C H A P T E R 3

2.4K 135 0
                                        

WARNING!

Chapter kali ini mengandung adegan seksual. Bagi kalian yang merasa tidak nyaman atau masih dibawah umur bisa di skip saja. terima kasih.

•••

"Selamat atas kelahiran anakmu, Jung. Aku turut berbahagia." ujar Heeseung sambil menyerahkan sebuah bingkisan kepada Sungchan yang berdiri dihadapannya.

"Terima kasih sudah datang, Lee. Kapan akan menyusul?" tanyanya sedikit mengejek temannya. Pasalnya, dari semua teman yang ia miliki hanya Heeseung yang belum menikah dan memiliki mate.

"Kau mengejekku, huh?! Shotaro, buang saja suami bajinganmu ini ke pantai." ujar Heeseung kepada Shotaro yang sedang menggendong bayi mungil yang terbalut selimut hangat.

"Cepatlah mencari omega dan memiliki anak, Lee. Kau tidak berniat melajang hingga ajal menjemput mu bukan?" Sungchan tertawa setelah puas melihat wajah kesal Heeseung. Ah, dia sungguh bahagia bisa mengejek temannya ini.

Heeseung pergi berlalu dari Sungchan dan shotaro setelah berbincang sebentar. Ia berdiri dipojok ruangan, menghindari para kolega Sungchan yang mengenalnya. Ayolah, dia sedang mulai memasuki fase rutnya, tidak mungkin ia bisa mengobrol dengan mereka bukan?

Tubuhnya mulai terasa panas dan pusing membuatnya bergegas ke kamar mandi. Saat hendak menutup pintu, seseorang menerobos masuk ke dalam dan mengunci pintu kamar mandi. Heeseung mendelik dan berusaha mengusir laki laki itu.

Namun bukannya pergi dari sana, ia malah dipojokkan ke dinding bilik kamar mandi. Kedua tangannya ditahan diatas kepala, sementara bibirnya dibungkam dengan bibir lainnya. Dilumat dengan kasar membuat bibirnya bengkak dan sedikit perih.

Heeseung memalingkan wajahnya dengan kasar membuat ciuman seketika terlepas. Membuat Heuningkai—laki-laki yang menerobos masuk kedalam— menatapnya tajam dan tanpa aba-aba menggendong nya diatas pundaknya lalu membawanya keluar.

Heeseung memberontak meminta untuk diturunkan, namun Heuningkai tidak menurutinya dan terus berjalan pergi dari sana. Beruntung jalan yang dilewatinya sepi hanya ada sekertaris Hueningkai dan Heeseung yang menunggu. Walau melihat sang bos yang meminta tolong, sekertarisnya hanya diam.

Bukan tidak ingin membantu, tapi ia yakin Hueningkai bisa mengatasi bosnya itu. Lagipula urusan keduanya harus diselesaikan bukan?

Hueningkai membuka pintu mobil dengan sebelah tangan dan melemparkan Heeseung kedalam. Tepat di kursi belakang penumpang.

"Akh!" ringis Heeseung ketika merasakan kepalanya yang terbentur cukup keras dengan kaca mobil.

Hueningkai menutup pintu dan berjalan memutar untuk masuk ke dalam kursi pengemudi dan mulai menjalankan mobil menuju apartement mewah miliknya.

Sampai di apartement, Hueningkai membuka pintu dan kembali menggendong Heeseung ala karung beras. Umpatan kasar serta tarikan pada rambut Heuningkai dilakukan oleh Heeseung agar dirinya terbebas. Namun hal itu nampak tidak ada gunanya karena Heuningkai tidak terpengaruh sama sekali.

Sampai di unit apartmentnya, Heuningkai kembali melemparkan Heeseung ke atas kasur. Sebelumnya ia sudah mengunci pintu kamar dan pintu utama agar Heeseung tidak bisa kabur dari sana. Well, dengan begitu, ia tidak akan kecolongan.

Lagi-lagi Heeseung kembali meringis kesakitan ketika punggungnya menghantam kasur dengan keras. Kepalanya pun terbentur headboard dengan kencang membuatnya pusing.

Heuningkai membuka pakaian yang ia kenakan dengan tergesa-gesa dan melemparnya ke sembarang arah. Ia mulai mendekat pada Heeseung yang sibuk dengan rasa sakit pada kepalanya. Kaki Heeseung ditarik, pakaiannya dibuka paksa pun dengan dalaman yang ia kenakan.

ALPHA FOR ENIGMA [KAISEUNG]Where stories live. Discover now