Under Rain

37 12 1
                                    

Bel pulang berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar. Mereka dijemput Ibunya, sedangkan Aletta dan Farel hanya diam sambil meratapi murid lain dari dalam kelas.

"Lo pulang naik apa?" tanya Farel.

"Jalan kaki," jawab Aletta.

"Tapi hujannya deras. Nanti kalo lo kenapa-napa gimana? Minta jemput aja," ujar Farel.

"Minta jemput siapa? Orangtua gue kerja jadi gak mungkin bisa jemput gue. Lagian gue udah biasa nerobos hujan kok dan gue juga bawa payung," jawab Aletta.

"Hmm, ya sudah. Gua duluan ya? Papa gua udah jemput," kata Farel.

Aletta mengangguk, kemudian Farel meninggalkan Aletta yang masih dalam kelas. Sebenarnya Farel tak tega membiarkan Aletta pulang sendiri tapi dia juga tak bisa pulang bareng karena dijemput Papanya.

Aletta menunggu di kelas, berharap hujan sedikit reda. Namun, hujan semakin deras bahkan petir menyambar aspal depan sekolahnya.

"Hujannya malah tambah deras. Apa gue terobos aja ya?" gumam Aletta.

Aletta mengambil payung, lalu keluar kelas. Ayaka membuka payung dan berjalan meninggalkan sekolah.

"Woi, Aletta!" teriak seseorang dari arah belakang.

Aletta terhenti, kemudian menoleh ke belakang. Aletta melihat Dewi dan Narisa berlari mendekatinya.

"Kenapa?" tanya Aletta.

"Pinjem payung lo," kata Narisa.

"Gak boleh," jawab Aletta.

"Lo berani lawan kita?" tanya Dewi dengan nada mengancam.

Dewi mencengkeram gagang payung, berusaha merampas payung tersebut. Aletta berusaha mempertahankan payungnya namun Narisa menarik tangan Aletta dan mendorongnya hingga terjatuh ke aspal.

"Balikin!" pinta Aletta.

"Mulai sekarang payung ini punya kita," ucap Dewi dan Narisa.

Mereka tersenyum licik, lalu meninggalkan Aletta. Mereka berjalan keluar sekolah dan membawa payung tersebut.

Aletta meratapi kepergian Narisa dan Dewi dengan tangan yang mengepal. Air matanya mendesak keluar dan menyatu dengan air hujan.

"Gue sumpahin semoga kalian kesamber petir!" teriak Aletta.

Aletta duduk di bawah derasnya hujan. Aletta menunduk dan memejamkan mata. Air matanya semakin mengalir deras dan isak tangis keluar dari mulutnya.

Ia membiarkan hujan mengguyur seluruh tubuhnya. Tiba-tiba air hujan tidak menyentuh dirinya tapi dia masih mendengar derasnya hujan.

Aletta membuka mata, melihat sepasang kaki di hadapannya. Aletta mendongak dan menatap Angga tengah memayungi dirinya.

"Ngapain hujan-hujanan? Lo mau sakit?" tanya Angga.

"Ngapain lo peduli sama gue? Mau gue sakit atau mati sekalipun bukan urusan lo," jawab ketus Aletta.

"Gak tau terima kasih. Gua payungin lo karena kasian," sahut Angga.

Aletta membisu, menatap mata Angga dengan lekat. Angga menampilkan wajah malas, tapi tangannya terulur untuk membantu Aletta.

"Mau sampe kapan lo diem terus? Lo mau kesamber petir, hah?" tanya Angga membuyarkan Aletta.

Aletta menerima uluran tangan Angga, lalu berdiri tegak.

"Makasih ya," ucap Aletta.

Angga mengangguk kecil. "Lo mau pulang bareng gua?" tawar Angga.

"Emang boleh?" tanya balik Aletta.

"Boleh," jawab Angga.

Angga dan Aletta meninggalkan sekolah dan berjalan di trotoar jalan. Tiba-tiba langkah Aletta terhenti, sekujur badannya menggigil bahkan bibir dan wajahnya pun pucat.

"Lo kenapa?" tanya Angga.

"D-dingin," jawab Aletta.

Angga menghela napas, kemudian melepas jaket. Angga memberikan jaket tersebut pada Aletta.

"Pake," titah Angga.

"Lo gimana?" tanya Aletta.

"Daripada lo mati gara-gara kedinginan nanti gua yang dipenjara," jawab Angga.

Aletta memakai jaket tersebut.

"Udah mendingan?" tanya Angga.

Aletta mengangguk kecil.

"Ayo, jalan lagi."

Angga dan Aletta kembali berjalan menerobos derasnya hujan. Aletta menatap Angga dan tersenyum kecil, Angga melirik Aletta sambil memasang wajah ketus.

"Gua cuman baik sama lo, bukan suka. Jadi jangan berharap gua bakal balas cinta lo," ucap Angga.

"Tapi gue bakal berusaha buat dapetin lo. Gue yakin kalo lo adalah jodoh gue," balas Aletta.

"Tumben lo kasar, biasanya ngomong pake aku dan kamu. Lo gak kesurupan, kan?" tanya Angga.

"Gue emang aslinya gini kok. Gue cuman lembut ke lo doang karena lo spesial di hati gue," jawab Aletta.

Aletta terkekeh dan tanpa sadar Angga pun ikut tersenyum.

"Bisa aja lo, bocil."

Angga mengacak rambut Aletta, kemudian mencubit pipinya. Aletta memonyongkan bibir dan menatap Angga dengan wajah sewot.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 16 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Crush Only You Where stories live. Discover now