Bodyguard

1.2K 182 33
                                    

Sometimes we called it 'HOME'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sometimes we called it 'HOME'

Chapter 7 : Bodyguard

...

"Kapan aku boleh pacaran?"

klangggggg.

TOPIK SIALAN ITU LAGI!?!?!

Sendok di tangan Akbar jatuh ke atas piring yang posisinya masih bersih dari makanan. Pertanyaan itu lagi? batin Akbar menjerit, apakah ini memang sudah masanya Akbar mendapat pertanyaan seperti ini?

"Qila gak inget kemarin Ayah suruh apa?"

"Qila lupa ya Ayah larang Qila buat apa?" tanya Akbar lagi dengan ekspresi sedih.

"Tapi kata Om Edgar, Qila udah boleh pacaran kok, dibolehin apalagi sama Baskara."

Edgar sialan.

"Apa????" Daniel membulatkan mulut, kepalanya menggeleng keras, menolak mentah-mentah hal tersebut. "Masa sama anak yang suka nahan—"

"Ekhem." Akbar berdeham, menginterupsi kalimat selanjutnya dari Daniel yang sudah bisa ditebak akan mengucapkan apa. "Gak perlu dibahas lagi boy."

Daniel mendengus lalu memasukkan nasi ke dalam mulutnya dengan rakus.

"Makan dek, makan," Dirga menyodorkan nasi goreng yang baru ia ambil dan diserahkan pada adik perempuannya yang merenggutkan bibir. "Gak baik marah-marah di depan makanan, nanti rezekinya hilang."

"Katanya Ayah kaya tujuh turunan," ceplos Daniel dengan mulut penuh makanan. "Masa miskin gara-gara begituan sih."

"Kamu diem!" Mata Dirga melotot, memberi peringatan untuk si asbun—asal bunyi satu itu diam. "Makan aja yang bener jangan kayak anak ayam."

Bukannya diam Daniel malah menirukan suara anak ayam sambil memasang ekspresi mengejek. "Piyak piyak piyak."

"Qila, makan." Saka menyodorkan sepasang sendok dan garpu, "Keburu nasinya dingin."

"Malas ah." Qila membuang muka, bersidekap dada sembari memasang ekspresi merajuk. "Suapin."

"Sini." Saka meminta Qila untuk membawa kursinya lebih dekat. "Kejauhan kalau di sana, nanti nasinya tumpah." Maklum saja tubuh mereka berdua masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan Dirga dan Daniel yang bertubuh bongsor.

"Sini sama Ayah aja disuapinnya."

"Gak." tolak Qila mentah-mentah. "Ayah aja gak jawab pertanyaan aku."

"Lho emang Qila nanya apa?" Akbar memasang wajah pura-pura tak tahu. "Oh iya tadi sebelum Om Edgar pamitan dia kasih Ayah sesuatu lho."

"Apa tuh?" sahut Daniel.

"Ada deh," Akbar mengedipkan sebelah matanya, "Ayah kasih tahu kalau Qila udah gak ngambek lagi."

"Hadiah dari Baskara ya?" tebak Qila.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

We Called it 'HOME'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang