Calon (Pasutri) Delapan Belas

1K 59 14
                                    

Pov LeonSebelum menemui Hera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pov Leon
Sebelum menemui Hera.

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Leon mengedarkan pandangan untuk melihat seluruh manusia yang ada di sekelilingnya. Ia merasa melupakan sesuatu namun, ia tidak tahu hal apa? Kemudian Leon teringat pada Hera, "Dimana wanita itu?" monolognya. Ia lalu mengambil langkah untuk menemui Hera. Mengapa ia tidak melakukan drama apapun di acara pernikahannya? Sebelum pergi untuk menjumpai Hera, Leon lebih dulu izin pada para orang tua dengan alasan ingin ke kamar mandi.

Saat sudah sampai di depan kamar Hera, ia mendengar Hera membicarakan sesuatu. Suatu hal yang Leon sendiri tidak harap akan mengetahuinya. Satu alisnya terangkat tetapi, tak berselang lama, lantaran langsung tergantikan dengan dahi yang mengerut. "Wow, things are getting really exciting," serunya speechless.

Menetralkan ekspresinya, Leon pun kemudian membuka knop pintu dan masuk ke dalam kamar Hera tanpa menutup kembali pintunya agar tak terjadi kesalahpahaman.

Sampainya ia di hadapan Hera, Leon mengusap lembut rambutnya. "Sudah berlalu, lupakan saja," katanya.

✎﹏﹏﹏﹏

Begitu tak lama acara selesai serta di lanjut oleh pembahasan tentang sampai kapan merahasiakan pernikahan mereka dari Resha, kini Winata dan Diana telah tiba di kediaman Winata.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah sembari mengucapkan salam. Tak mendengar ada sahutan, Diana dan Winata saling pandang. "Dimana Resha?" pertanyaan Winata membuka obrolan mereka yang masih berdiri di ambang pintu. Diana menjawab dengan malas, "Mana mama tahu, kan mama sama papa." Winata merespon dengan cengiran.

"Resha!" panggil Diana sambil melihat ke lantai atas. Sebab Diana tebak, Resha pasti berada di kamarnya. Panggilan pertama tidak mendapat sahutan, Diana kembali memanggil, "Resha!!" kali ini ia lebih mengeraskan suaranya. Tetap, tak ada sahutan. Ia pun memutuskan untuk mendatangi Resha di kamarnya, sampai di depan pintu, ia lalu membuka knop pintu dengan lebar hingga terpampanglah sang tuan putri yang tengah tidur dengan laptop menyala.

Diana memperhatikan film yang sedang di tayangkan pada layar laptop Resha hingga tibanya sebuah adegan dewasa terputar barulah Diana cepat-cepat mematikan laptopnya. "Ternyata anak gue tontonannya adegan haram," monolog Diana.

Kembali pada Resha si tuan putri tidur yang memakai posisi bintang laut, terlihat anteng juga sangat nyenyak. Bahkan Diana dibuat geleng-geleng kepala karenanya, "Perasaan dulu waktu hamil nih anak, gue gak ngidam aneh-aneh deh," ucap Diana.

Diana membangunkan Resha lantaran hari sudah sore dan menjelaskan maghrib. Resha yang memang type mudah untuk di bangunkan langsung segera membuka matanya namun, jangan harap dirinya akan segera bangkit buat menjalankan ritual pembersihan tubuh. "Iya ma, udah melek nih lihat," ucap Resha seraya menunjukkan matanya yang sudah terbuka dengan memelototkannya kepada Diana. "Keluar tuh mata baru tahu rasa," balas Diana tak di hiraukan Resha.

Dirinya mengambil handphonenya lalu melihat banyak sekali notifikasi masuk dari pujaan hatinya. Resha menepuk jidatnya, "Gue lupa lagi kalau nanti malam Bian bakal balapan. Mana waktu dia balapan kemarin gue udah gak nonton, masa balapan kali ini gak nonton lagi? Yang benar aje, rugi dong."

"Gak ada balap-balapan Resha! Gak ada keluar malam lagi! Keputusan mama mutlak, kalau kamu berani membantah, bersiaplah untuk segera mama berikan tanggung jawab atas kamu pada Leon!!" marah Diana. Ah iya, Resha lupa bahwa sang mama masih berada di kamarnya, karena sedang menyapu sampah kuaci yang berserakan di lantai. Resha menyenderkan punggungnya pada headboard dan berkata, "Ma, semakin mama larang akan semakin Resha lakukan sebab, larangan adalah perintah. And as for Mama's threats, Resha doesn't care, karena apa? Karena Leon dan Resha udah sepakat untuk menikah sebulan lagi."

"Berani kamu melanggar ucapan mama, lihat saja, mama akan buktikan ucapan mama!"

"Ma, kalau mama buktikan perkataan mama malahan bagus dong. Lihat deh, sama mama dan papa yang notabenenya orang tua Resha aja Resha bisa semelawan ini, gimana kalau sama Leon?"

✎﹏﹏﹏﹏

USA, Amerika Serikat
08.10 pm

"Hai papi," sapa seorang perempuan berpenampilan super terbuka, katakanlah ia memakai pakaian kurang bahan dengan belahan yang terlihat jelas.

"Hai putriku sayang, bagaimana?" ucap seorang pria paruh baya berjas. "fun, not too bad, sepertinya aku akan sangat nyaman dengan peran ini," balas sang putri sambil bergelayut manja kepada papi tercintanya.

"Jangan sampai dia mengetahui rencana kita sedikitpun, putriku. Tetaplah waspada, pria itu tak bisa ditebak tindakannya."

"Papi tenang saja, masalah di sana serahkan pada putri mu ini, akan ku handle sebaik mungkin."

"Lawan kamu Leon, jangan anggap remeh hal ini," ucap sang papa yang sudah mulai membahas lebih serius. "Apakah papi meragukan kepintaran putri papi?" tanyanya dengan menampilkan wajah cemberut.

Maxim mengelus lembut surai panjang milik putrinya lalu berkata, "Of course not darling, papi hanya mewanti-wanti keadaan."

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calon (Pasutri) [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang