Cewek Gendut Gak Pernah Dihargai

152 55 174
                                    

"Kak Angga!"

Aletta berteriak memanggil Angga yang tengah berkumpul bersama teman-temannya. Angga tidak menjawab dan fokus bermain game bersama teman-temannya.

"Aku bawain makanan buat kamu," kata Aletta sambil menyodorkan kotak nasi kepada Angga.

Angga melirik sekilas, lalu beranjak dari duduk dan berjalan menjauhi Aletta.

"Kak, Kak Angga!" panggil Aletta.

Aletta berlari mengikuti Angga yang berjalan menuju pendopo sekolah. Langkah Angga terhenti, berbalik menghadap Aletta.

"Ngapain lo ngikutin gua?" tanya Angga sambil memasang wajah ketus.

"Aku mau kasih makanan ke kakak," jawab Aletta gugup.

Aletta kembali menyodorkan kotak bekal meskipun tangannya bergetar. Angga terdiam sambil menatap Aletta, kemudian dia mengambilnya.

"Dimakan ya, kakak pasti suka." Aletta tersenyum, Angga memasang ekspresi datar. Angga membuka kotak yang berisi nasi, udang dan rendang.

"Kata Tante Velicia, kakak suka banget sama rendang. Jadi aku bawain rendang," tutur Aletta.

Angga masih membisu. Tiba-tiba Angga melempar kotak tersebut membuat nasi beserta lauk yang ada dalam tempat tersebut berhamburan.

"Lo mau bunuh gua? Gua alergi udang. Dasar gendut. Mati sana lo! Gua jijik dideketin sama cewek gendut kayak lo!" cemooh Angga dengan suara meninggi.

Aletta terdiam, ia tidak tahu Angga alergi udang. Dia pikir Angga suka udang karena Tante Velicia sering meminta resep makanan berbahan udang kepada Mamanya.

"M—maaf aku gak tau, Kak." Aletta gugup, tangannya bergetar dan dia tidak berani menatap Angga.

Angga mencengkeram dagu Aletta dan menariknya paksa. Aletta mendongak dan menatap Angga yang melontarkan tatapan maut padanya.

"Sekali lagi deketin gua, gua ledakin perut buncit lo!" ancam Angga sambil memukul perut Aletta.

Angga mendorong Aletta dan pergi meninggalkannya. Aletta masih diam dan tidak berani menoleh ke Angga.

"Kenapa Kak Angga tega banget sama aku? Apa bener cewek gendut gak pantes buat jatuh cinta?" tanya Aletta.

Aletta berjongkok, memungut nasi dan makanannya yang berhamburan. Aletta mencoba bersikap biasa, seperti tidak terjadi apa-apa. Meskipun perlakuan Angga sangat melukai hati kecilnya, tapi dia tetap menyukai Angga dan akan terus mengejar Angga sampai dapat.

"Kata siapa cewek gendut gak pantes buat jatuh cinta?" Tiba-tiba seorang pria berdiri di hadapan Aletta.

Aletta mendongak dan melihat Farel yang sedang menatapnya.

"Ngapain sih lo kasih makanan ke Angga? Cowok kayak dia gak tau caranya terima kasih," kata Farel.

Farel berjongkok, membantu Aletta membereskan makanan yang berserakan di lantai. Setelah itu, Farel berdiri dan mengulurkan tangan.

“Bangun!” titah Farel.

Aletta meraih tangan Farel, kemudian berdiri tegak. Aletta masih terdiam dan menatap kotak bekalnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kenapa Kak Angga gak pernah hargain gue? Padahal gue bela-belain bantu Mama masak demi bawain bekal buat dia,” ungkap Aletta.

“Kan udah gue bilang, mending buat gue makanannya. Daripada lo kasih ke si anjing, lagian setan itu gak bisa makan. Jadi percuma lo bawain makanan buat dia,” balas Farel.

“Gak tau ah. Gue pusing,” ucap Aletta.

Aletta melangkah meninggalkan pendopo sekolah, sedangkan Farel menyusulnya dan berusaha menjajarkan jarak mereka.

“Lo mau ke mana? Buru-buru banget kayak dikejar setan,” tanya Farel dengan napas tersengal-sengal.

“Gue mau pipis anjir! Ngapain lo ikutin?” jawab Aletta.

“Mana gue tau kalo lo mau pipis.”

Aletta mengabaikan ucapan Farel dan masuk ke dalam toilet. Setelah selesai Aletta membuka pintu, matanya terbelalak saat mengetahui Farel berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Lo ngapain diri depan pintu? Mau ngintip gue?” tanya Aletta.

“Gue cuman mau pastiin kalo lo baik-baik aja. Gak ada kecoak yang perkosa lo,” jawab Farel.

Aletta menghela napas dan berjalan meninggalkan toilet sekolah. Farel kembali mengikuti Aletta yang melangkah menuju kelas.

“Rel, lo ngapain ngikutin gue terus sih? Risih tau gak!” seru Aletta.

“Kita kan sebangku anjir. Meja lo ya meja gue juga,” jawab Farel.

“Hehe, gue lupa.” Aletta terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sedangkan Farel memberikan tatapan sinis dan pura-pura membuang muka.

“Gara-gara suka sama Angga, lo jadi bego. Udah bego, tambah bego pula. Mending lo pacaran sama gue,” ucap Farel sambil mengibaskan rambut.

“Diem deh! Gue gak suka sama lo,” ungkap Aletta.

Aletta masuk ke kelas dan duduk di kursinya, Farel duduk di samping Aletta dan mencoba menggodanya.

“Lo tau gak? Apa persamaannya lo sama mangkok?” tanya Farel.

“Enggak,” jawab ketus Aletta.

“Lo tanya balik dong. Jangan diem aja kayak patung,” ucap Farel.

“Emang apa persamaan gue sama mangkok?” tanya Aletta dengan wajah terpaksa.

“Sama-sama bulet,” jawab Farel.

Farel tertawa terbahak-bahak, sedangkan Aletta menatap Farel sambil menunjukkan wajah datar.

”Ketawa kek anjing! Kaku banget hidup lo,” gerutu Farel.

“Lawakan lo garing kayak bapak-bapak Facebook,” sahut Aletta.

Aletta memalingkan pandangannya dan membuka buku binder yang dia bawa. Aletta menceritakan kejadian tadi ke dalam buku binder.

My Crush Only You Where stories live. Discover now