૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა
"Loh? Handphone tercinta gue dimana, ya?" Begitu jam sudah menunjukkan pukul 9 malam barulah sang tuan mencari dimana benda kesayangannya tersebut bersembunyi. "Cuy, sumpil! Hilang kemana handphone gue?! Mana gue belum ngabarin pacar terganteng gue setelah kejadian tadi. Duh, pasti marah banget tuh orang udah gue bohongin."
Resha mencari-cari gawainya di berbagai tempat namun, nihil. Ia tak menemukan keberadaan gawainya tersebut, alhasil karena lelah mondar-mandir ia pun memutuskan untuk istirahat sejenak. Baru saja bokongnya mendarat di kasur empuk miliknya, suara ketukan pintu memaksa ia untuk bangkit kembali guna membukakan pintu.
Huh! Saat pintu telah terbuka Resha melihat ada bik Arum yang sedang berdiri di sana. Ia menatap malas pada bik Arum, ntah mengapa semenjak kejadian dimsum kala itu dirinya menjadi enggan bertemu dengan bik Arum, bawaannya kesal. "Non, ini handphonenya non Resha," kata bik Arum seraya menyodorkan benda pipih itu pada sang tuan. Tuh kan! Emang kalau udah menyangkut bik Arum pasti membuat Resha rasanya ingin mengucapkan takbir.
"Kenapa gak bilang dari tadi bik Arum yang cantik jelita? Kalau tahu handphone Resha ada sama bik Arum, kan Resha gak perlu capek-capek nyari tadi," desis Resha dengan memaksakan senyumnya.
Bik Arum menjawab, "Ya maaf non, bibi juga gak tahu. Ini baru aja tadi di kasihin ke bibi sama den Leon."
Lagi-lagi Leon dalangnya, Rehsa pun hanya mampu menghela napas sembari mengelus dada ia berucap, "Yaudah deh, makasih ya, bik."
Seperginya bik Arum, Resha kembali masuk ke dalam kamar sambil mengecek handphonenya. Takut si gatel itu mengotak-atik gawai tercinta. Awalnya tidak ada yang mencurigakan tetapi, saat sampai di pemeriksaan log panggilan. Resha di buat berpikir sejenak lantaran tertera nama My Darling😍💘 dengan panggilan terjawab. Sedangkan waktu panggilan itu berlangsung gawai miliknya tak berada di tangannya, itu berarti ....
"Wah, udah mulai melanggar privasi tuh orang," ketus Resha. Ia kemudian menelepon Bian kembali, panggilan berdering tapi, tak diangkat-angkat membuat Resha berdecak kesal, "Ck, mana si ayang gue."
Hingga tiba pada panggilan ke 5 barulah sambungan telepon terhubung. "Akhirnya kamu angkat juga telepon aku," ucapan Resha mendapat balasan tak enak di dengar, "Mau apa? Jangan ganggu gue lagi balapan."
Tut! Panggilan di akhiri secara sepihak sebelum Resha mengucapkan kata—jangan di matikan. "Sumpil! Ini semua gegara cowok gatel itu," gerutunya.
୧⍤⃝🍮୧⍤⃝🍮୧⍤⃝🍮
Benar saja apa yang di katakan olehnya, kini ia sedang berada di arena balapan yang biasa menjadi tempatnya dan Resha melepas rindu karena dirinya tak di beri izin untuk berpacaran dengan Resha jadi, mau tak mau jika ingin berjumpa mereka harus diam-diam tanpa sepengetahuan orang tua Resha. Meskipun sebenarnya orang tua Resha telah tahu bahwa mereka masih berhubungan hingga saat ini.
"Bian, bawakan kemenangan untuk kita lagi malam ini!" kata salah seorang temannya sembari menepuk bahunya. "Kali ini siapa lawan gue?" tanya Bian sambil melihat sebuah mobil yang terparkir tepat di samping mobilnya.
"Gue juga kurang tahu siapa dia tapi, dari yang gue dengar-dengar dia itu bukan orang sembarangan. Dia udah berulang kali memenangkan pertandingan dengan para pembalap hebat lainnya dan sekarang giliran lo. Buktiin ke dia bahwa lo jauh lebih hebat darinya."
Menarik, gue jadi penasaran siapa sebenarnya lawan gue kali ini, sekeren itu kah dia? batin Bian. "Gue mau ke mobil dulu," pamitnya pada sang teman.
Bian melangkah dengan gagahnya menuju kendaraan yang akan di tungganginya malam ini untuk mengalahkan si lawan. Memastikan ia sudah siap dengan segala perlengkapannya, Bian menoleh sekilas pada mobil di sebelahnya. Dapat Bian lihat siluet dari lawannya tersebut sebab kaca mobilnya yang tidak di tutup.
Belum lama Bian memperhatikan dan berusaha mengenal siluet lawannya tersebut, si lawan justru sadar bahwa sedang di perhatikan lalu dengan cepat ia langsung menutup kaca mobilnya. Bian berdecak, dirinya masih penasaran dengan siapa lawannya itu. Tetapi, saat ini yang terpenting adalah dirinya menang, dengan begitu ia akan meminta pada si lawan untuk membuka slayernya. Ya, ini juga salah satu alasan mengapa Bian tak dapat mengetahui siapa lawannya, karena ia memakai slayer yang menutupi sebagian wajahnya.
Pertandingan di mulai dengan panas sebab dari masing-masing mobil berusaha untuk saling mendahului. Hingga...
"Yeah!" Seru Bian saat berhasil mengalahkan lawannya yang dikatakan hebat itu. Ia kemudian turun dari mobilnya dengan gembira begitupun lawannya yang juga turun dari mobilnya. Si lawan menyodorkan sebuah amplop, Bian tahu apa isi dari amplop, jika bukan uang apalagi? Kali ini Bian tak menginginkan uang itu karena ada hal lain yang lebih di inginkannya. "Tunjukin wajah lo! Gue gak butuh uang itu," katanya dengan lugas.
Dari yang Bian lihat, lawannya tersebut tak menampilkan ekspresi apapun ketika ia meminta si lawan untuk menunjukkan wajahnya. "Penasaran banget sama wajah gue?" pertanyaan tengil terlontar dari sang lawan.
"Tunjukin aja, takut lo?"
"Afraid? What for? Jangan lawak dah," balas sang lawan di akhiri sedikit kekehan kecil. "Yaudah tunjukin kalau lo memang gak takut," desak Bian mulai gregetan.
Dalam hitungan detik, slayer yang tadinya menutupi sebagian wajah sang lawan perlahan terbuka hingga terpampanglah wajah di balik slayer itu.
૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon (Pasutri) [PRE ORDER]
Teen FictionJudul sebelumnya: My Husband is My Ex-Crush DILARANG KERAS PLAGIAT‼️ JANGAN JADI SIDERS, YA READERS YA‼️ HASIL PEMIKIRAN SENDIRI‼️ ••• Seorang perempuan berusia 19 tahun terpaksa menjalin kasih dengan seorang pria berumur 20 tahun atau lebih tepatny...