnya, mereka kembali ribut merebutkan sesuatu di sana. Isa yang menyaksikan dari jauh sudah seperti anak kembar yang merengek pada ibunya untuk dibelikan permen karet yang sama.

"Lo cocok juga pakai jersey." Yuda berkomentar usai kembali ke bangku Isa tempati disusul oleh bersama Malik dan Dimas. Lalu Yuda pun tanpa diduga memberikan permen susu kepadanya. "Nih, biar lo gak marah-marah lagi dan gak lupa bilang makasih."

Sebelum menerima, Isa melirik Lisa beberapa saat dan Yuda yang melihatnya langsung berucap, "Kalo mau, terima aja. Gak usah minta izin dari Lisa. Emang dia siapa lo?"

"Siapa gue?" Lisa jelas mendengar merengut tidak terima. "Asal lo tahu gue—" nyaris mengaku bahwa dirinya adalah kakak Isa, Lisa untungnya masih bisa menahan diri dan segera menyangkal, "Gue sahabat Isa."

In Memory is YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang