Suara pecahan gelas memecah kesunyian di antara keduanya. Jantung Ellen berdetak lebih kuat dari biasanya ketika tatapan horor Gara mengintimidasi ruangan. Perempuan itu takut jika Gara mengetahui akal busuknya. Lantas Elen buru-buru mengambil pecahan beling tersebut dan mengurungkan niat untuk mengeluarkan sesuatu tersebut dari saku kemejanya.
"Sedang apa kamu di ruangan saya?"
Suara berat nan menggema itu membuat seluruh bulu kuduk Ellen meremang. Ia mengangkat kepalanya, lalu menunduk hormat lengkap dengan senyum simpul. Dia tidak boleh terlihat mencurigakan.
"Saya hanya ingin mengganti air minum Bapak yang dimasuki lalat. Ini, saya juga sudah meletakkan berkas di meja Bapak."
"Jika sudah tidak ada urusan, silakan keluar dari ruangan saya. Biar saya panggilkan office boy untuk membersihkan."
Ellen mengangguk, lalu bangkit dan berlalu dari sana. Namun, saat melewati tubuh Gara yang berada di ambang pintu, ia merasakan bahwa tangannya dicekal oleh Gara. Lantas Ellen menoleh. Getaran di dadanya semakin tak karuan begitu sorot mata Gara seolah menyiratkan sesuatu.
"Kalau lupa, tiap sudut di kantor ini dilengkapi dengan CCTV. Jangan merugikan hidupmu sendiri dengan melakukan hal bodoh."
Ellen mengangguk, kemudian menundukkan kepala dan segera berlalu dari sana. Wanita itu mengelus dadanya yang gemetaran saat sudah tiba di meja kerjanya.
"Untung aja di gelas pak Gara beneran ada lalat, dan gue belum sempat ngeluarin ini dari saku. Setidaknya gue aman lah, ya."
Sementara itu, Gara pun mencoba untuk mengecek kondisi ruangan melalui CCTV. Semua yang terlihat mencurigakan harus diperiksa. Gara tidak mau dirinya dirugikan untuk keuntungan sepihak. Dia juga sudah memanggil seorang office boy untuk membersihkan kekacauan yang terjadi.
"Ellen Luziana, wanita itu benar-benar mencurigakan."
Jemarinya bergerak menggeser posisi mouse, kedua matanya fokus menatap layar yang sedang menayangkan kejadian beberapa detik lalu. Mulai dari Ellen yang memasuki ruangan, sampai adegan di mana dirinya memergoki Ellen. Gara memperbesar layar yang menayangkan kejadian saat Ellen mengambil gelasnya.
"Salah satu tangannya masuk ke saku kemeja ...."
"Permisi ...."
Perhatian Gara beralih cepat ke sumber suara. Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyum sumringah ketika melihat sahabatnya datang berkunjung. Gara bangkit dari dudukannya, lalu berjalan mendekati orang tersebut dan berjabat tangan layaknya teman dekat.
"Theo?"
"Tumben banget ke sini. Ada apa?" tanya Gara basa-basi sambil menggiring pria itu untuk duduk di kursi ruangan.
Pria bernama Theo itu menyerahkan selembar undangan pada Gara. Lebih tepatnya undangan pernikahan.
"Lusa depan gue nikah, Gar."
Mata Gara membulat sambil membaca nama pengantin yang tertera di surat undangan tersebut. "Theo Radika and Yolanda Pradipta Heereith. Akhirnya lo nikah juga."
Gara menepuk pundak Theo beberapa kali, bangga sekali melihat teman akrabnya ini akhirnya menikah setelah sekian lama menjomblo. Theo adalah teman dekatnya sejak duduk di bangku SMP sampai SMA, kemudian mereka berpisah karena Theo lebih memilih untuk menjadi abdi negara alih-alih kuliah. Sejak dua bulan lalu mereka tidak pernah bertemu sapa, dan akhirnya mereka dipertemukan di saat bahagia seperti ini. Gara bangga dengan Theo.
"Gue bangga banget, akhirnya lo nikah juga The!"
Theo tertawa kecil, kemudian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. "Widih, sibuk banget lo kelihatannya. Gimana anak lo? Udah remaja ya, pasti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKEN YOUR DADDY [TERBIT]
RomanceSiapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily ini memilih untuk berpacaran dengan Gara---pria yang berstatus sebagai ayah dari mantannya. Awalnya si...